INI ADALAH NOVEL DI DALAM NOVEL MENGGABUNGKAN NOVEL 'MY BUTLER' DAN 'SEKAR & RAJA PHINISI'
Bagi yang nyari genre comedy, bacanya sampai akhir ya
~~~~~~
Orang memanggilku Sekar. Aku asli Jawa tulen. Tidak ada blasteran campur-campur dengan negara lain. Kulitku tidak seputih susu macam orang bule & orang Korea. Aku hanya Sekar orang biasa.
Itu adalah kata-kata yang selalu diingat Sekar saat dia membandingkan dirinya dengan Kasih. Kasih adalah teman Sekar yang beruntung. Dia dinikahi oleh Pemilik Hotel dengan banyak cabang. Nama suami Kasih adalah Galang.
Kehidupan Sekar mulai berubah setelah bertemu dengan Raymundus Raja seorang pengusaha yang memiliki banyak Kapal Phinisi. Pertemuan pertama kali antara Sekar, Raja & El (Saudara Raja), berada di Perairan Raja Ampat.
~~~~~~
Novel ini berurutan
1. My Butler
2. Sekar & Raja Phinisi
3. My Personal Tour Guide
4. Natasha Finding Love
~~~~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenMk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otak Udang & Bagudung
Author Point Of View
Sekar dan El menikmati malam itu dengan berbagi cerita. Entah kenapa El merasa sangat nyaman berbagi cerita tentang hidupnya kepada Sekar. Bisa jadi karena pembawaan Sekar yang apa adanya. Atau mungkin memang jiwa Sekar adalah seorang pendengar yang baik.
“Saya dengar seaplane kamu besok jam 5 pagi. Karena Raja bilang acaranya dimulai jam 11. Semoga saja tidak terlambat. Secara dari sini ke sana butuh sekitar 8 jam. Tapi untungnya ada beda waktu 2 jam di sini lebih cepat. Semoga tidak terlambat,” kata El menjelaskan.
Sekar yang mendengar ucapan El mulai berhitung dengan jari. Berharap dirinya tidak terlambat mendatangi acara yang diadakan oleh temannya itu.
“Wah… mepet sekali kayanya pak. Belum penerbangan dari sini pakai seaplane untuk menuju daratan… Tapi gak pa pa lah. Yang penting ikut hadir meski terlambat,” kata Sekar.
“Ya udah, mending kamu tidur sana. Besok harus bangun pagi. Jangan sampai terlambat,” kata El yang kemudian memeluk Sekar.
DEG! DUG… DUG… DUG…
Apa ini maksudnya? Kenapa dia memelu ku? Duh… Semoga pak El gak ngerasa jantung ku yang berdegup kencang. Kenapa ini…? Kenapa dia mulai mempererat pelukannya? Huuhh… Apa aku harus membalas pelukannya juga? Jangan-jangan! Ini bukan kapasitas ku untuk memeluknya balik, batin Sekar sambil menggerakan tangannya. Merasa bingung harus membalas pelukan El atau tidak.
Setelah beberapa menit El memeluk Sekar, akhirnya El melepaskan pelukannya itu.
“Maaf…” kata El sambil mengusap kepala Sekar.
“Eh iya, pak.”
“Saya sangat kangen dengan Mona. Ingin sekali saya melihat dia terbangun dari komanya… Tapi…” kata El terhenti. Ada air mata yang mulai mengalir di sudut matanya. Sekar yang tidak tega melihat El menangis mulai mengusap air mata yang mengalir itu.
Entahlah… aku tidak tahu dengan perasaan ku ini. Harusnya aku marah karena pak El memeluk ku cuma menjadikan ku pelampiasan rasa rindunya. Tapi melihat air mata yang membasahi wajahnya, rasanya aku tidak tega, batin Sekar.
“Iya pak… Cup cup cup…” Sekar menghapus air mata El. Merangkup wajah bosnya itu, mengusap-usap pipi El dengan ibu jarinya.
“Jangan sedih, pak. Nanti pasti kak Mona bangun dari komanya. Serahkan saja pada Sang Pencipta Hidup ini,” kata Sekar yang kemudian mengusap-usap lengan El.
“Thank you, Sekar. Maaf sudah memeluk mu tanpa izin,” kata El yang kemudian meraih pinggang Sekar untuk menghadap ke lautan.
“Hehee. Jangan kuatir, pak. Saya suka kok dipeluk pak El,” Mati… apa ini yang ku ucapkan? Spontan tanpa filter huft… batin Sekar sambil menutup mulutnya.
“Hahaaa! Kamu ini model ceplas-ceplos. Beda sekali dengan Mona,” kata El sambil mengusap kepala Sekar lagi.
Tahu gitu aku dorong waktu kamu peluk aku, pak! Gerutu Sekar dalam batinya. Tidak suka dibandingkan dengan Mona.
“Iya iya aku kan Sekar! Bukan Mona!” kata Sekar penuh sewot.
Sekar dan El melanjutkan bercerita tentang diri mereka. Ternyata kejadian itu dipantau oleh adiknya El, yang tidak lain lagi adalah Raja. Raja berdiri di sudut deck kapal paling ujung. Raja tidak menghadap langsung menatap El dan Sekar. Dia memperhatikan lewat kaca cembung yang terpasang di sudut kapal.
Raja Point Of View
Hari ini aku terpaksa datang ke RP 07. Sebenarnya aku malas bertemu El disini. Aku malas membahas rumah sakit untuk memindahkan Mona dirawat. Sudah betul aku memutuskan Mona untuk dirawat di private island ku (pulau pribadi ku) di wilayah Anambas dekat Singapore. Untuk apa harus dipindahkan ke Jerman atau British?! Kalau disana cuma dirawat dengan 1 dokter. Kurang apa aku menyediakan 5 dokter spesialis untuk merawat Mona, apa masih kurang?
Otaknya memang tidak digunakan. Dokter sudah bilang secara langsung kalau kondisi Mona tidak memungkinkan dibawa untuk terbang, takut terjadi turbulensi pesawat yang bisa mengacaukan alat bantu pernafasannya. Waktu itu aku pindahkan dia dari rumah sakit di Bandung ke Singapore saja, dokter sudah memakiku. Ini malah mau dipindahkan ke Jerman atau British! Dasar otak udang! Ngakunya lebih tua 4 bulan tapi otaknya gak ada!
Flash Back On
Setelah kejadian ciuman yang tidak disengaja dengan seorang perempuan, Raja berjalan ke ruang makan yang terletak di deck antara (deck kapal bagian tengah). Disana ada El yang sudah menunggu Raja dengan menikmati secangkir kopi.
“How are you? Long time no see,” kata El menyapa Raja. (Apa kabar? Lama tidak jumpa)
“Great! You are still alive…” jawab Raja yang kemudian duduk di depan sofa El. (Baik! Kamu masih hidup…)
Aku tidak suka sekali dia menginjakan kaki di kapalku. Ini Raja Phinisi, milikku. Apa masih kurang ayah membelikan kapal phinisi baru untuknya? Enyahlah kamu dari kapalku cepat-cepat! Gerutu Raja dalam hati.
“Aku mau membawa Mona ke Jerman. Disana Mona bisa ditangani lebih intensif,” kata El tanpa basa-basi.
Raja hanya menanggapi ucapan El dengan senyuman kecut.
“Ck! Kamu mau merawat Mona atau kamu mau membunuh Mona di atas pesawat? Dokter kan sudah bilang… Impossible (tidak mungkin)… Turbulensi pesawat bisa mengguncang alat pantu pernafasan Mona. Kalau Mona sampai kekurangan oksigen di atas pesawat, bisa kacau. Itu namanya kamu mau membunuh Mona,” kata Raja yang kemudian menyesap rokoknya.
“Siapa bilang impossible? Kenyataannya kamu juga memindahkan Mona dari Singapore ke private island mu di Anambas,” kata El tidak mau kalah dengan Raja.
“Aku kan memindahkan Mona pakai kapal pesiar. Jadi tidak akan ada goncangan. Lagian kondisi laut perbatasan Singapore dan Malaysia itu merupakan laut tenang,” kata Raja semakin menggebu-gebu. Tidak mau pendapatnya dibantah.
Huft… Ngomong sama bagudung satu ini gak akan menang. Alasannya selalu ada, batin El yang juga menikmati rokoknya. (bagudung: tikus sawah/ cacian dalam bahasa Batak)
“Aku cabut. Kalau kamu mau ketemu Mona kamu bisa datang sesukamu ke private islandku di Anambas,” kata Raja yang kemudian berdiri.
“Tunggu…”
“Apa?” tanya Raja menoleh ke El.
“Aku dengar dari Ben kamu akan terbang ke Bintan bersama salah satu staff disini. Bisa aku ikut? Aku akan melanjutkan ke Anambas setelah sampai Bintan. Kapan kamu akan terbang kesana?” tanya El mulai mematikan puntung rokoknya.
“Pesawatnya cuma jemput aku dengan perempuan bernama Sekar. Entah siapa itu Sekar, katanya teman istri si pemilik pesawat yang akan menjemput kami. Kalau gak karena dia, aku mana mau ketemu kamu hanya membahas beginian. Jadi aku gak ada hak untuk mengiyakan kamu masuk ke pesawatnya,” kata Raja dengan ketus.
“Oh… Ok. Fine. Jam berapa kamu cabut dari sini?”
“Jam 5 pagi… Aku cabut.” Raja beranjak meninggalkan El.
Flash Back Off
_____
Author Point Of View
Raja yang tengah berdiri di sudut deck atas, mengamati setiap pergerakan El dengan seorang perempuan mulai berdecak kesal. Raja tidak suka El bermesra-mesraan dengan perempuan yang sempat mengalami insiden salah cium dengannya.
“Baru 3 bulan Mona koma, dia sudah bermesra-mesraan dengan perempuan lain. Katanya dia mencintai Mona sepenuh hati. Dasar penjahat kelaminNN! Masih belum puas dia merusak Mona?! Sekarang sudah peluk-pelukan! Di kapalku lagi!” gerutu Raja penuh kebencian.
*****
Raja dan El… Kapan kalian akurnya?
Meski beda ibu, tapi satu ayah loh…
Bersambung…
Like… Like… Like…
*****
ingat sekar kata ayahmu, bos selalu benar 😅😅😅
loncat baca bab akhir saja tntng pak ansu n istri barunya....lbh sopan dan sangat manis cara nya melayani pasangannya
ga sanggup bacanya...dada sakit,sesak nafas...kenapa setragis itu hidup sekar...klo tdk ada jln kluar..lbh baik bunuh diri aja kali ya,biar aman...dan bikin semua orang egois puas hati...