bagaimana rasanya jika kamu mengetahui perselingkuhan suami mu, bahkan seluruh keluarganya mengetahui perselingkuhan itu dan menyembunyikannya darimu?
"lihat saja,, aku akan membalas semua perlakuan kalian padaku, apa yang sekarang kalian miliki adalah milikku dan aku akan mengambilnya kembali"~
simak ceritanya dari outhor, ig: @adivahalwahasanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rudi sakit.
"alhamdulillah baik mas, saat ini sedang banyak kasus salah satunya kasus Andine. Jadi, dia belum bisa ikut" kata tante sulis dengan senyum mengembang, papi Andine pun menganggukan kepala seraya membalas senyum tante sulis.
"Sebentar ya,, kamar lagi di beresin sama si mbak" kata mami Andine dengan senyum mengembang.
"jadi sekarang gimana Ndine? perusahaan apa kamu tinggal begitu aja?" tanya mami Andine lagi.
"ngga kok mi, tiga minggu ini aku tetep pantau perusahaan lewat ponsel. Sebetulnya aku pura-pura bangkrut mi!" kata Andine membuat kedua orangtua nya saling pandang.
"pura-pura bangkrut? Kenapa?" tanya mami Andine.
"selama ini Andine hanya di jadikan sapi perah mi sama keluarga mas Rudi, memang mas Rudi memberikan nafkah yang cukup tapi gak sebanding dengan pengeluaran Andine untuk keluarganya. Mulai dari untuk Arisan ini lah, itu lah, untuk biaya adiknya kuliah, belum adiknya minta ini lah itu lah. Kadang dalam sebulan bisa lebih dari dua puluh juta mi, gak sebanding sama nafkah yang di kasih mas Rudi" Kata Andine membuat mami nya menutup mulut.
"mereka melakukan itu sama kamu Ndine?" tanya papi Andine yang langsung di jawab anggukan kepala oleh perempuan itu.
"Malahan ya mas, mbak waktu Andine datang kerumah saya di sudut bibirnya itu sobek dan pipinya memar bekas tamparan. Semua itu ulah mertuanya yang licik itu!" kata Tante Sulis lagi-lagi membuat mami dan papi Andine syok.
"Astagfirullaahh,, kamu mengalami hal seperti itu tapi mami sama papi tidak tau Ndine, Yaallah maafin mami sama papi ya Ndine!!" kata mami memberikan pelukan pada anak perempuannya yang malang.
"ngga mi, semua nya bukan salah mami sama papi. Semua nya emang salah Andine yang gak pernah dengerin omongan mami sama papi, maafin Andine mi, pi. Mungkin ini teguran untuk Andine dari Allah SWT dengan menunjukan bagaimana peragai mas Rudi dan keluarga padahal masih di tahun pertama pernikahan kami!" kata Andine yang juga di benarkan oleh mami nya.
"benar Ndine, kamu harus bersyukur tidak hidup lebih lama diantara keluarga toxic seperti itu. Alhamdulillah Allah masih melindungi kamu dengan memberitahukan belang nya kehidupan mereka!" kata mami Andine membuat perempuan itu menganggukan kepala.
"iyaa mi,, sekarang juga mudah-mudahan apa yang jadi tujuan Andine bisa berjalan sesuai rencana, Andine pengen mereka merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya setelah apa yang mereka lakukan pada Andine!" kata Andine dengan senyum kecil.
"gampang kalau itu, serahkan sama papi. Kalau papi tau kamu mendapatkan hal seperti ini, papi tidak akan tinggal diam dari kemarin. Papi akan suruh orang untuk memberikan lelaki itu pelajaran!!" kata papi Andine dengan mata mengkilat marah.
"sudah pi, lagian sepertinya dia akan mendapatkan karma nya sendiri. Sekarang untuk Andine yang terpenting, Andine bisa bebas dari orang seperti dia. Mami sama papi do'a kan saja semoga proses perceraian Andine dengan Mas Rudi berjalan lancar" kata Andine dengan senyum mengembang.
"tentu saja sayang, kalau perlu nanti kita kembali ke indonesia sama-sama. Kita tunjukan siapa kita di hadapan orang-orang itu!!" kata mami Andine dengan nada geram.
"sudahlah mi, tidak ada untungnya juga. Oiyaa,, mami sama papi emang mau kalau harus kembali ke Indonesia?" tanya Andine dengan mata berbinar.
Mami dan papi Andine pun saling pandang, keduanya tersenyum menatap anak semata wayang mereka itu.
"iyaa Ndine, sebetulnya mami sama papi emang udah ada rencana untuk kembali ke Indonesia saat Ramadhan tahun ini. Tapi, ternyata kamu datang lebih cepat. Mungkin kita akan kembali sama-sama, iya kan pi?" kata mami Andine di jawab anggukan kepala oleh papi.
"iyaaa,,, seperti nya kami juga tidak betah meninggalkan Indonesia lama-lama, rencananya kami akan tinggal di Indonesia lagi dan cari rumah sederhana di sebuah kampung yang asri. Kami mau menghabiskan masa tua kami disana!" kata papi Andine membuat Andine menyeritkan kening.
"kalau seperti itu, kenapa kalian gak tinggal lebih lama di sini mbak, mas. Di sini kan tempatnya asri, enak kaya pedesaan di Indonesia!" kata Tante Sulis yang langsung dibenarkan oleh Andine.
"beda Lis, ini negara orang. Jelas kami gak bisa bebas seperti di negara kami sendiri, memang suasananya asri tapi kami kurang nyaman karna penduduknya tidak seramah Indonesia" kata papi Andine membuat Andine dan Sulis bingung.
"maksud papi kamu, di sini tidak seperti Indonesia yang mana disana banyak orang bertegur sapa, senyum, beraktivitas bareng. Kalau di sini, apa-apa sendiri. Apa yang kita lakukan, tetangga tidak akan peduli Ndine, Lis" kata mami Andine membuat keduanya mengerti.
"oh gituu,, tapi mbak, bukannya negara ini memang tidak memiliki banyak penduduk ya?" tanya Tante Sulis.
"memang iyaa,, cuma yaa begitu deh hehehe" kata mami Andine.
"sudah,, kalian istirahat sana, sudah malam. Kita juga harus istirahat. Oiya kalian sudah makan kan?" tanya Mami Andine membuat papi memutar bola mata malas, bagaimana mungkin lupa menanyakan hal itu padahal sudah menyuruh mereka istirahat karna sudah larut malam.
"udah kok Mi tadi di bandara!" jawab Andine dengan senyuman.
"syukurlah kalau begitu, mami lupa nanyain tadi hehehe" jawab mami Andine membuat keduanya terkekeh sementara papi Andine hanya menggelengkan kepala.
"yasudah ayuk kita istirahat, kalau kamu nanya terus kapan mereka istirahatnya!" kata papi Andine yang langsung berdiri dari sofa.
"ayok,, mami anter ke kamar, kalian satu kamar tidak apa kan? maklum, disini kamarnya hanya sedikit tidak seperti disana banyak kamar hehehe" kata mami Andine yang langsung di angguki keduanya.
Di Rumah Rudi.
Bu Murni tengah kalang kabut karna anak lelakinya tampak terus kesakitan, ia bingung harus seperti apa. Anak perempuan satu-satunya pun entah pergi kemana hingga larut malam belum pulang kerumah.
"haduuhh gimana ini,, mana Niken juga tidak bisa dihubungi, aku harus hubungi siapa ya?" kata bu Murni yang terus mondar mandir di depan pintu kamar Rudi.
"ah,, sebaiknya aku telpon Andine, biar gimana pun kan sekarang dia masih istrinya Rudi. Dia masih harus bertanggung jawab terhadap Rudi sebagai istri!" kata Bu Murni menekan nomer ponsel Andine.
Satu dua kali tidak di angkat, lalu panggilan ketiga pun terhubung setelah beberapa kali dering panggilan pun terjawab.
"halooo,, Andine, kamu harus kembali kesini sekarang. Rudi sakit karna di pukuli orang!!" kata Bu Murni dengan nada panik.
( lalu, apa urusannya dengan ku bu? aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan Mas Rudi, ibu salah kalau terus menghubungi aku. Lagi pula ini sudah malam dan Andine tidak berada di Indonesia!) kata Andine yang menjawab telpon bu Murni saat sudah berada di kamar.
"Apa!! Lalu dimana kamu? Suami sakit malaj enak-enakan kamu pergi, pulang sekarang dan urus Suamimu! Biar gimana pun, Rudi masih sah sebagai Suamimu!!" kata Bu Murni.
Andine pun tak menjawab, ia justru menutup panggilan telpon membuat bu Murni mengeram marah karna kelakuan Andine.
"kurang ajar, berani-beraninya dia mematikan telpon sepihak. Awas aja kamu Ndine!!" gumam bu Murni.
Tak lama ia pun mendengar suara pintu rumah terbuka, anak perempuannya Niken pulang dengan wajah tak sedap dipandang.
"kamu dari mana saja si ken? Dari tadi ibu telpon tapi tidak pernah kamu Angkat!" kata bu Murni pada Niken.
"Apa si bu? Ibu ga liat Niken habis belanja, nih lihat. Banyak kan belanjaan Niken!" kata Niken memperlihatkan beberapa paperbag ditangannya.
"k-kamu dapat uang dari mana belanja banyak banget kaya gini, hah!!" bentak bu Murni.
"Apaan si bu! Ini tuh pacar Niken yang beliin semuanya! Lagian ngapain si ibu nungguin Niken, biasanya juga udah tidur!!" kata Niken merebahkan dirinya di sofa.
"Mas kamu itu dari tadi kesakitan ken, dia habis dipukuli orang gak dikenal. Ayok bawa dia kerumah sakit, ibu tidak mau mas mu kenapa-kenapa!" kata bu Murni membuat niken membelalakan mata.
"d-di pukuli orang? Kenapa bu, kok bisa?!" tanya niken membuat bu Murni mendengus.
"ibu juga gak tau, udah lah ayok kita bawa Mas kamu ke rumah sakit!!" kata Bu Murni.
"i-iyaa bu, ayok. Niken pesen taksi online dulu, ibu siapkan mas Rudi aja!" kata Niken di angguki bu Murni.
'Mas Rudi dipukuli orang, jangan-jangan karna....'