NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:49.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 | Ia Juga Terluka

“Yaampun… kok banyak kali belanjanya?”

Ruka langsung syok saat melihat Yuto membawa begitu banyak belanjaan, padahal yang ia pinta hanya ayam dan kikil. Tetapi, ada juga ikan tongkol, ikan alu-alu, bahkan udang. Tempe dan tahu juga ada, kecuali sayur.

“Untuk stok aja, Ma…” jawab Yuto, padahal sebab ia membeli semua itu agar ia bisa membelikannya juga untuk Fara.

“Di kulkas masih ada udang loh, Yuto… stok ikan juga masih banyak. Ikan sama ayam panggang tadi malam juga masih ada itu, masih bisa kita makan hari ini. Kita cuma bertiga, pun.”

“Nggak apa-apa, Ma. Kan bisa antar ke rumah Nek Ani.” Yuto mengambil baskom besar. “Sini, Yuto bantu bersihkan ayam sama ikannya.”

“Memangnya bisa?”

“Bisa, dong. Tapi kikil nggak tahu. Kek mana bersihkannya, Ma?”

“Ya dicuci aja berulang kali, sambil diremas-remas. Tapi yang banyak cucinya. Harus bersih kali. Kalau nggak sini biar mama aja.”

“Nggak usah, Yuto aja. Mama duduk aja sana.”

“Kok Yuto bisa bersihkan kek gini?” tanya mamanya, masih berdiri di samping putranya.

Yuto tertawa pelan. “Di Kyoto, kalau lagi nggak kuliah, Yuto suka bantuin Kek Satoru. Lumayan, dikasih duit.”

“Oh ya? Memangnya dikasih berapa?”

“Ya nggak tetap sih. Kadang 3.000, kadang 5.000 yen, tergantung berapa lama bantuinnya. Tapi dulu pernah dikasih hampir 10.000 karena bantuin seharian, karena lagi ada festival di kuil dekat rumah,” jawabnya sambil nyengir.

“Kok mama nggak tahu cerita ini?”

Yuto menyengir. “Sengaja nggak Yuto kasih tahu, takut mama pikirnya Yuto hidup susah di sana. Tapi justru seru loh, Ma. Dari pada part-time sama orang lain, mending sama Kek Satoru. Lumayan, bisa nabung dikit-dikit.”

“Kalian ini… Kak Yuri dulu juga part-time, kemarin mama dengan dari Yumi, si Dava ternyata juga part-time. Kalau bukan Yumi yang kasih tahu, ya mama nggak akan tahu juga.”

Dava merupakan adik Yuto dan Dava adalah saudara kembar Sora. Ya, Dava dan Sora kembar tidak identik—sedangkan Yumi adalah putri tertua Yuki dan Endah. Saat ini, Dava dan Yumi sama-sama kuliah di Kyoto University dan mereka tinggal di rumah kakek mereka di Kyoto—rumah milik Kek Haru yang sejak dulu telah digunakan anak hingga cicitnya kini.

“Justru itu, Ma… bagi kami para mahasiswa di sana, kerja part-time itu kayak jadi kebanggaan. Bukan karena uangnya aja, tapi lebih ke pengalaman, belajar tanggung jawab, ngerasa bisa mandiri walau cuma sedikit. Bisa bayar makan sendiri, jajan, kadang beli buku juga dari hasil kerja. Rasanya beda aja gitu, Ma,” ucap Yuto, menyiram ayam dengan air mengalir sambil mencabut bulu ayam yang tersisa.

“Oh ya, papa ke mana, Ma?” tanyanya setelah sadar papanya tidak terlihat di sana.

“Lagi bersihkan halaman belakang. Katanya nanti sore mau main tenis sama Om Yuki, Om Ran, sama Om Kai juga.”

“Nanti sore? Ikut juga lah.”

.

.

.

Sama seperti Yuto, Fara juga melakukan hal yang sama. Ia melakukannya sambil diiringi suara papanya yang sedang mengaji di ruang tamu, berbaur dengan suara mamanya yang sedang berteleponan di dalam kamar—tapi kayak lagi berantam. Ngamuk ngomongnya.

“Kau pun banyak kali tingkahmu. Udah tahu nggak ada uang, kok malah cicil barang pula. Kalau udah kayak gini, kakak yang kau todong. Nggak ada uang lagi kakak.”

Begitu suara mamanya yang Fara dengar, jelas sekali pasti sedang teleponan dengan adik mamanya, Tante Ijah.

“Ya kau minta lah sama suamimu. Kelen itu aneh. Keperluan anak, tapi kok kau yang pusing sendiri? Suruh juga lah suamimu pikir. Jangan kau aja yang pikirkan.”

Fara lanjut membersihkan tongkol, hendak langsung ia rebus dan akan ia bawa ke kantor besok untuk Ingus dan Kutu.

Bukan dia yang beli tongkol itu, tapi Yuto yang tanpa ia sadari, Yuto sengaja meminta si penjual untuk memisah setiap belanjaan mereka menjadi dua plastik, yang ternyata satunya lagi untuknya.

Lucunya, saat tak sengaja memikirkan Yuto, menghangat hatinya—meski suara mamanya terus terdengar dan membuatnya cemas, karena biasanya pasti akan meminta tolong padanya untuk mengusahakan agar bisa membantu tantenya itu.

Pintu kamar mamanya terbuka. “Fara, ada uang di rekening?”

Tuh kan, sesuai dugaan Fara.

“Nggak ada, Ma. Uang Fara kan belum dibalikkan Tante Ijah sama Kak Shella,” jawabnya tanpa menoleh, terus membersihkan tongkol.

Eka menghampirinya lalu menyodorkan ponselnya kepada Fara. “Coba cek uang mama.”

Fara membilas tangannya, lalu mengeringkan dengan serbet. Kemudian dia meraih ponsel mamanya, mulai membuka Byond.

“321 ribu, Ma,” ucapnya.

Raut wajah Bu Eka tampak terkejut. “Loh, kok cuma segitu? Seharusnya uang mama lebih dari itu!”

“Ya mana Fara tahu. Ini kan rekening mama.”

“Tapi seharusnya nggak segitu!”

“Fara nggak tahu, Ma… coba ingat-ingat lagi.”

“Ingat-ingat apanya. Orang mama nggak ada ambil-ambil, kok. Kok bisa hilang uangnya?”

Siapapun yang mendengarnya, juga melihat bagaimana raut wajah mamanya, tentu pasti akan berpikiran sama seperti Fara.

“Jadi mama tuduh Fara?” tanya Fara akhirnya, sudah terlalu kecewa.

“Mana pula mama tuduh. Kan mama cuma tanya! Gitu aja tersinggung. Sombong kali! Mentang-mentang udah kerja, kayak gitu sama mamanya! Kerja gajinya nggak seberapa aja pun lagak kali.”

Puas mengomel, mamanya kembali ke dalam kamar, meninggalkan Fara yang sudah membisu di tempat, masih diiringi suara papanya yang terus mengaji, tidak terganggu sama sekali dengan keributan di dapur.

Fara menarik napas panjang dan menghembuskannya. Ia sudah terbiasa dengan hal seperti itu, tetapi hatinya tak juga terbiasa dan selalu ada rasa perih di dadanya. Rasanya sakit kali, seperti diremas erat, hingga membuat napasnya tertahan.

Fara menghela napas sekali lagi, kali ini lebih ringan. Ia kembali fokus pada baskom berisi tongkol di wastafel, mulai memindahkannya ke dalam panci, ia beri sedikit jahe yang ia geprek, ia isi air, lalu ia rebus.

Ia lanjut membersihkan ikan alu-alu (barakuda). Dan seperti biasa, air mata mengalir di wajahnya. Kali ini tidak langsung ia tepis, tetapi ia biarkan mengalir begitu saja.

Baginya, terkadang air mata memang harus mengalir untuk membersihkan jiwa dari rasa sakit.

Tapi, ia jadi cemas pada dirinya sendiri.

Harus sampai kapan begini?

Setiap kali sedih, setiap kali hatinya terluka, ia akan tetap terlihat diam dan tenang, tidak menyampaikan keluhannya, namun bukan berarti ia tidak kesulitan atau bahkan merasa beban dalam hal itu.

Ia hanya tak ingin menyakiti, terutama karena pelakunya adalah orang tuanya sendiri.

Dia tidak mungkin melukai orang tuanya atau lebih tepatnya, dia tidak bisa menyakiti mereka. Ia tidak bisa menyakiti orang yang ia cinta.

Tapi ia terluka.

Ia benar-benar terluka sampai rasanya ingin keluar dari rumah ini. Ia tidak ingin merasakannya lagi dan lagi. Ia sudah terlalu lelah. Ia ingin menyerah, tapi kembali lagi, ia tidak ingin menyakiti kedua orang tuanya yang ia cintai.

Disaat seperti itu, satu hal yang selalu menjadi pertanyaan di dalam benaknya.

Mengapa orang yang ia cintai tidak tahu bahwa ia terluka?

.

.

.

.

.

Continued...

1
Ulfah Rahayu
nek mayang😢
Kar Sim
Masya Alloh cakap X endingnya, seperti di kehidupan nyata.... dilanjut Tor 👍👍
Ikha Mangil
nah kannn ketauan kau eka
matilah kau🙈😬
Ayu retonisa
eka ini otaknya kebanyakan Micin
Tita Rosmiati
syukur lah selamat tuh si Filano kuning dasar uka uka g tau diri 😁
Tita Rosmiati
g usah takut Fara Sora itu meskipun muncung nya berisik tapi baik banget loh sama seperti keluarga yg lain nya
Ibu² kang Halu🤩
aku menunggu karmanya si uka-uka., hah😤😤 entah kapan lah itu sadarnya si uka-uka ini😡😡
EsTehPanas SENJA
bener... jaga tensi sama diabetes penyakit ga pandang usia ...
pola makan harus sehat 👍🏻👍🏻👍🏻
EsTehPanas SENJA
aku hp nya kentang thor ga bisa donlot2 lagi ga muat memory 😭 bawa kesini aja ceritanya 😭😭😭
Ayu retonisa
kyknya yuto pintar kali buat lukisan bibir yh pembaca /Facepalm/
mak² rempong
g apa² Fara. kak Sora udah tau kok semua nya, bukan cuma Sora aja yg tau, kak Yuri sama onti Endah juga tau gmn buruk nya mama kamu..
kamu yg sabar, terus doain biar mama kamu cepat dapat hidayah nya..
Umi Jasmine
sora bisa tau semuanya
Tita Rosmiati
yuto minta tambah 🤭🤭
Ikha Mangil
Yuto semangat kaliiiii😁🤭🙈
EsTehPanas SENJA
hati lo eka yang busuk!!! hati lo yang ngga beres!!! 😤😤😤 orang2 apalagi keluarga yuto atau keluarga iyon udah bener, situ eka yang salah!!!!
EsTehPanas SENJA
aih aih 🤣 uhuy .... ayo terus..... kebawah sana 😶
EsTehPanas SENJA
kenapa harus urusan sama eka lagi?!? ehh uka uka ini?!? katanya mo hepi2 tentang fara dan yuto aja thor? uka uka gosah ada aja ....naek tensiku 😤
EsTehPanas SENJA
weeeh akhirnya berguna juga kau 🤣🤣🤣
Ayu retonisa
yuto tampaknya minun jamu beras kencur hahahhaha
Umi Jasmine
semangat lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!