Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Alfano terus menggandeng tangan istrinya. Semua mata tertuju pada mereka. Terdengar bisikan dari para perawat dan dokter lainnya, bisikan yang yang memuja keharmonisan mereka.
Dari kajauhan, Alfano tersenyum ke arah sang pemilik Rumah sakit. "Selamat datang Dokter" sapa pemilik Princess Grace Hospital. "Apa dia istri Dokter Alfano?" tanyanya.
"Iya, Dok" balas Alfano tersenyum bahagia.
"Allesia, kenalkan ini Dokter Lucas. Dokter Lucas adalah pemilik Rumah sakit ini" kata Alfano.
"Senang bisa diterima kerja di Princess Grace Hospital" kata Allesia tersenyum ramah.
"Ayo kita keruanganku" kata Dokter Lucas.
Allesia dan Alfano mengikuti Dokter Lucas ke ruangannya. Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai diruangan Dokter Lucas.
"Silahkan duduk Dokter, Apoteker Lesia" kata Dokter Lucas.
"Maaf, Dokter tahu dari mana nama panggilan itu?" tanya Allesia, setahu dia yang biasa memangggilnya Lesia adalah rekan kerjanya yang di Johns Hopkins Hospital.
"Aku pernah datang di Johns Hopkins Hospital. Di sana, aku bertemu denganmu. Kamu masih ingat wanita hamil yang kamu bantu saat berada di depan Apotek? Dia adalah istriku" jelas Dokter Lucas.
"Apa...!" Allesia membulatkan mata tak percaya. Pria yang sempat ia marahi adalah orang yang berpengaruh di Monako. Allesia memarahi Dokter Lucas saat Dokter Lucas lalai menjaga istrinya. Dokter Lucas sibuk menerima panggilan telepon hingga tak mendengar istrinya meminta tolong.
"Hahahaha. Santai saja, aku tidak akan memarahimu. Justru aku ingin berterimakasih padamu. Terimakasih sudah membantu istriku" kata Dokter Lucas.
"Oh ya. Mulai besok kalian aktif bekerja. Hari ini kalian cukup berkenalan dengan rekan kerja kalian" ujar Dokter Lucas.
"Ikut aku. Aku akan mengenalkan kalian dengan rekan kerja yang lain" kata Dokter Lucas.
Alfano dan Allesia mengikuti Dokter Lucas. "Lepaskan tanganku" bisik Allesia. Sejak tadi, Alfano terus menggandeng tangannya.
"Tidak mau. Aku mau orang-orang tahu kalau kamu istriku" balas Alfano santai.
Dokter Lucas masuk ke dalam ruang rapat. Di dalam ruang rapat, ada belasan Dokter yang tengah duduk menunggu kedatangan Dokter Lucas.
"Aku sengaja mengupulkan kalian. Kita punya rekan kerja baru, seorang Dokter yang terkenal dengan pisau bedanya. Aku rasa kalian sudah mengenalnya atau melihatnya di televisi" jelas Dokter Lucas.
"Senang bisa bekerja dengan kalian, mohon bimbingannya" sapa Alfano membungkuk sejenak.
Terdengar suara tepuk tangan dari ruang pertemuan. Mereka pernah melihat Dokter Alfano di televisi namun mereka belum pernah bertemu dengannya.
"Suatu kebanggaan bisa bekerja sama denganmu Dokter" ujar Dokter Zain. Dokter yang sering bolak balik ke kontrakan untuk mengecek kondisi Alfano sewaktu koma.
"Maaf Dokter, siapa wanita yang disamping Dokter? Sepertinya dia orang yang penting dalam hidup Dokter" tanya salah seorang Dokter Wanita.
"Hahahaha. Dia, dia istriku" balas Alfano tersenyum.
"Cantik sekali" timpal Dokter yang lain.
"Dia adalah Apoteker Lusia, istri dari Dokter Alfano. Aku rasa Dokter Alfano merasa takut kehilangan Apoteker Lusia hingga sejak tadi ia tidak melepaskan genggaman tangannya" ujar Dokter Lucas yang disambut tawa oleh Dokter yang lain.
"Jangan takut Dokter, kami akan membantu Dokter untuk menjaga Apoteker Lusia" ujar Dokter Zain.
Seusai memperkenalkan diri, Alfano dan Allesia serta Dokter Lucas berjalan menuju Apotek untuk bertemu dengan penanggung jawab Apotek serta pegawai lainnya yang bertugas di Apotek.
Apotek Umum
"Kalian kedatangan seorang Apoteker yang akan bekerjan di sini. Mohon untuk berbaur dengannya" kata Dokter Lucas.
Semua pegawai yang bertugas di Apotek umum, igd, rawat jalan, rawat inap serta bagian gudang menyapa Allesia dengan ramah.
"Selamat datang di dunia obat-obatan pada Princess Grace Hospital" kata Apoteker Reena dengan ramah.
"Mohon bimbingannya" ujar Allesia dengan sopan.
Perkenalan pun telah usai, Alfano dan Allesia serta Dokter Lucas kembali ke ruangan Dokter Lucas. Sesampainya di depan ruangan, Alfano pamit untuk pulang, Dokter Lucas pun mengiyakan.
Parkiran
"Tuan, aku malu..." ketus Allesia cemberut.
"Malu kenapa?" tanya Alfano menaikan sebelah alisnya.
"Sejak turun dari mobil sampai detik ini Tuan masih menggenggam tanganku" balas Allesia.
Alfano terkekeh lalu melepaskan tangan istrinya. "Aku hanya ingin mereka tahu kalau kamu itu istriku. Dengan begitu, tak ada satu orang pun yang bekerja di sini mencoba untuk mengambilmu dariku" kata Alfano.
"Ciee yang cemburu" ledek Allesia tertawa.
"Hahahaha. Akhirnya kamu tertawa juga" ujar Alfano tersenyum lebar.
"Ayo kita pulang, kita tunggu Lusia dan Afro di sana" kata Alfano lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya. Mobil perlahan bergerak meninggalkan area rumah sakit. Di perjalanan, Allesia menatap suaminya.
"Tuan," panggil Allesia.
"Iya" sahut Alfano tanpa menoleh menatap istrinya.
"Apa Tuan sudah mengizinkan aku untuk mati?" tanya Allesia hati-hati.
Alfano tiba-tiba menepikan mobilnya. Ia menatap lekat istrinya. "Aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku. Namun, satu yang ingin aku tanyakan. Apa Lusia tidak penting lagi bagimu?" tanya Alfano.
"Aku sedang bertanya Tuan, jangan memberiku pertanyaan baru" balas Allesia.
"Aku tahu. Bagaimana jika aku bilang iya? Kamu akan bunuh diri sekarang...!" bentak Alfano.
"Haisss... kenapa jadi begini!" batin Allesia. Ia meruntuki kebodohannya.
Alfano kembali menyalakan mesin mobil, mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Hening, tak ada yang bersuara. Raut wajah Alfano kembali seperti dulu, dingin dan angkuh.
"Tuan. Maafkan aku" ujar Allesia.
"Hmm" hanya itu jawaban dari Alfano.
"Aku harus bagaimana ini. Rasanya tidak asik jika berkelahi dengannya, dia begitu menakutkan saat sedang marah" batin Allesia.
"Tuan" panggil Allesia.
"Hmm" masih dengan jawaban yang sama.
"Apa Tuan marah?" tanya Allesia was-was.
"Hmm" jawaban itu lagi.
"Aku mau turun...!" teriak Allesia.
Tanpa bersuara, Alfano menepikan mobilnya. Ia keluar dari mobil lalu menghentikan Taxi. Alfano masuk ke dalam Taxi tanpa menoleh ataupun pamit pada istrinya.
"Tuan, di mana alamatnya?" tanya supir Taxi.
"L'Escorial, 15 Avenue Hector Otto" balas Alfano. L'Escorial, 15 Avenue Hector Otto adalah alamat Mansion.
"Aku tak habis pikir dia akan menanyakan hal itu. Jika Lusia saja sudah tidak berarti baginya lalu bagaimana denganku. Aku rasa dia hanya perpura-pura menerimaku" batin Afano.
----------
Mansion
Alfano mengeluarkan selembar uang untuk membayar Taxi. "Ambil saja kembaliannya" kata Alfano.
"Terimakasih Tuan" balas sang supir lalu pergi meninggalkan Mansion.
Saat Alfano hendak melangkah masuk, tiba-tiba Allesia datang dengan mobil yang ditinggalkan Alfano. Alfano tak menghiraukan Allesia, ia terus melangkah dan masuk ke dalam rumah.
Allesia keluar dari mobil, ia berjalan sedikit berlari menghampiri suaminya. "Maafkan aku" ujar Allesia, ia memeluk suaminya dari belakang. "Semoga cara ini bisa membuat amarahnya mereda" batin Allesia.
Jangan lupa like, vote, bagikan dan bintang 5 😊 Maaf untuk kesombongan author yang jarang membalas komentar kalian. Akan ada saatnya kita akan saling menyapa 😊. Author lagi banyak kesibukan di dunia nyata, author sudah mencoba membuat episode agar para readers tidak kecewa 😘
Tetap jaga kesehatan ya 😘😘😘