Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Elara POV
Mata biru yang biasa menenangkan itu berubah menjadi seperti ombak di lautan. Dingin mencekam.
"Siapa kamu?"
Charles bertanya dengan suara sedikit naik beberapa oktaf. Bagai singa yang mengingatkan jika pejantan lain telah melewati wilayahnya, Charles sudah siap dengan taring-tarinya yang siap mencengkeram.
Sebastian tidak terpengaruh meski maniknya berkilat melihat tubuhku didekap oleh Charles.
Aku masih dalam keadaan linglung akibat parfum Charles yang menusuk hidungku. Dan aku malah menghirupnya terus menerus... enak... seperti candu. Charles menyadari tingkahku yang menghirupinya, dia tersenyum jumawa.
"Kau suka?" bisik pria itu menyadarkanku. Aku mendongak dengan wajah merah dan berpaling pada Sebastian yang menatapku sendu.
Aduh, apa yang aku lakukan?
Aku mengurai pelukan Charles, dan dia tidak menahanku. Aku salah tingkah sendiri, Sebastian memperhatikanku tanpa berkedip.
Apa aku terlambat lagi, Nyonya? batin Sebastian berkecamuk.
Aku mengangkat kepalaku dan bertanya pada Sebastian. "Ada apa Sebastian? apa ada sesuatu dengan Tuanmu Ares?"
Charles menekuk wajahnya ketika nama saingannya disebutkan. Aku hanya bisa tersenyum tipis melihat respon pria itu dari ekor mataku.
"Saya sudah mengundurkan diri," aku membulatkan mata mendengarnya.
"Kenapa?" tanyaku heran.
"Saya hanya mengabdi pada Nyonya, tidak pada yang lain."
"Tapi, kamu adalah orang Ares sebelum aku masuk ke Gloomy Corp."
"Ketika saya mendengar anda bercerai, saya langsung mengundurkan diri karena..."
"Karena?"
"Karena saya menyukai anda, meski saya tau saya tidaklah cukup pantas menggantikan Tuan Ares."
Aku terhenyak hingga otomatis memundurkan tubuhku, Charles yang diam saja akhirnya angkat bicara. "Sayang sekali, kau harus kembali kecewa... karena kami akan segera menikah," suaranya lantang penuh percaya diri.
Sebastian yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya, rasanya seperti di siram oleh air dingin seketika mendengar wanita yang dikejarnya akan menikah lagi.
Pria itu menatapku penuh tanya, aku melihat kesedihan di sana. Aku tidak mau memberi harapan palsu, karena nyatanya aku hanya menganggap Sebastian karyawan yang baik dan berdedikasi tinggi. Tanpa tau jika pria itu memendam perasaan padaku.
"Maaf Sebastian, aku... akan menikah bulan depan," jujurku.
Tubuh Sebastian menegang meski begitu dia tetap bertanya, berusaha meyakinkan kembali diriku akan keputusanku.
"Apa Nyonya mencintainya?"
Aku tersenyum manis. "Aku sedang berusaha mencintainya, orang yang selalu menghiburku dikala ku terpuruk... dia selalu ada untukku."
Sebastian mengangguk, ternyata dirinya sudah benar-benar terlambat. Andai dia menyadari lebih awal, dan lebih dulu menghibur mungkin... posisi Charles saat ini menjadi miliknya. Sikap tegar Nyonya nya membuatnya tidak sadar dan berfikir jika semua baik-baik saja. Tidak apa-apa, asalkan aku bahagia pikirnya.
Charles yang mendengar pengakuanku langsung tersenyum sumringah, ia menggapai tanganku dan mengecupnya. "Terima kasih, Ara."
Aku menarik tanganku dengan wajah malu, pria ini benar-benar tidak bisa menahan diri. Apa lagi saat ini ada Sebastian di hadapanku.
"Tidak apa-apa Nyonya, asal Nyonya bahagia... sebagai gantinya... biarkan saya kembali bekerja pada Nyonya," Charles memasang tubuh untuk menolaknya.
"Tidak bisa!" Apa jadinya membiarkan pria yang menyukai calon istrinya ada disekelilingnya.
Aku memegang tangan Charles menenangkan. "Charles, tenang..."
"Tapi Ara... dia menyukaimu... dia pasti ingin merebutmu dariku," kilahnya dengan wajah murung. Aku suka wajah merajuknya, membuatku gemas.
"Kau masih tidak mempercayaiku? Tidak akan ada yang berubah antara aku dan Sebastian. Hanya atasan dan karyawannya," ucapku meyakinkan.
Aku menggenggam tangan Charles dan tersenyum manis. Kemudian aku menoleh pada Sebastian yang terdiam menunggu keputusanku.
"Kau diterima, bukan karena perasaanmu padaku. Tapi karena kau memang kompeten, ku harap kau tidak mengecewakanku," jelasku pada Sebastian.
Pria itu mengangguk mengerti. "Terima kasih, Nyonya!"
Tidak apa-apa, kali ini aku akan menjagamu Nyonya... meski aku tidak bisa memilikimu.
Sebastian pamit, aku menyuruhnya mulai bekerja besok menjadi asistenku seperti dulu. Hari ini aku dikejutkan dengan pernyataan Sebastian akan perasaannya padaku. Tapi semua itu tidak akan merubah sikapku padanya, karena aku hanya menganggapnya sebagai karyawanku.
🍁🍁🍁
Di dalam kantorku, kini telah duduk Charles menghadap mejaku. Mengamatiku sedari tadi, mengusik konsentrasiku. Aku menaruh ballpoint dan menumpu daguku dengan tangan.
"Ada apa kau ke kantorku? Apa kau tidak ada kerjaan di kantormu?" tanyaku.
Aku mengikuti gerakannya yang beranjak dari sofa menuju diriku. Charles menyender pada meja kerjaku, aku melihat tangannya yang hendak menyentuh wajahku. Jarinya menyusuri bawah mataku yang menghitam samar.
"Kau kurang tidur, Ara... apa yang membuatmu terjaga?" suara pria itu pelan seperti berbisik.
Mendadak aku merasakan jantungku yang berdetak kencang, terlintas bayangan tadi malam saat kami bercumbu. Aku yang membayangkan dirinya di atas ranjangku, membuatku sulit untuk tidur. Aku menggigit bibir bawahku memindai wajah tampan Charles. Tatapanku jatuh pada bibir tebal pria itu... bibir hangat dan lembut.
Aku memalingkan wajahku yang memanas, kepalaku sepertinya sudah rusak. Mengapa yang ada hanya pikiran-pikiran kotor.
"Ara..." paggilannya membuatku merinding.
Aku menoleh dan kecupan pun mendarat di bibirku. Charles lagi-lagi menjeratku dengan pesonanya, sedangkan aku wanita kesepian yang terlalu lama diabaikan. Mana tahan jika digoda seperti ini?
Aku merasakan tubuhku melayang, Charles mendudukkanku di meja kerja dan kembali mencumbuku. Tangannya mulai bergerilya meraba pahaku mengirimkan sensasi yang telah lama aku tidak rasakan. Aku bergelijang meremang mendengar bisikan-bisikannya menyebut namaku.
"Ara..."
Ini memabukkan, lidahnya yang lembut bermain cantik membawaku menuju awal kenikmatan. Aku tanpa sadar mengikutinya... bibirnya membuatku lupa akan keberadaanku saat ini.
"Charles..." aku meraba wajahnya saat pangutan itu terlepas. Charles memejamkan mata menikmati sentuhanku "Jangan pernah kecewakan aku..." ucapku lirih. Ada kegetiran disetiap kata, aku tidak mau kecewa lagi.
Charles membuka mata dan memandangku dengan lembut. Tatapan yang membuatku luluh. "Aku akan menjadikanmu ratuku, kita menua bersama dan memiliki banyak anak. Ara... aku mencintaimu seperti aku mencintai ibuku, jadi... jangan ragukan aku. Kita saling menjaga... saling terbuka apapun itu karena, kunci suatu hubungan adalah komunikasi. Kau bebas mengutarakan perasaanmu padaku, aku pun akan selalu jujur padamu."
Perkataan Charles mau tidak mau membuatku terharu. Namun, aku masih ingin meyakinkan lagi seberapa besar cintanya padaku. "Jika aku tidak bisa memberimu anak, apa kau akan seperti Ares? Mengkhianatiku?"
"Berhenti membuka lukamu, Ara... kita bisa mengadopsi anak yang terlantar tanpa orang tua... cintaku tidak terbatas keturunan, kau tidak percaya?"
Aku menggeleng. Aku ingin tahu bagaimana dia meyakinkanku.
Charles meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. Aku mengeryit memperhatikannya.
[Ardan... tolong buatkan aku sebuah pernyataan diatas materai jika aku tidak akan pernah menikah lagi setelah menikahi Elara Nasution, apapun alasannya... dan jika aku mengingkarinya aku siap kehilangan semua kekayaannku dan-]
Aku meraih ponsel Charles dan mematikan sambungan itu, aku melempar asal ke arah sofa. Charles menatap bingung padaku.
"Aku percaya... terima kasih," aku menghambur memeluknya hingga tubuhnya limbung dan kami terjatuh bersama di atas sofa.
Kini aku duduk dipangkuannya, aku menatap pria tulus di hadapanku ini dengan mata yang basah. Aku menarik kerah pria itu dan menciumnya. Memangutnya tanpa nafsu... tapi perasaan tulus dari dalam lubuk hatiku. Kami menempelkan kening menikmati sisa kecupan manis barusan.
"Aku membuka hatiku untukmu, Charles..."
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Ara udah buka hati selebar-lebarnya buat Charles... jd bang... jangan kecewain Ara yaa...
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "