NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30.

Di dalam lift, Luna nampak termenung dan 1/2 hilang konsentrasi. Perempuan itu masih terngiang - ngiang kejadian tadi sebelum dia sampai ke kantor.

Beberapa jam sebelumnya...

Luna membeku ketika melihat kalung yang diserahkan padanya dengan semua sikap tubuh dan ekspresi wajah Danar. Kedua tangan yang menutupi bibir mungilnya kemudian meraih kedua lengan Danar dan membuat tubuh 1/2 berlutut lelaki itu menjadi kembali keposisi awal dengan Luna pun sudah berdiri tepat dihadapan Sang Kekasih. Kedua tangan perempuan muda itu perlahan turun kearah pergelangan tangan Danar dan kemudian senyum simpul dikembangkan di wajah manisnya. Danar lalu mengangguk dan mengerjapkan mata sekali dengan anggukan, lelaki itu mengerti gestur tubuh Luna tanpa harus bertanya kembali.

"Gunakan waktumu sebanyak dan sebaik yang kamu perlu. Kamu tau harus cari aku dimana, jika kamu sudah punya jawabannya. No rushing, sayang..." ucapan terakhir Danar itu juga terngiang di benak Luna hingga kini.

Kembali ke masa sekarang...

Ting...

Suara lift yang tiba di tujuan dengan pintunya yang terbuka cukup cepat. Lamunan Luna pu terhenti dan kembali sadar, perempuan itu meneruskan jalan menuju ke suatu ruang divisi. Namun langkah perempuan itu terhenti sejenak ketika arah troli tempat alat kerjanya berubah haluan akibat tarikan sebuah tangan.

"Dek, ngapain kamu selalu dianter sama Pak Danar?" tanya Winda dengan suara sangat pelan ketika mereka berada di tangga darurat.

Wanita hamil tua terus memeriksa keadaan bahkan setelah mengunci pintu tempat mereka berada, karena masih ada beberapa anak tangga yang harus diwaspadai. Luna sudah kehabisan tenaga untuk terkejut atau meningkatkan debaran jantungnya, helaan napas sekali dilakukan dan kemudian dia jatuh memeluk tubuh Winda secara perlahan. Wajah wanita muda itu terkejut dengan tingkah tidak biasa adik iparnya itu. Lalu perlahan ditepuk punggung Luna beberapa saat sebelum gerakannya terhenti ketika pernyataan mengejutkan dari adik iparnya itu. Mulut Winda terbuka cukup lebar dan tubuh Luna langsung dibuatnya kembali berdiri tegak, baru akan kembali berucap, wanita hamil itu mengurungkan niat dan malah merogoh saku baju super besarnya, diambil gawai pintar dan dikutak - katik sesaat, disaat yang sama gawai pintar Luna juga berbunyi dan angukkan pun dilakukan perempuan muda yang nampak cukup lesu itu.

Waktu makan siang...

Suara meneguk di tenggorokan Winda terdengar jelas ketika Luna menjelaskan secara mendetail soal hubungannya dengan Danar. Lalu diletakkan agak keras gelas bekas minumnya itu hingga membuat Luna agak terkejut ditambah wajah tajam Winda terlihat jelas.

"Putus..." kata pertama yang keluar dari Winda.

Pupil Luna membesar dengan kerutan di dahinya yang terbentuk cukup dalam dan tatapan matanya hampir sama tajamnya dengan Sang Kakak Ipar.

Gelengan kepala dilakukan Winda dengan menggeser cepat kursinya hingga kini sudah berada di samping Sang Adik Ipar.

"Dengar, Luna. Keluarga Perkasa itu tidak sesederhana seperti yang kamu pikir. Pak Danar mungkin saja baik, apalagi kalian sudah, ah sudah ngga usah diomongin lagi, tapi tidak dengan Ibu Rania. Kamu tau julukan dia selain Ibu Suri?" penjelasan Winda dengan berhati - hati dan suara yang sangat pelan.

Luna menggeleng dan kemudian menaikkan kedua alisnya, lalu Winda memberi isyarat agar kuping perempuan muda itu di dekatkan padanya.

"Malaikat Pencabut Nyawa. Kalian sudah salah dari awal, tapi mumpung belum kebablasan lebih jauh lebih baik..." penjelasan lanjut Winda terpotong oleh ucapan Luna,

"Bukan cuman sekali, tapi kini aku sudah bolak - balik tinggal di apartemennya kak. Hampir setiap malam aku dan dia..." ucapan Luna tidak diselesaikan karena dilihat wajah terkejut Winda.

Sang Kakak Ipar terlihat memberhentikan seorang pelayan yang lewat untuk mengisi kembbal gelasnya dengan air dingin dan dengan cepat ditegur habis, Luna pun takjub melihat reaksi Winda. Setelahnya wanita hamil itu mengelus perut sangat besarnya sambil masih melihat kearah Luna. Anggukan kepala dilakukan wanita itu dengan helaan napas pendek.

"Oke, kakak pikir kamu melakukan itu semua pasti sudah dengan pertimbangan yang sangat panjang, apalagi kalian sudah melakukannya lebih dari 1 kali, jadi dia memang harus tanggung jawab. Satu yang perlu kamu tahu dek, apapun yang terjadi kakak dan Mas mu tidak akan pernah melepaskan dia jika berani menyakitimu begitupun dengan Ibu Rania..." Winda pun akhirnya mengalah.

Luna kemudian meraih kedua jemari tangan Sang Kakak Ipar yang disambut dengan senyum manis lebar wanita itu. Debaran dan ke khawatirkan Luna seketika menghilang, perempuan itu sudah tahu jawaban yang akan diberikannya pada Danar.

xxxxxxxx

"Mas, kayaknya kita jangan komunikasi dulu 1 bulan ini ya..." kalimat yang Luna kirimkan pada Danar.

Lelaki itu menatap kearah kaca jendela ruang kerjanya ketika dia masih duduk setelah menyelesaikan beberapa berkas. Tubuhnya bersandar dengan helaan napas yang terdengar sangat jelas. Disela - sela waktu meratapi nasibnya yang masih tidak menentu dengan Luna, tiba - tiba pintu ruangannya terbuka begitu saja, mata tajam lelaki itu melirik sesaat dan wajah angkuh juga kesalnya terbentuk dengan merubah posisi duduk yang kembali tegak dia menarik kursi hingga menempel ke depan mejanya. Tamu yang datang sudah duduk dengan sikap angkuh dan pakaian semi seksinya dia menatap nakal kearah wajah Danar. Lelaki itu lalu menyerahkan sebuah berkas padanya dalam diam. Diambil berkas itu dengan gerakan yang sengaja sambil menyentuh nakal tangan Danar, gelengan kepala lelaki itu terlihat dengan guratan bibir yang menandakan kekesalan yang dipendamnya.

"What? Jerman? again. Dan, apa maksud semua ini? Aku baru menjabat beberapa hari, tapi ini kenapa?" Nadia tamu menyebalkan yang selalu masuk ke ruangan Danar seenaknya itu memprotes isi dari berkas yang berisi surat perintah tugas luar yang harus dilakukan oleh perempuan cantik nan seksi itu.

Danar kemudian mendorong kursinya agak menjauh dari meja dan merubah posisi kedua tangannya menjadi agak naik dan saling mengaitkan kedua jemarinya. Tatapan datar dan dingin yang sempat hilang semenjak dia menjadi kekasih Luna, kini terukir kembali.

Dipandang wajah kesal Nadia sesaat, lalu dia tersenyum lebar sesaat dan kemudian memutuskan untuk berdiri lalu berjalan kearah Nadia, lelaki itu duduk di ujung meja tepat di depan perempuan yang tergilas - gila padanya itu. Kemudian ekspresi menggoda dan pesona lain yang biasanya hanya dikeluarkan untuk Luna seorang, kini diperlihatkan di depan Nadia, hingga perempuan berambut ikal itu seakan terhipnotis.

"Kamu nggak mau, Mama ku semakin bangga sama kamu, heum? Calon menantu Keluarga Perkasa, berhasil memenangkan tender dengan salah satu perubahan sekuritas terbesar di Berlin, kalau aku, membayangkannya saja sudah buat pikiranku melayang..." Danar dengan rayuan mautnya ditambah sentuhan pada rambut Nadia membuat bola mata serta otaknya agak berputar sesaat, dia berpikir dengan cepat dan anggukan pun dilakukan perempuan bertubuh mungil itu.

Nadia keluar dari ruangan Danar setelah menandatangani persetujuan tugas kantor selama kurang lebih 3 bulan dan dengan wajah sumringah serta harapan besarnya yang akan memenangkan tender serta menjadi menantu Keluarga Perkasa, sedangkan Danar di ruangannya melonggarkan dasi dan kembali menyandarkan punggungnya ke dinding kursi sambil mengamati sebuah foto dari layar ponselnya.

"Aku harus kuat kan, aku juga harus sabar, semoga semua pengorbanan ini tidak sia - sia sayang. Tapi jika memang jawabannya tidak, ijinkan aku selalu melindungimu dari jauh..." gumam agak putus Danar ketika dia kembali mengingat permintaan tiba - tiba Luna, sambil mengelus pelan foto Sang Kekasih.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!