Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 - Om!
Hari ini banyak kelas yang tidak belajar. Hampir semua karena tidak ada dosen yang masuk sampai dua hari ke depan. Karena kampus mereka akan berulang tahun dua hari lagi, yang ke 14.
Untuk merayakannya, pihak kampus menyelenggarakan lomba-lomba atas kampus. Lomba olahraga dan kesenian. Bahkan sampai dosen-dosen diharuskan ikut lomba apapun lomba yang panitia penyelenggara telah atur. Dan para pemenangnya akan mendapatkan hadiah liburan ke tempat wisata di luar negeri.
Bukan kaleng-kaleng. Semua penghuni kampus berbondong-bondong mendaftarkan diri mereka. Siapa yang tidak suka coba kalau panitia memberikan hadiah langsung liburan keluar negeri.
"Zuya, kamu mau ikutan lomba apa?"
Warni mendatangi Zuya dan bertanya.
"Nggak tahu. Gak usah aja deh, aku males." sahut Zuya tidak begitu antusias.
"Nggak asik ah. Memangnya kamu nggak pengen liburan keluar negeri. Kan asyik tuh bisa keluar negeri gratis."
Hampir saja Zuya bilang dia tidak peduli karena tanpa menang pun dia bebas meminta ke orangtuanya uang ke luar negeri. Keluarganya bukan keluarga pas-pasan yang kalau liburan keluar negeri saja harus berusaha keras cari duit. Dia tidak cerita memang kalau dirinya adalah anak konglomerat, pemilik rumah sakit terbesar di negara itu. Hanya orang-orang yang kenal baik dia yang tahu. Seperti ketiga sahabatnya, juga si om jelek itu.
Apalagi di kampus penampilan Zuya tergolong sederhana dan tidak terlalu suka menonjol. Makanya dikampus tidak terlalu banyak yang menyorotnya padahal dia cantik. Mereka hanya tahu dia dekat sama ketiga cowok yang termasuk populer di kampus. Igo, Bowen dan Keno.
"Pokoknya aku nggak ada niat ikut lomba." ucap Zuya cuek sembari membaca komik kesukaannya.
"Hei, aku dengar si Aska bakalan ikut lomba juga mewakili kelasnya. Pasti menang deh aku jamin. Dia kan atlit." seru salah seorang cewek di dalam ruangan kelas itu. Suaranya sangat kencang sampai semua orang mendengarnya. Termasuk Zuya.
Mendengar kalimat itu Zuya pun tertarik. Aska ikut lomba? Kalau begitu dia juga mau. Kan kalo dia menang dan Aska juga menang mereka akan dapat liburan bersama. Asyik sekali. Dia bisa lihat bareng idolanya dong.
"Siapa yang pengen ikut lomba lari. Maksimal dua orang dari kelas kita." ketua kelas mereka yang berdiri di depan bertanya.
"Aku." Ada satu cewek lagi yang angkat tangan, Zuya juga. Padahal tadi dia tidak mau ikut.
"Zuya, katanya kamu nggak mau ikutan ikut lomba." Warni di sebelahnya heran karena Zuya yang tadinya bilang dengan tegas tidak mau ikutan, eh tiba-tiba mengangkat tangan sekarang.
Zuya menyengir lebar.
"Aku berubah pikiran, heheh."
"Okey, karena yang angkat tangan hanya dua orang, kalian dua-duanya akan mewakili kelas kita ikut lomba lari." kata si ketua kelas, namanya Aldo.
Zuya tersenyum puas. Coba saja dulu. Siapa tahu menang kan dia juga yang untung. Bisa liburan bareng Aska yang ganteng.
"Lomba yang lain siapa yang mau ikutan? Masih ada lomba voli, basket, lempar lembing, tarik tambang, nyanyi, baca puisi, dan masih banyak lagi." Aldo kembali membacakan lomba-lomba yang belum dia bacakan tadi. Kali ini banyak yang angkat tangan. Mungkin karena lomba yang di sebut Aldo ada banyak.
Suasana kelas mulai riuh. Teman-temannya yang lain sudah mengerubungi Aldo. Zuya menggunakan kesempatan tersebut untuk keluar kelas. Ia mencari tempat yang agak sepi agar bisa melanjutkan bacaannya. Namun ketika tiba di kebun belakang kampus tersebut, Zuya mendengar ada suara orang berbicara. Gadis itu bersembunyi di semak-semak sambil menguping pembicaraan di sana.
"Saya suka bapak, pengen jadi pacar bapak."
Bapak?
Wah, bisa heboh ini. Seorang mahasiswi nembak dosen. Zuya menatap ke depan ingin mencari tahu siapa laki-laki yang gadis di ujung saja tembak. Namun karena laki-laki itu berdiri membelakanginya, Zuya jadi tidak bisa lihat seperti apa rupanya. Dosen muda atau bapak-bapak yang sudah tua.
Heh?
Zuya mengernyitkan dahi ketika melihat lelaki yang berdiri membelakanginya. Perawakannya sangat familiar.
"Pak Shawn mau kan jadi pacar saya?"
Shawn?
Pantas saja Zuya lihat tampangnya familiar. Ternyata oh ternyata.
Harus aku abadikan moment ini.
Zuya bergumam dalam hati kemudian mengambil ponselnya dan diam-diam merekam mereka.
"Kau sudah mengganggu ketenanganku beristirahat. Pergi!" balas Shawn ketus. Dia merasa terganggu sekali. Niatnya datang ke kebun belakang kampus yang sepi ini buat tidur sebentar, eh malah datang pengganggu. Bahkan tanpa malu-malu menembak dia. Ya ampun, Shawn tidak habis pikir. Walau tempat ini sangat sepi dari keramaian, dia tetap risih dan merasa sangat terganggu.
"Tapi pak, saya sudah suka bapak sejak pertama kali mengajar di kelas. Kita bisa pacaran diam-diam." perempuan itu tetap ngotot. Zuya mengakui keberaniannya. Meski sudah cukup berlebihan sih. Masa dia berani tanya dosen di area kampus. Nggak ada yang larang, tapi kan tetap aneh.
"Saya bilang pergi dari sini sekarang! Jangan pernah menemui saya lagi. Perkataan kamu tadi tidak akan saya ingat lagi. Pergi dan jangan pernah ganggu saya lagi, kalau tidak kau akan merasakan sendiri seperti apa kemarahan saya." nada bicara Shawn cukup kasar. Karena sudah emosi juga.
Zuya sampai tercengang. Ternyata laki-laki itu kalau sudah marah menakutkan juga. Perempuan di depannya sampai menunduk menahan tangisnya. Ia pun berbalik pergi dari tempat itu sambil berlari.
Zuya duduk di rerumputan dalam semak-semak itu. Memutar video yang barusan dia rekam dan menonton sambil tertawa-tawa sendiri. Menurut Zuya adegan itu lucu.
Ia sengaja merekam mereka bukan karena niat pengen sebarin. Ingin konsumsi pribadi saja. Siapa tahu juga suatu hari nanti dia bisa pakai video tersebut buat ngancam Shawn.
"Saya bilang pergi dari sini sekarang! Hahahaha." gadis itu mengikuti nada bicara Shawn lalu tertawa ngakak.
Ia sama sekali tidak menyadari laki-laki yang dia tertawakan sedang berdiri di belakangnya. Shawn awalnya tidak tahu kalau ada orang lain di tempat itu sampai ia melihat ada yang bergerak di semak-semak. Saat ia datang memeriksa, ternyata Zuya. Gadis itu sedang menonton rekaman aksi perempuan tadi nembak dia dan mengikuti gayanya berbicara dalam video tersebut.
Bocah nakal. Berani merekamku diam-diam.
Shawn tidak marah di rekam diam-diam oleh gadis itu. Tapi dia harus menghapus rekamannya. Zuya ini cukup nakal, bisa saja dia menyebarkan video itu.
Shawn pun diam-diam berjalan mendekat dan dalam sekejap mata hape milik Zuya sudah berada di tangannya.
"Om!" Zuya kaget dan refleks memanggil laki-laki tampan tersebut dengan sebutan biasanya.