NovelToon NovelToon
Gadis Modern Dan Tuan Desa

Gadis Modern Dan Tuan Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rendi 20

Baca aja 👊😑

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kirana marah pada Candra

Kirana melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Gadis itu menangis sejadi-jadinya karena merasa sakit hati Candra tadi membentaknya. "Hikss ... Hikss ... Aku nggak kenal dia, tapi rasanya sangat sakit ketika dia membentakku," isaknya.

"Hikss ... Hikss ... Ibu, aku tidak mau di sini. Aku ingin pulang. Di sini tidak membuatku betah sama sekali." Kirana semakin menangis sembari memeluk bantal guling yang ada di sampingnya, membayangkan bahwa bantal guling yang sedang ia peluk itu adalah Nyonya Melinda — Ibunya.

Beberapa menit menangis. Akhirnya, Kirana mulai tenang. Namun, ia masih merasa sakit hati karena bentakkan Candra tadi.

Dengan segera Kirana meraih ponselnya yang ia simpan di atas nakas. Gadis itu pun menelpon nomer teman-temannya.

"Halo, Kiran!" sapa Jesika terlebih dahulu.

"Wah ... Kiran, Lo udah tiba di Desa?" tanya Sandra yang langsung dibalas anggukan pelan oleh Kirana.

"Gimana rasanya tinggal di Desa? Enak nggak?" tanya Violet penasaran.

"Nggak sama sekali! Kalian tau? Gue baru aja dibentak oleh pemilik rumah ini!" sungut Kirana yang membuat mereka bertiga langsung terkejut ketika mendengarnya.

"Wtf ... Lo dibentak?!" ulang Jesika.

"Wah, wah, wah, nggak bener nih! Padahal belum ada sehari loh lo tinggal di situ!" protes Sandra.

"Maka dari itu gue mau pulang! Gue nggak mau di sini!" sungut Kirana dengan nada merengek.

"Emang bokap Lo izinin Lo buat pulang?" tanya Violet yang membuat Kirana langsung terdiam.

"Pasti nggak kan?" tebak Jesika.

Kirana pun menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Jesika. "Tapi gue nggak mau lama-lama di sini! Kata Ayah gue harus tinggal di sini selama 3 bulan! Bayangin aja, gue harus tinggal di sini selama 3 bulan! Nggak mungkin dong! Yang ada gue bisa mati karena tersiksa di sini!"

"Terus kita harus gimana, Ran? Nggak mungkin kan kita ke sana terus bawa Lo kabur dari rumah itu?" sungut Sandra.

"Ide bagus! Gue mau kalian bertiga datang dan bawa gue pergi dari desa ini secepat mungkin!"

"WHAT?!"

________________________________________________________

Pagi hari.

Tok ... Tok ... Tok ...

Pintu kamar Kirana diketuk oleh seseorang. Kirana yang masih tertidur itu pun langsung terbangun ketika mendengarnya. Dengan perlahan ia beranjak dari atas tempat tidur, lalu melangkah menuju pintu.

CEKLEK.

Pintu terbuka. Kirana langsung terdiam ketika melihat Candra berdiri tepat di hadapannya.

"Kau dipanggil Ibu ke bawah untuk sarapan," ucap Candra yang membuat Kirana memutar bola matanya dengan malas.

"Ya!" jawab Kirana dengan singkat.

"Ya apa?" tanya Candra.

"Ya! Gue akan ke bawah sebentar lagi! Gue mau mandi dulu!" jawab Kirana dengan ketus.

"Ohh, baiklah." Candra membalikan tubuhnya dan hendak pergi dari hadapan Kirana, namun ia tiba-tiba teringat sesuatu sehingga ia kembali berbalik untuk menatap Kirana.

"Apa lagi?" tanya Kirana.

"Soal semalam, saya minta maaf. Saya tidak sengaja membentak kamu. Saya pikir kamu itu maling yang masuk ke dalam rumah. Untung saja Ayah segera datang dan menjelaskan semuanya," ujar Candra dengan perasaan yang sangat bersalah.

"Maling?" ulang Kirana yang justru semakin kesal dengan permintaan maaf Candra itu.

"Ya ... Di desa ini memang rawan kemalingan. Jadi—"

"Cukup! Semalam Lo itu udah bentak gue sampai nangis! Lalu sekarang Lo berani nyebut gue maling?! Lo itu benar-benar nggak tau adab apa gimana?! Apa semua pemuda desa seperti Lo ini nggak tau caranya sopan santun?! Bisa-bisanya Lo nyebut gue maling! Emang wajah gue ini terlihat seperti maling, hah?!" teriak Kirana dengan marah.

Candra yang mendengar itu, mulai menyadari bahwa permintaan maafnya barusan sangat salah karena telah menyebut Kirana sebagai maling.

"Itu—"

"Dasar pemuda desa kumuh!"

BRAK-!

Belum sempat Candra menyelesaikan perkataannya. Kirana langsung menutup pintu kamarnya dengan sangat keras sehingga membuat Candra terdiam.

Bersambung.

1
Filanina
Kirana itu anak tunggal?
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.
—͟͞͞★Ṃ૯ᥣ༏ą—͟͞͞★: itu bukan nitip, tapi disuruh menetap ke desa biar Kirana berubah gak liar lagi klo tinggal di kota😑
total 1 replies
Filanina
kok agak rancu melawan ketidak nafsu makan...
Filanina
agak janggal nama bokapnya pake Tuan. Kayak cerita klasik aja.
Filanina
Haha... lebay
Filanina
baik, Thor. Semangat ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!