Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Izinkan Aku...
***
Tiba di apartemen...
Devan membaringkan tubuh lemah Sherin di
atas tempat tidur dengan sangat hati-hati. Dia
menatap wajah pucat Sherin yang terlihat tak
berdaya itu. Rahangnya mengeras, dia tidak
menyangka dirinya akan kecolongan begini
hingga semua ini bisa terjadi.
Roman dan Simon ikut masuk ke dalam kamar
karena ada hal yang harus mereka lakukan.
"Siapkan penawarnya sekarang.!"
Titah Devan sambil mengelus lembut rambut
Sherin yang tampak berantakan dengan tatapan
tidak lepas dari wajah istrinya itu yang kini sedang terlempar jauh ke alam bawah sadarnya karena
pengaruh obat yang telah di suntikan oleh Brian.
Pengaruh obat pelumpuh yang di suntikan oleh
Brian memilki efek yang akan membuatnya
tertidur dalam jangka waktu tertentu. Kemudian
pada saat dia terbangun, kondisi tubuhnya akan terkontaminasi oleh reaksi zat afrodisiak hingga
menyebabkan tubuh Sherin terserang gairah
bercinta yang sangat kuat.
"Tuan Muda..reaksi nya nanti akan tetap sama
setelah Nyonya sadar. Jadi Nyonya pasti akan
kaget pada saat itu terjadi."
"Hemm.. aku tahu, sudah siapkan saja.!"
"Baik Tuan. Untuk sekarang kita hanya akan
memberikan dosis pertama untuk pemulihan.
Nanti Tuan berikan lagi suntikan penetralisir
agar tidak terjadi syok berlebihan.!"
Sahut Roman sambil kemudian bergerak cepat menyiapkan semua yang dibutuhkan di bantu
oleh Simon. Mereka memasukan cairan kuning
ke dalam jarum suntik hingga memenuhi ukuran
yang di butuhkan. Setelah itu mengulurkannya
ke hadapan Devan.
Terpaksa, Devan membuka sedikit jas yang di
pakai menutupi lengan Sherin agar lebih mudah
melakukan proses injeksi. Kemudian dia mulai
melakukan penyuntikan cairan penawar tersebut.
Sherin tampak meringis kesakitan dan mendesah pelan saat rasa sakit yang dirasakannya masuk
mempengaruhi kinerja otaknya.
Devan menatap kembali wajah Sherin setelah
proses penyuntikan selesai. Dia menarik napas
berat sambil tak henti mengamati reaksi Sherin.
Wajahnya masih saja terlihat sangat dingin.
"Kalian sudah boleh keluar sekarang. Jangan
lupa, pantau terus perkembangan dunia maya.
Aku yakin, sesaat lagi akan ada ledakan besar
soal kedatangan ku ke tempat itu.!"
"Baik Tuan, laksanakan.! Kami permisi."
Roman dan Simon membungkuk hormat.Tidak
lama mereka berlalu keluar dari dalam kamar.
Devan bergerak, membuka jas yang menutupi
tubuh Sherin. Matanya menatap tajam seluruh
tubuh bagian atas Sherin yang terbuka, lalu
mengamatinya dengan seksama. Tangannya
terkepal kuat, tampang wajahnya terlihat
semakin kelam.
"Apa yang sudah di lakukan laki-laki brengsek
itu padamu Sherin.?!"
Desis Devan di penuhi perasaan yang tidak jelas.
Dia benar-benar tidak bisa terima semua ini.
Perlahan-lahan dia merapihkan kembali gaun itu.
Devan tidak berani mengganti pakaian Sherin.
Dia tidak akan sanggup melakukan nya, karena
seumur hidup, dia belum pernah melihat tubuh
polos orang lain, apalagi seorang wanita, meski
wanita ini adalah istrinya sendiri.
"Tidak...tidaakk.. ja-jangan Brian..lepaskan aku.
Kau.. tidak bisa melakukan ini padaku...!!"
Sherin mengigau hebat dalam tidurnya sambil
menggelengkan kepalanya kuat dan berkeringat
dingin. Mata Devan kembali berkilat hebat, dia
mengelus wajah Sherin yang tidak juga tenang.
Wajahnya terlihat begitu panik dan ketakutan.
Dia mencengkram kemeja Devan yang terpaksa
merunduk dan mendekat.
"Sherin..hei..Sherin aku disini.! Kau sudah
aman sekarang. Aku ada di sini bersamamu.!"
Bisik Devan sambil menempelkan bibirnya di
telinga Sherin dan membisikan kata-kata tadi
hingga perlahan mampu membuat Sherin mulai
terlihat lebih tenang. Tapi tangan Sherin masih mencengkram erat kerah kemeja Devan hingga
mau tidak mau wajah mereka mendekat, dan
hampir tidak berjarak.
Nafas Devan mulai tidak beraturan mendapati
bibir merah delima Sherin ada di hadapannya.
Sekuat tenaga dia mencoba menahan gejolak
hasrat yang tiba-tiba datang menerjang. Devan memejamkan mata, lalu bergerak menjauhkan wajahnya dengan susah payah.
"Dev...maafkan aku..aku sudah tercemar..Aku
tidak bisa menjaga diri dan kehormatan ku.."
Deg !
Jantung Devan rasanya seperti tercabut dari
tempatnya. Ada yang menghantam ulu hatinya
saat ini sampai rasanya begitu sakit. Dia kini
membuka mata, menatap dalam-dalam wajah
Sherin. Dia tahu Brian belum sempat memiliki
Sherin, namun entah apa yang sudah pria itu
perbuat tadi.
"Apakah benar, aku hanya di takdirkan Tuhan
mendapatkan sisa orang lain. Kalau itu sudah
menjadi bagian hidupku, aku akan menerimanya
Sherin. Tapi untuk saat ini, aku belum siap untuk
menerima kenyataan itu. Aku tidak akan bisa.!"
Gumam Devan sambil melepaskan cengkraman tangan Sherin di kerah kemeja nya. Tapi tangan
Sherin berpindah memegang tangannya dengan
kuat. Devan kembali menarik nafas dalam-dalam.
Dia semakin merasa gelisah. Otaknya di penuhi
berbagai praduga tidak jelas hingga membuat
jiwanya semakin terasa tersiksa.
Sial ! Wanita ini membuat dirinya tidak mampu mengendalikan segala rasa kecewanya. Padahal
dari awal dia sudah tahu bahwa wanita yang di nikahinya ini adalah wanita yang penuh dengan
skandal serta di dera berbagai masalah pelik.
Devan melepas pegangan tangan Sherin, lalu
beranjak menuju balkon. Dia berdiri di pinggir
balkon, mencoba mengontrol segala amarah
sekaligus kekecewaan nya. Namun tampaknya
Dev gagal mengendalikan diri, dia menjatuhkan
tinjunya di reling balkon, hingga menimbulkan
getaran hebat pada bangunan megah itu
seolah terkena gempa bumi.
Devan terus menjatuhkan tinjunya berkali-kali
meluapkan segala kegelisahannya. Bayangan
saat mengingat Brian sempat menyentuh tubuh
Sherin terus saja mengganggu pikirannya.
Hatinya terasa panas, terbakar oleh api yang
membara dan menghanguskan jiwanya.
"Aargh... Sherin.. kenapa ini harus terjadi...!"
Dev berteriak keras sambil menjambak rambut
dan mengacaknya, dia benar-benar frustasi.
Tapi kenapa harus sampai seperti ini.? mereka
tidak memiliki perasaan apapun yang mengikat.
Lalu kenapa jiwanya harus tersiksa seperti ini.?
Bruk.!
Dev menolehkan kepalanya ke asal suara. Dia
segera masuk ke dalam ruangan. Matanya kini menatap tajam sosok Sherin yang terjatuh dari
atas tempat tidur. Dan..saat ini Sherin sedang mencoba menyeret langkah nya yang terseok-
seok menuju kamar mandi. Kelihatannya dia
masih terserang lemas.
"Sherin...! Mau kemana kamu..?"
Dev mengejarnya dan berusaha menangkap
tubuh nya yang terlihat limbung tak terkontrol.
"Stop.! Jangan sentuh aku Dev..! Tubuhku ini
kotor. Kau tidak pantas menyentuhkan tangan
mu di tubuhku.! Aku sangat menjijikkan.!"
Cegah Sherin sambil mengangkat tangannya
membuat Devan membeku, tapi tatapannya
semakin tajam. Sherin merayap melangkah ke
arah kamar mandi, namun kepalanya tiba-tiba
terserang pusing yang hebat. Aneh.! dia juga
mulai merasakan gelagat aneh menyerang
tubuhnya. Panaass...dan..ahhh entah apalagi
ini. Tidak, dia butuh mendinginkan tubuh nya
sekarang juga. Ada gelombang hasrat aneh
yang kini menerjang tubuh nya.
"Sherin..!!"
Dalam gerakan cepat Devan menyambar tubuh
Sherin yang tampak limbung dan akan terjatuh.
Kini tubuh Sherin ada dalam rangkulan Devan
pada posisi yang sangat intim dan romantis.
Mata mereka saling menatap. Tubuh Sherin
kini seolah tersengat aliran listrik. Dia bergetar,
ada dorongan hebat yang membuat dia seolah
menginginkan sentuhan lebih dari pria ini.
Perlahan tangannya bergerak meraih rahang
kokoh Devan yang menatapnya dengan sorot
mata yang terlihat sekali sedang menguatkan
dirinya. Tatapan Sherin yang kini berubah lembut
dan mendamba, membuat tubuh Devan semakin
bergetar, dia tahu obat itu mulai beraksi. Dasar
Brian brengsek.! jadi ini yang di inginkannya.!
"Dev... apa yang terjadi dengan tubuh ku..?
Aku kepanasan.. tolong..aku.. aku..harus mendinginkannya sekarang."
Lirih Sherin dengan suara yang sangat lembut
dan bergetar sambil mendekatkan wajahnya
ke wajah Devan yang sama-sama bergetar.
Devan membawa tubuh Sherin untuk berdiri,
tapi tangan Sherin tidak terlepas dari dada pria
itu, tubuh mereka kini merapat, hal itu membuat
Devan semakin tidak bisa mengontrol dirinya.
"Kau.. kau dalam pengaruh obat Sherin.. kau
harus segera mendapat penawar keduanya."
"Obat.? kenapa jadi begini Dev.. tolong..bawa
aku ke kamar mandi. Aku harus mendinginkan
dan membersihkan tubuh kotor ini.!"
"Sherin.. aku harus memberikan suntikan yang
kedua ke tubuhmu sekarang juga.!"
Ucap Devan sambil mengangkat tubuh Sherin
ke dalam pangkuannya. Sherin mengalungkan
tangannya di leher Devan dengan tatapan yang
semakin mendalam. Rasa panas yang mulai
membakar tubuhnya kini seakan tersiram salju
lembut saat bersentuhan langsung dengan
pria yang notabenenya adalah suaminya itu.
Tatapan mereka kini saling mengunci. Namun
dorongan hasrat aneh itu kini semakin menjadi, menyerang dan membuat Sherin menginginkan sentuhan lebih dari suaminya ini, dia benar-benar
mulai kehilangan kontrol dirinya. Tangannya
bergerak mengelus lembut wajah Devan yang menatapnya dengan sorot mata berat.
"Aku tidak butuh suntikan obat Dev..aku hanya
membutuhkan mu.! tolong.. bawa aku kembali
pada kenormalan. Aku tidak akan sanggup
melewati semua ini tanpa bantuan mu.."
Wajah Devan langsung bereaksi aneh, dengan
cepat dia memalingkan wajahnya. Tidak, dia tak
akan melakukan hal itu sekarang, dia tidak akan
sanggup menerima kenyataan. Dengan tampang
wajah aneh, Devan melangkah membawa Sherin
menuju kamar mandi.
"Tunggu di sini.. aku akan membawakan apa
yang kau butuhkan sekarang.!"
Devan menurunkan tubuh Sherin di dalam ruang shower, kemudian dia berbalik, tapi langkahnya terhenti saat tangannya di tarik dan di genggam
kuat oleh Sherin. Devan menoleh, jantung nya terguncang saat matanya bertemu tatap dengan
mata cantik Sherin yang sudah di selimuti oleh
kabut gairah yang membara.
"Apa kau begitu jijik pada tubuh ku ini Dev..?
Aku tidak butuh obat itu. Biarkan aku berjuang
sendiri untuk keluar dari kondisi ini.!"
Lirih Sherin bergetar pelan sambil melepaskan
pegangan tangan nya. Dev memalingkan wajah,
tangannya terkepal kuat, dia segera berbalik dan melangkah keluar. Sherin semakin tidak bisa mengontrol dirinya, reaksi obat ini terlalu kuat. Brengsek kau Brian..!! Sherin terus mengumpat
pria itu penuh kebencian.
Dengan gemetaran dia melucuti pakaiannya
kemudian berdiri di bawah guyuran air shower
bersuhu dingin. Tubuhnya semakin menggigil.
Tapi bukan karena kedinginan, sekuat tenaga
dia menahan segala terjangan hasrat aneh
yang kini telah menguasai dirinya seluruhnya.
Ya Allah... bagaimana ini.. tolong kuatkan aku
melewati semua siksaan ini..
Lirih Sherin sambil memejamkan matanya dan
memeluk dadanya sambil menengadah untuk
mengguyur wajahnya berharap semua siksaan
ini bisa segera di redam nya.
Dev membeku di tempat, darah nya tiba-tiba
mendidih begitu dia masuk kembali ke dalam
kamar mandi sambil membawa jarum suntik
kedua. Di depan matanya kini, sesosok tubuh
indah nan menggiurkan tengah berdiri dalam
keadaan setengah polos di bawah guyuran air
shower, hanya tertutup pakaian dalam saja,
itupun dengan model yang sangat minim.
"D-Dev... kau..kau kenapa kesini lagi.?"
Sherin yang tidak kalah terkejutnya tergagap.
Dia mundur ke dinding ruangan shower. Mata
mereka saling menatap kuat dengan sorot mata
yang sama-sama aneh. Tubuh mereka terbakar
seketika. Perlahan Dev melangkah, jarum suntik
yang ada di tangan nya terjatuh begitu saja.
Mana mungkin dia bisa bertahan menyaksikan
tubuh molek yang teramat sempurna itu tersaji
dan terpampang nyata di depan matanya.
"Dev.. kau..mau apa.? jangan mendekat.!"
Suara Sherin semakin bergetar saat Dev maju
ke hadapan nya. Pria itu menarik kemeja yang
di kenakkan nya dan melemparnya asal. Tubuh gagahnya kini ikut terguyur, basah..nampak
begitu menggoda membuat Sherin semakin
tidak bisa mengontrol dirinya.
Dalam satu gerakan cepat Dev mengangkat
tubuh Sherin ke dalam pangkuannya, kemudian
menyeretnya ke dinding ruangan. Mata mereka
semakin terpaut dalam dengan nafas yang
sudah sama-sama semakin berat. Kaki Sherin
kini melingkar erat di pinggang Devan, sedang
tangannya di lilitkan di leher kokoh suaminya itu.
"Dimana laki-laki baj*ng*n itu menyentuhmu.?
Aku akan menghapus jejaknya sekarang juga.!"
Desis Devan dengan suara yang sangat parau,
terdesak hasrat yang kini semakin menggedor
dan menguasai dirinya. Tapi masih ada amarah
dan kekecewaan yang tersirat dari nada suara
nya serta wajahnya yang dingin. Sherin kini tak
peduli apapun lagi, dia memang membutuhkan
pria ini untuk melepaskan dirinya dari kondisi
panas yang menyiksa tubuhnya sekarang ini.
"Aku tidak tahu sampai dimana orang itu telah
menyentuhkan tangannya. Oleh karena itu, aku
harus membersihkan tubuhku ini dari jejaknya.!"
"Kau tidak boleh lagi tersentuh tangan-tangan
kotor seperti bajingan itu.! Selama kau menjadi
istriku, hanya aku yang berhak menyentuh mu
Sherinda.!"
Geram Devan sambil mendekatkan wajahnya
yang membuat Sherin memejamkan matanya
sambil menengadahkan wajahnya dan hal itu
membuat gairah Devan semakin tak terkendali.
"Kalau begitu..tolong bantu aku untuk keluar
dari kondisi ini. Kau akan tahu sampai dimana
keraguan mu dapat kau tuntaskan.!"
Lirih Sherin sambil kembali menatap lekat wajah Devan dengan sorot mata penuh damba. Dan
tanpa aba-aba, dia langsung menyambar bibir
Devan yang terkejut sesaat. Ciuman Sherin kini semakin terasa panas dan memaksa membuat
Devan tidak mampu bertahan. Dia membalas
dengan lebih ganas lagi. Keduanya larut dalam
panasnya permainan lidah yang panas membara.
Masih dalam keadaan saling bertautan bibir,
tubuh Sherin turun dari pangkuan Devan. Kini
mereka berdiri di bawah guyuran air shower,
dan perlahan namun pasti Devan melepaskan
seluruh kain yang menempel di tubuh mereka. Tangannya menarik tubuh polos Sherin agar
merapat hingga tubuh mereka kini menempel
satu sama lain membuat Sherin mendesah
pelan dalam ciumannya saat menyadari inti
tubuh milik Devan menekan miliknya.
Devan menggeram dalam ciumannya begitu
miliknya bersentuhan dengan inti tubuh milik
Sherin yang menimbulkan sensasi nikmat asing
yang baru pertama kali di rasakan nya. Mereka
mengerang dan menggila, tapi pertautan bibir
itu tidak jua bisa terlepas, malah semakin buas.
Tangan Devan kini semakin menjalar, menyisir
bagian-bagian sensitif tubuh Sherin. Mulai dari
punggung sehalus sutera nya, turun ke bagian
bokong super istimewa nya dan meremasnya
kuat hingga erangan panjang lolos dari mulut
Sherin. Tubuh inti mereka kini semakin tidak
mampu bertahan, mencoba merangsek masuk
dan saling menekan lebih dalam. Tangan Devan
beralih ke depan, meremas dan memainkan dua
bukit kembar istrinya itu yang memilki bentuk sempurna dengan ukuran yang sangat..sangat
memuaskan.
Gairah mereka kini semakin tidak terbendung.
Mereka tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Pelepasan pertama akhirnya keluar dari inti
tubuh milik Sherin membuat dia melepaskan
ciumannya. Sherin mundur dengan tubuh yang bergetar hebat di serang ketegangan begitu
menyadari kini tubuh mereka sudah sama-sama dalam keadaan polos tak tertutupi sehelai
benangpun.
Mata mereka kembali saling menatap dengan
ritme nafas naik turun tidak teratur. Keduanya
saling memandangi tubuh mereka yang sama-
sama sempurna itu. Sherin bergidik ngeri saat
melihat inti tubuh Devan yang super perkasa itu
tampak sudah berdiri tegak dan gagah, bersiap
untuk tempur. Pantas saja tadi dia merasakan
seakan di tekan benda yang sangat keras.
"Aku tidak bisa menunda nya lagi sekarang..
Malam ini akan menjadi malam panjang kita.."
Desis Devan sambil kemudian meraih bathrobe
yang ada di dekat dinding ruangan. Setelah itu
dengan sedikit bergetar dan terburu-buru dia menyelimuti tubuh Sherin yang sudah tegang
akut itu, lalu melilitkan handuk di tubuh bagian
bawah nya. Dengan gerakan ringan dan cepat,
dia meraih tubuh Sherin ke dalam pangkuannya kemudian melangkah keluar dari kamar mandi.
"Dev... apa kau yakin untuk ini.? Aku takut kau
akan kecewa setelah nya.. aku.."
"Aku sudah tidak mungkin mundur lagi Sherin.
Bara di tubuh kita harus di padamkan..!"
Debat Devan sambil menatap kuat wajah Sherin
yang kini sudah benar-benar memerah. Selama
berjalan menuju tempat tidur, mata mereka tidak
pernah berpaling, saling memandang dengan
kabut gairah yang sudah sama-sama mencapai
puncaknya.
Perlahan.. Devan membaringkan tubuh Sherin
di atas tempat tidur besar nan mewah bernuansa
putih silver itu. Devan mengurung tubuh Sherin
yang kini terlihat pasrah karena desakan hasrat
itu sudah tidak mampu lagi membuat dia keluar
dan kembali pada kenormalan.
Keduanya kembali saling menatap kuat seolah
meyakinkan diri untuk malam ini. Devan tidak
mampu mempertahankan keangkuhan jiwanya.
Dia harus melewati malam ini dengan memiliki
istrinya ini seutuhnya, walau nantinya dia harus
menelan kekecewaan, tapi dia pastikan akan menerimanya dengan Ikhlas...
Devan mendekatkan wajahnya, menempelkan
bibirnya di telinga Sherin yang memejamkan
matanya kuat sambil menguatkan dirinya..
"Ijinkan aku memiliki dirimu seutuhnya malam
ini..istriku sayang..."
Ada cairan bening yang keluar dari sudut mata
cantik Sherin. Dia mencengkram seprai dengan
kuat.. Tuhan..apakah memang laki-laki ini yang
akan menjadi pemilik kehormatannya.??
***
Bersambung....
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻