Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
Awal perjumpaan Robert dan Anne.
Sabtu siang itu, langit tampak cerah. Anne dipanggil datang ke rumah Kakek Thomas.
"Halo, Kakek. Apa kabarnya? Ada apa Kakek menyuruhku datang?" tanya Anne sambil senyum.
"Anne, Kakek ingin menjodohkanmu dengan kenalan Kakek. Namanya Robert, usianya sama denganmu, 27 tahun. Dia pria baik dan sopan. Walaupun saat ini belum punya pekerjaan tetap, dia mau menjagamu sebagai suamimu. Kakek ingin melihatmu bahagia, jangan sedih terus karena orang tua dan kakakmu." Mata Kakek Thomas menatap Anne dengan serius.
Anne masih berusaha mencerna perkataan Kakek Thomas. Pikiran Anne tidak fokus saat itu.
"Menikah? Dengan pria yang tidak kukenal? Seperti apa wajahnya? Apa dia baik atau jahat kah? Kalau dia tidak punya penghasilan tetap, bagaimana kami bisa membina keluarga dengan mapan? Cicilan rumahku saja masih tiga tahun lagi akan selesai. Oh, tidak. Apa yang mesti aku lakukan ya Tuhan?" batin Anne.
Seakan tahu pikiran Anne, Kakek Thomas melanjutkan kata-katanya lagi.
"Kamu tidak perlu takut. Dia pria yang baik dan sopan, dan suka ada di rumah. Sekalipun dia tidak punya penghasilan tetap, dia mau membantu pekerjaan rumah tangga dan merawatmu. Tidak usah takut mengenai keuangan. Tuhan pasti buka jalan setelah kalian menikah nanti. Semua akan dicukupkan-Nya."
Anne terdiam. Berikutnya, dia menghela napas dan berkata, "Kakek, aku mau bertemu dengannya dahulu. Aku akan pertimbangkan permintaan Kakek untuk menikah dengannya."
"Baguslah kalau begitu. Besok kita makan siang di sini bersama ya. Kakek akan suruh dia datang besok." Kakek Thomas tersenyum lega.
"Baiklah, Kakek. Aku pulang saja ya, aku mau bersih-bersih rumah dahulu supaya besok aku bisa datang ke sini dengan santai. Bye, Kakek."
Anne bangkit berdiri dan pamit pulang. Kakek Thomas mengangguk dan kemudian mengambil ponselnya dan menelepon Robert untuk datang besok.
***
Sesampainya di rumah, Anne berusaha menyibukkan dirinya dengan menyapu dan mengepel rumah sambil mendengarkan berita TV. Anne sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri walaupun terlahir di keluarga berada. Anne harus berhemat demi bisa membayar cicilan KPR rumah mungilnya ini.
Pikirannya melayang ke mana-mana.
Siapakah pria yang mau dijodohkan dengannya? Dia hidup di keluarga yang memakai topeng harmonis, padahal sebenarnya tidak bahagia sama sekali.
Anne pernah dua kali berpacaran setelah lulus kuliah, tapi semuanya berakhir dalam waktu singkat. Andy mantan pacarnya yang pertama adalah seorang pria gendut yang mesum dan suka melihat wanita cantik dan molek di video dewasa, dan membandingkan kecantikan mereka dengan Anne. Anne yang muak, lalu segera memutuskan hubungannya dengan pria itu. Lagi pula, Andy ini hobi makan enak dan punya berbagai penyakit seperti darah tinggi, kolesterol dan obesitas. Anne pikir baiknya memang putus saja daripada menikah dengan pria yang tidak bisa menjaga kesehatan seperti Andy.
Kandra, mantan pacarnya yang kedua. Putus karena LDR, dia tinggal di Semarang. Kandra seorang pemarah dan temperamental, dan sering mengirim chat marah-marah pada Anne. Padahal Anne sudah berusaha memerhatikan Kandra walau hanya sekadar telepon dan chat. Kandra lah yang mengakhiri hubungan itu via email karena tidak bisa datang ke Jakarta, juga karena irit ongkos, tidak mau buang-buang uang naik kereta api ke Jakarta hanya untuk putus dari Anne.
Lalu, apa jadinya dengan si Robert ini? Belum berkenalan saja, tapi Kakek Thomas sudah ingin menikahkannya dengan pria itu hanya karena Kakek tidak ingin Anne bersedih terus karena hidup sebagai anak yang ditolak.
***
Keesokan harinya. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Anne sudah selesai memasak makan siang dan menyiapkan oleh-oleh berupa jus jeruk buatannya untuk sang kakek dan juga untuk Robert.
Anne sudah bersiap dan memakai kaos T-shirt warna pastel dan celana jeans navy. Dia lebih suka tampil santai dan apa adanya, sederhana saja tanpa make-up menor. Anne mengikat rambut nya ala kucir kuda. Lalu bergegas memakai jaket dan mengendarai motor matic-nya ke rumah Kakek Thomas di Menteng, Jakarta Pusat.
Cuaca Minggu siang ini cukup terik. Banyak motor dan mobil di sepanjang jalan, mungkin mau jalan-jalan menuju ke shopping mall di sekitar area itu.
Motor Anne berhenti di lampu merah. Seketika pandangannya tertuju pada sepasang pengamen jalanan, yaitu seorang anak perempuan berusia sekitar 7 tahun dan sedang menggandeng balita usia 2 tahun. Hati Anne terenyuh melihat mereka berdua bekerja susah payah untuk bisa bertahan hidup di Jakarta. Ke manakah orang tuanya? Entahlah.
Kedua anak itu menghampiri motor Anne dan hendak bernyanyi. Anne segera mengambil dua botol jus jeruk dari tasnya dan juga menyelipkan uang 20.000 rupiah untuk mereka.
Kedua anak itu tersenyum riang dan berkata, "Terima kasih ya Kak."
Anne tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanpa berkata apapun. Anne segera menjalankan motornya ketika lampu hijau menyala.
Tanpa Anne sadari, ada seorang pria yang duduk di dalam mobil Mercedes Benz S-class warna hitam yang melihat kejadian itu.
Pria itu bergumam dalam hatinya, "Wanita yang baik hatinya. Dia memberikan dua botol minuman dan uang pada dua anak pengamen itu. Sudah jarang sekali orang yang baik dan peduli kepada sesama di zaman sulit ini."
Pria itu adalah Robert. Dia pun meminta sopir untuk berhenti dan Robert pun keluar dari mobil dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan untuk kedua anak tadi.
"Ini untuk kalian ya, ayo pulang, ini sudah siang dan panas sekali, kasihan adik kecil ini."
"Baik, Pak. Terima kasih ya, semoga Allah balas kebaikan Bapak." Anak gadis itu membungkuk terharu dan pergi menggandeng adiknya.
"Sudah jarang sekali kata terima kasih di zaman ini. Orang-orang hanya melihatku dari bajuku dan penampilanku yang sederhana. Tapi, kepada anak-anak tidak mampu itu, aku merasa nyaman saat bisa memberi berkat untuk mereka. Ah, sudahlah. Aku hampir telat ke rumah Kakek Thomas," pikir Thomas.
Mobil Robert hampir sampai di perumahan Kakek Thomas. Dia segera menyuruh sopir untuk menghentikan mobil di depan gerbang perumahan dan hendak berjalan kaki saja ke rumah Kakek Thomas. Dia tidak ingin Anne melihatnya sebagai orang berada. Biarlah Robert saat ini tampil sederhana. Lagi pula, usaha tanbangnya sedang bermasalah dan hampir bangkrut. Tak baik pamer harta di saat keadaan perusahaannya pun sedang tidak stabil.
Kakek Thomas menawarkan bantuan suntikan modal, tapi Robert menolaknya dengan halus. Robert berkata bahwa dia sudah mendengar kisah Anne dari Kakek Thomas dan tulus ingin menikahi Anne tanpa bantuan modal dari Kakek Thomas sekalipun.
"Permisi, Pak. Saya Robert, saya mau ketemu dengan Tuan Thomas dan Nona Anne. Kami sudah janji makan siang bersama," ujar Thomas kepada satpam.
"Siang, Pak. Baik, saya cek dahulu ke kepala pelayan utama. Mohon taruh KTP Bapak di sini ya," sahut satpam dengan sopan.
Setelah kepala pelayan utama mengonfirmasi kehadiran Robert, maka satpam segera mengantar Robert ke pintu utama. Sambil berjalan, Robert mengenali motor matic Anne.
"Apakah mungkin motor ini milik gadis baik hati tadi?" batin Robert.
Hai semuanya, ini novel perdana saya. Yuk, mampir baca dan beri komen, like and favorit ya. Thanks ya.
IG @cindy.winarto