Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Aya masih tak percaya diri dengan penampilannya saat Tuan Bagaskara menyuruh penata rias mendandani dirinya. Alhasil Ia kembali ke penampilannya yang lama.
Setelah Tuan Bagaskara dan para perias itu pulang, Aya mengubah penampilannya kembali. Aya pun kembali memikirkan bagaimana mungkin ia akan menikah dengan pria yang sangat di bencinya.
Dengan membaringkan tubuhnya seraya menatap langit-langit kamar apartemen yang Ia tempati. Aya pun memikirkan bagaimana kehidupannya nanti setelah Ia menikah dengan pria yang sangat di bencinya.
"Aaahh... bagaimana Aku bisa hidup dengan pria itu nanti," desahannya seraya mengusap mukanya.
Andai saja ia bisa memilih, Aya pasti tidak akan pernah mau menikah dengan Bryan. Namun Ia harus melakukannya karena nyawa ayahnya lebih penting dibanding dengan hidupnya.
Aya akan mengorbankan kehidupannya untuk menyelamatkan nyawa sang ayah yang sangat disayanginya. Karena hanya ayahnya lah yang Aya miliki saat ini.
Perlahan mata indah itupun mulai terpejam, melepaskan segala kepenatan hidup. Kelelahan hati dan mencoba untuk melupakan sejenak beban hidup yang terasa begitu berat bagi gadis berkacamata itu.
Apakah kedepannya kehidupannya akan bahagia ataukah malah semakin membuatnya menderita. Entahlah hanya Tuhanlah yang tahu.
***
Tiga hari berlalu, kini Tuan Bagaskara menyuruh seseorang untuk menjemput Aya dan membawanya ke rumah utama miliknya.
Hari ini Tuan Bagaskara akan mempertemukan Aya dengan putranya, yang sebentar lagi akan menjadi suami Aya.
Di rumah utama milik Tuan Bagaskara, saat ini Bryan sungguh merasa kesal dengan sang Papa. Pasalnya Papanya memaksa Bryan untuk menikah dengan gadis pilihan sang Papa.
"Pa, Bryan tetap tidak setuju menikah dengan gadis pilihan Papa!. Bukankah Papa tahu bahwa selama ini Bryan sudah memiliki kekasih Pa. Dan Bryan sangat mencintainya Pa." Ucap Bryan berusaha membujuk Papanya.
Namun Bagaskara tetap tak bergeming. Ia tidak mengindahkan ucapan panjang lebar putranya. Yang Bagaskara ketahui dari orang suruhannya. Kekasih Bryan adalah seorang gadis yang tidak baik. Dan Ia tidak akan membiarkan putranya menikah dengan kekasihnya itu yaitu Rena.
Bryan yang melihat Papanya malah sibuk dengan koran di tangannya pun merasa kesal karena ucapannya hanya dianggap angin yang berlalu oleh Papanya.
Hingga suara bel pintu pun mengalihkan perhatian Bagaskara dari koran yang sedang di bacanya itu. Senyum tipis tersungging di wajahnya.
Bagaskara pun segera memanggil pelayan untuk membukakan pintu.
"Kau bersiaplah bertemu dengan calon istrimu!, Kau pasti akan suka dengan gadis pilihan Papa," ucap Bagaskara kepada sang putra.
Bryan hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Papanya. Lalu pandangannya teralihkan oleh sosok gadis yang datang itu.
Matanya terbelalak melihat siapa yang datang dengan diantarkan oleh pelayan di belakangnya.
Begitu juga dengan Bagaskara, Ia terkejut dengan penampilan Aya saat ini. Keningnya berkerut saat ini. Dalam hati bertanya-tanya kenapa penampilan Aya masih sama.
Karena sebelumnya Bagaskara sudah menyuruh seorang perias terkenal untuk mendandani Aya tadi pagi. Tapi yang Ia lihat saat ini Aya masih dengan penampilannya yang lama.
"Selamat siang Tuan Bagaskara," sapa Aya sedikit membungkukkan badannya.
Bagaskara pun berdiri dan berjalan menghampiri Aya. Ia tidak mempermasalahkan penampilan Aya. Saat ini yang terpenting adalah memperkenalkan Aya sebagai calon istri dari putranya.
Namun sebelum Ia berkata, suara putranya telah memenuhi gendang telinganya.
"Hei Kau!, Apa yang Kau lakukan di sini?!. Dan dari mana gadis sepertimu bisa mengetahui rumah ku!." Ucap Bryan menunjuk Aya.
"Bryan!,jaga sikapmu!," Bentak Bagaskara karena putranya berkata tidak sopan.
"Tapi Pa, lihatlah. Dia adalah gadis jelek dekil dan aku sangat membencinya sejak dahulu. Darimana dia bisa mengetahui rumah ini dan ada urusan Apa gadis jelek itu kemari!?," hina Bryan.
Aya yang mendengarnya pun meremas ujung baju yang Ia kenakan saat ini. Selalu saja penghinaan yang terlontar dari mulut Bryan membuatnya sakit hati.
"Bryan,jaga sikapmu!. Papa tidak pernah mengajarkan mu untuk menghina orang lain!."
Mendengar bentakan untuk yang kedua kalinya Bryan pun terdiam. Ia berdecak dan menatap kearah lain.
"Untuk kedepannya sekali lagi Kau berani menghina calon istrimu, Papa tidak segan-segan untuk mengambil seluruh perusahaan yang Kau miliki. Kau mengerti!."
Bryan membelalakkan matanya terkejut, Apa tadi papanya bilang?. Gadis yang Ia hina barusan adalah calon istrinya?.
Bryan menatap papanya, Ia pun ingin memastikan apakah pendengarannya tadi salah.
"Apa maksud Papa?," Tanya Bryan sekali lagi.
"Aya adalah calon istrimu, dia adalah gadis pilihan Papa yang akan Papa nikahkan denganmu. Apa kau mengerti?!."
"Jadi gadis jelek ini yang akan menjadi calon istriku?!. Tidak Pa, Bryan tidak akan pernah setuju dengan pernikahan ini!." tolak Bryan.
"Kau tidak bisa menolaknya Bryan!. Mau tidak mau, suka tidak suka Kau tetap akan menikah dengan Aya!."
"Pa, lihatlah dia?, Apa gadis seperti dia pantas bersanding dengan ku?!. Untuk menjadi pelayan di rumah ini pun dia tidak pantas!."
"Bryan!!."
"Tuan Bryan yang terhormat!, Anda pikir saya mau menikah dengan anda?!. CK, Anda adalah pria yang sangat sombong dan sangat arogan. Dan anda juga bukanlah tipe saya!." Ucap Aya membuat Bryan menatap tajam kearah Aya.
"Papa tidak mau tahu Bryan, Kau akan menikah dengan Aya atau Papa akan mengambil semua perusahaan milik mu!, Dan Kau juga akan Papa hapus dari daftar keluarga kita!," Ancam Bagaskara.
Bryan terdiam, Ia begitu membenci gadis jelek itu, namun Ia juga tahu bahwa ucapan Papanya tidak pernah main-main. Dan mau tidak mau iapun harus menuruti perintah Papanya.
Sedangkan Aya merasa kembali terbina akan sikap Bryan. Ingin sekali Aya pun pergi dari sana, namun Ia sudah menandatangani kesepakatan dengan Tuan Bagaskara. Jadi mau tidak mau pun Ia harus menguatkan hatinya atas ucapan Bryan.
Setelah terdiam sejenak, Bryan pun menyetujui pernikahan ini. Dan itu sungguh membuat Bagaskara merasa sangat bahagia.
"Kalau begitu Papa akan mengadakan pesta pernikahan kalian satu Minggu lagi. Dan Kau juga harus memutuskan hubunganmu dengan kekasihmu Bryan!. Papa tidak ingin keluarga kita tercemar karena kau masih berhubungan dengan wanita lain!," Ucap Bagaskara.
Dengan malas Bryan mengiyakan ucapan Papanya. Lalu iapun segera pergi dari sana meninggalkan Papanya dan Aya.
Bagaskara hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu.
"Nak, sebenarnya Bryan adalah anak yang baik sebelum Ia bertemu dengan kekasihnya itu. Dan Papa harap setelah Ia memutuskan hubungannya dengan kekasihnya dan menikah denganmu, Bryan bisa kembali lagi menjadi Bryan yang dulu lagi," ucap Bagaskara menepuk pundak Aya.
Aya hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari calon Papa mertuanya itu. Namun dalam hatinya Ia begitu enggan bila harus menikah dengan Bryan.
***