NovelToon NovelToon
Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Hitam

Demi menghindari perjodohan, Cakra nekat kabur ke sebuah vila- milik keluarga sahabatnya yang terletak di daerah pelosok Bandung.

Namun, takdir malah mempertemukannya dengan seorang gadis dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna bernama Hanum.

Terdesak karena keberadaannya yang sudah diketahui, Cakra pun meminta pada Hanum untuk menikah dengannya, supaya orang tuanya tak ada alasan lagi untuk terus memaksa menjodohkannya.

Hanum sendiri hanyalah seorang gadis yatim piatu yang sangat membutuhkan sosok seorang pelindung. Maka, Hanum tidak bisa menolak saat pria itu menawarkan sebuah pernikahan dan berjanji akan mencintainya.

Lalu, apa yang akan Cakra lakukan saat ia mengetahui bahwa perempuan yang akan di jodohkan dengannya itu adalah sosok yang ia cintai di masa lalu?

Lantas bagaimana nasib Hanum kedepannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan

Dering ponsel memancing perhatian empat orang berbeda usia yang tengah makan siang di meja makan.

Seorang pria paruh baya yang menyadari ponselnya-lah yang berbunyi, segera mengangkatnya setelah melihat nama siapa yang menghubunginya.

"Halo-"

"Katakan, dimana anak saya!?" belum sempat pria itu menyapa, seseorang di telepon sudah lebih dulu menyemprot nya begitu saja.

Hadi Rudyatmo- pria itu terkekeh mendengar suara sarat akan kekesalan si penelpon. "Ups ketahuan juga." katanya terdengar mempermainkan.

"Hadi, kamu jangan main-main ya dengan saya. Katakan, dimana Cakra?" si penelpon yang tak lain adalah Arya Wiguna Haristanto- papanya Cakra sekaligus sahabatnya, terdengar mengerang kesal.

Hadi tertawa kecil, "Jangan marah marah, Arya, santai saja, nanti kamu semakin tua."

"Saya tidak sedang becanda Hadi Rudyatmo!" sentak Arya, yang sama sekali tak membuat Hadi takut. Sahabatnya itu memang pemarah sekali- dari dulu sampai sekarang.

"Oke, oke, tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf. Aku melakukan ini karena atas permintaan putraku yang sekaligus permintaan keponakan ku juga."

"Kau terlalu ikut campur,"

"Itulah aku," respon Hadi santai.

Tak ada tanggapan, sehingga Hadi melanjutkan ucapannya, "Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menolak jika keponakanku itu membutuhkan bantuan ku."

"Tidak usah berbelit-belit, katakan saja dimana anak saya?" Arya sepertinya tak sabaran sekali.

"Tenang Arya, kau seperti bicara dengan orang lain saja. Aku ini sahabat mu jika kau lupa."

Tak ada tanggapan lagi, hanya terdengar helaan nafas yang terdengar seperti menahan emosi.

"Arya, bukannya aku ingin ikut campur. Tapi karena ini menyangkut keponakan ku, sepertinya dengan terpaksa aku harus turut campur juga dalam rencana mu ini."

"Lebih baik kau diam saja Hadi, ini urusan saya dengan Cakra."

"Tapi sudah menjadi urusanku juga sejak Cakra meminta bantuan ku."

Sesaat tak ada tanggapan dari Arya, sebelum akhirnya pria itu kembali bersuara. "Untuk kali ini saja, tolong jangan ikut campur. Dan katakan dimana Cakra, sekarang?" suara Arya terdengar lebih tenang.

"Aku tidak akan memberitahumu jika kau masih bersikeras menjodohkannya." kali ini Hadi berusaha tegas.

Sahabatnya itu, jika sudah ada keinginan pasti harus terwujud, termasuk mengenai perjodohan putranya itu.

Demian- putranya sudah menceritakan semuanya padanya pada saat meminta tolong. Dan Hadi pun tidak menolak karena ia sudah menganggap Cakra seperti putranya sendiri. Jika Cakra membutuhkan bantuannya, tentu saja akan dia bantu. Walaupun harus melawan sahabatnya sendiri.

"Dia anak saya, Hadi! Jadi saya berhak mau menjodohkannya atau tidak! Saya peringatkan lagi, kau jangan ikut campur! Atau-"

"Atau apa? Heh? Mau mengancam ku?" tantang Hadi, namun, tak direspon oleh Arya.

"Maaf sekali Hadi, kalau begitu aku tidak akan memberitahumu dimana anakmu itu." Hadi mematikan begitu saja sambungan teleponnya. Tak peduli jika sahabatnya itu akan semakin marah padanya.

Hadi sudah hafal sekali watak Arya. Pria itu tidak akan marah lama walaupun imbasnya pria itu akan bersikap dingin padanya. Hadi sudah terbiasa.

"Jadi Arya sudah tau kalo mas yang nyembunyiin anaknya?" tanya Lusiana-istrinya.

Pria itu mengangguk mengiyakan. "Wataknya masih saja sama, egois."

Clara mengusap lengan suaminya- menenangkan. "Aku yakin, suatu saat Arya pasti sadar bahwa apa yang dilakukannya ini salah."

"Semoga saja." harap Hadi.

Bagi Hadi dan sang istri, menjodohkan anak itu adalah hal yang kurang etis menurut mereka. Karena anak-anak memiliki hak tersendiri untuk memilih pasangan yang mereka inginkan.

Tapi kembali lagi, bahwa sifat orang itu berbeda-beda.

Suasana di salah satu kamar vila itu terlihat tegang. Demian yang baru saja menerima panggilan dari papanya, langsung mengatakan pada Cakra; bahwa papanya Cakra sudah tahu- mengenai papanya yang menyembunyikannya.

Cakra gelisah. Dia belum siap jika harus bertemu lagi dengan papanya. Cakra tidak ingin di nikahkan.

"Terus gue harus gimana sekarang?" tanyanya panik.

"Lu tenang dulu, ngapa? Gak usah panik gitu."

"Gimana gue gak panik! Gue terancam disuruh balik paksa! Gue gak mau nikah dulu!" sentak Cakra yang terus mondar-mandir membuat Demian pusing melihatnya.

"Lu lupa? Masih ada papa gue yang bakal bantuin lu. Lu tenang aja! Gue juga gak bakal biarin lu di nikahin, kalo lu emang gak mau." sentak balik Demian.

Akhirnya Cakra pun berhenti, lalu duduk di single sofa yang ada di sana.

"Sebenarnya kenapa sih, lu, gak mau terima perjodohan itu? Padahal lu kan belum ketemu sama orangnya." tanya Demian yang masih penasaran soal itu.

"Sekarang gue tanya, lu bakalan terima gak kalo tiba-tiba papa lu nyuruh lu nikah? Padahal lu masih ingin bebas?"

"Ya enggaklah, gue mau puas-puasin masa muda gue dulu. Soal nikah belakangan aja, kalo umur gue udah tiga puluh tahun ke atas." jawab Demian.

"Dan itu yang gue rasain." ucap Cakra, kemudian menggigit jari-jari tangannya untuk meredam gelisah yang masih ada. Pikirannya berputar mencari-cari jalan keluar.

Tiba-tiba bayangan Hanum melintas begitu saja di pikirannya yang sedang kalut itu.

Hanum, gadis itu. Apa gadis itu mau menikah dengannya? Pikirnya absurd. Padahal baru saja Cakra deklarasikan bahwa ia belum ingin menikah dulu.

"Bantuin gue bisa?" tanya Cakra tiba-tiba.

"Bantuin apa lagi? Lu udah banyak banget minta bantuan sama gue." ketus Demian.

Cakra bodoamat, ragu-ragu ia berkata, "bantu bujuk Hanum supaya mau nikah sama gue."

"Apa!?" Demian terkejut, asli bukan pura-pura.

"Lu- lu jangan main-main ya. Jangan bawa-bawa Hanum dalam masalah lu ini." ucap Demian yang tiba-tiba menjadi tegas.

Sudah ia bilang, jika menyangkut Hanum ia akan menjadi tegas untuk melindunginya. Tak terkecuali pada Cakra, walaupun Cakra adalah sahabatnya.

"Please, sekali lagi ini aja. Bantuin gue." mohon Cakra. "Gue janji, gak akan macam-macam sama Hanum. Gue bakalan jagain dia dengan baik. Lu pegang janji gue."

"Gue gak yakin sama lu."

"Yan, lu sahabatan sama gue udah dari sejak kecil. Lu yang paling tau gue gimana. Apa pernah gue nyakitin perempuan? Sekalipun pernah, gue gak pernah main kasar sama perempuan,"

"Tapi kebiasaan buruk lu yang bikin gue gak yakin."

Cakra terdiam, ia paham apa yang Demian maksud. "Ok, untuk soal itu gue akui gue salah. Lu juga sama untuk yang satu ini. Tapi gue janji bakalan berhenti."

Demian berdecak, "gak usah bawa-bawa gue. Gue gak sesering lu yang tiap malam selalu booking cewek beda-beda. Gue setia sama satu orang, walaupun gak gue nikahin."

"Oke oke, gue minta maaf." Cakra mengalah saja. "Tapi bisa kan, lu bantu gue?"

Tak ingin langsung mengambil keputusan, Demian pun menimang-nimang sejenak.

Jujur, Demian tidak bisa mempercayai Cakra seratus persen. Dan Demian pun rasanya tidak tega jika harus membawa Hanum ke dalam masalah sahabatnya ini.

Tapi menolak Cakra pun Demian merasa tidak tega. Cakra adalah sahabat baiknya, yang selalu ada setiap kali ia butuh bantuan. Dan sekarang, saat Cakra membutuhkan bantuannya, susah sekali untuk Demian menolaknya.

"Oke, bakalan gue bantu." putus Demian akhirnya. Dalam hati ia meminta maaf pada Hanum, tapi ia berjanji akan melindungi gadis itu jika suatu saat Cakra menyakitinya.

Cakra tersenyum lega. "Thanks," ucapnya tulus.

Sejujurnya Cakra pun merasa bersalah karena ia akan menyeret Hanum ke dalam masalahnya ini. Namun, mau bagaimana lagi. Ia butuh Hanum supaya orang tuanya tak menjodohkannya lagi dan memaksanya menikah.

Setidaknya, Hanum adalah gadis yang Cakra kenal. Dia sedikitnya sudah tahu seperti apa seorang Hanum dan masa lalunya.

Sebisa mungkin Cakra akan menerima Hanum dalam kehidupannya. Walaupun kedepannya mungkin akan ada banyak rintangan, termasuk restu papa mamanya yang mungkin akan susah dia dapat.

Cakra tak ingin memikirkan dulu sampai kesana, yang harus ia lakukan sekarang adalah meyakinkan Hanum supaya mau menikah dengannya. Bagaimanapun caranya, Hanum harus menikah dengannya, agar Cakra memiliki alasan untuk menolak perjodohan itu.

Maafkan aku, Hanum...

1
Marwan Hidayat
lanjut kak semakin seru ceritanya 🤩
Tinta Hitam: siap kak, maksih ya
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjutkan thor
Tinta Hitam: siap kak, terimakasih sudah membaca ceritaku ini
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjut kak
Tinta Hitam: siap kak
total 1 replies
Marwan Hidayat
ceritanya sangat bagus, rekomendasi deh buat yang suka baca novel
Tinta Hitam: terimakasih
total 1 replies
Lina Zascia Amandia
Tetap semangat.
Lina Zascia Amandia: Sama2.
Tinta Hitam: makasih kak sudah mampir 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!