Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Sandi datang karena sang boss yang menelfon nya barusan.
"Bersama siapa gadisku itu datang?"
"Dia bersama kakak dan kakak iparnya pak!" Rega menaikkan sebelah alisnya.
"Siapa sebenarnya yang di undang di pesta Daddy?" tanya Rega penasaran.
"Rendra pak, beliau adalah kolega bisnis dari bapak Tomi sendiri!" Rega mengangguk mengerti.
.
.
Rendra mengajak istrinya untuk menemui tuan rumah yang sedang berulang tahun.
Dina sudah mengatakan kepada Silvi untuk tetap duduk diam jangan kemana mana. Dan Silvi hanya menganggukkan kepalanya saja dengan perintah kakaknya itu.
"Selamat ulang tahun pak Tomi!"
"Terima kasih nak Rendra sudah mau datang di acara ulang tahun saya ini. Oh ya, apakah ini istri nak Rendra?" tanya Daddy Tomi seraya menerima uluran jabat tangan Rendra.
"Betul sekali pak, perkenalkan ini istri saya namanya Dina!" Dina bersalaman dengan istri berserta kedua anak perempuan bapak Tomi. Dan mengatupkan ke dua tangannya di depan wajah kepada pak Tomi.
setelah berbasa basi membicarakan hal remeh temeh. Rendra akhirnya pamit kembali ke mejanya.
Sampai di meja, mereka tidak menemukan si bungsu nakal itu.
"Kemana dia mas?" tanya Dina sambil melihat sekelilingnya.
"coba kamu telfon sayang!" saran Rendra.
Dina mengangguk dan segera mencari ponsel yang berada di dalam tasnya.
Mencoba menelfon nomor sang adik. Dan, Alhamdulillah di angkat.
"Kamu di mana?"
"Aku di toilet mbak, maaf kebelet sekali aku, habisnya mbak sama mas Rendra tadi lama sekali. Jadi, aku sudah tidak bisa lagi menahannya!" Dina menghela nafas lega.
"Ya sudah, kalau selesai, cepat kembali kemari!"
"Iya mbak"
TUT...
anak itu...!!!
"Di mana?" tanya Rendra sambil meminum jus jeruknya.
"Di toilet ternyata mas!" Rendra hanya menjawab dengan ber oh ria.
.
.
"Ahh...leganya perutku.." ucap Silvi sambil memegangi perutnya yang tadi terasa sangat mulas.
Saat akan keluar, dirinya berpapasan dengan perempuan yang juga akan menggunakan toilet. saat dirinya selesai mencuci tangan di wastafel dan aka keluar
"Tunggu...!" Silvi menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang.
"Iya, ada apa tante?" Fani melotot, apa gadis ingusan itu bilang. Tante!! hello...dirinya cantik seksi begini awet muda pula. Di bilangnya tante oleh gadis ingusan ini.
"Saya bukan tante kamu ya!" Silvi mengernyit. dia tahu, perempuan di depannya itu memang bukan tantenya.
Lalu, dirinya harus memanggil apa padanya? "mbak" terlalu muda menurutnya. Sebab, dengan dandanan yang begitu menor itu tidak pantas di panggil "Mbak" lebih pantas "Tante" saja.
"Baiklah, ada apa?" Silvi mengalah, karena dirinya merasa yang paling waras.
"Kau mahasiswi di universitas Bima Sakti kah?" Silvi mengangguk.
Ck, benar dugaannya tidak salah lagi, gadis di depannya ini adalah gadis ingusan incaran boss nya itu.
Satu lagi seseorang datang.
"Sedang apa kalian?"
ah, tepat sekali dengan datang nya bu Luna. Batin Fani.
"Ibu masih ingat kan saya pernah mnegatakanan bahwa bapak sedang mengincar seseorang?" Luna mengangguk.
"Dan seseorang itu ada di depan saya bu!" Luna mengangkat sebelah alisnya.
"Benarkah?" Fani mengangguk, biar mampus gadis ingusan ini ingin men centil lagi di depan pak Rega.
Sebenarnya, Fani menyukai pak Rega dan sudah beberapa kali juga dirinya merayu laki laki itu. Hanya saja, pak Rega terlalu kaku dan ilfil wanita menurutnya.
Jadi, karena perempuan ingusan di depannya ini sudah membuat seluruh simpatik pak Rega mengarah kepadanya.
Fani akan membuat bu Luna membuat pelajaran terhadap gadis ingusan ini.
"Jadi, ada bibit pelakor di sini?" Silvi masih Diam, dirinya mengerti apa yang dua orang wanita di depannya bicarakan sedari tadi.
Hanya saja, dirinya tidak tahu mengapa di jadikan tersangka oleh kedua nya. Dan pria mana yang mereka maksud.
Silvi menyukai tantangan, dan meladeni kedua perempuan di depannya ini sepertinya itu adalah hal yang menarik.
.
.
"Pak, sepertinya terjadi sesuatu di toilet!" lapor Sandi
"Katakan!"
"Fani beserta ibu Luna tidak kunjung keluar dari toilet perempuan, setelah sebelumnya gadis yang bernama Silvi itu masuk ke dalam toilet juga, dan saat ini pun tidak ada dari mereka bertiga yang keluar dari toilet tersebut!"
"Apa!!! Kita kesana!" Rega segera bangkit dan berjalan cepat menuju tempat di mana gadis manisnya berada.
"Aku tidak akan segan membuat perhitungan kepada Lina dan memecat Fani jika sampai terjadi sesuatu kepada gadis manisku itu!" Ucapnya di sela dirinya berjalan.
Suara teriakan terdengar saat Rega beserta Sandi akan memasuki toilet.
Dan saat mereka masuk. Astaga...!!
Benarkah perempuan itu adalah gadis manisnya pak Rega.
Di dalam, terdapat Luna sudah terduduk dengan rambut acak acakan nya dan Fani saat ini pun juga terduduk di pojok persis menyandar pada tembok.
Penampilan keduanya tidak kalah kacaunya dengan Silvi. Sama sama kacau semuanya.
Bulu mata yang tergantung seakan sudah akan lepas dari tempatnya, merah seperti lipstik ada di pipi mereka dengan gaya coret coret macam lukisan anak TK.
Apa yang sebenarnya terjadi?.
Silvi yang melihat Om tampan yang di temuinya di kampus kemarin segera berdiri.
"Maaf Om, Dua perempuan ini menuduh saya menjadi pelakor seseorang yang bahkan tidak saya kenal!" Silvi menjeda ucapannya.
"Karena mereka akan menyerang saya secara keroyokan. Jadi, saya melawan mereka!".
"Dengan cara apa?" tanya Rega.
Silvi menunduk "Saya merusak dandanan mereka yang membuat sakit mataw saya, dan saat salah satu dari mereka akan mengambil sesuatu dari balik tasnya, saya juga ikut memasukkan tangan saya ke salah satu tas mereka, dan saat saya menemukan lipstik. Itulah senjata saya. Lipstik itu saya gunakan untuk mencoret coret wajah mereka!"
Lupakanlah panggilan Silvi yang menyebutnya Om, dirinya begitu gemas dengan Gadis manisnya itu. Lihatlah rambut acak acakan nya, sudah macam orang gila saja. belum lagi tangan dan wajah yang juga penuh dengan noda lipstik, Rega tergelak samar dengan bibir cemberut Silvi, dan sesekali juga Silvi masih melotot kepada Fani maupun Luna.
Tidak takut kah dia itu?. Batin Rega
"Ada apa ini!" Rendra datang bersama Dina.
Mereka melotot dengan keadaan Silvi saat ini, ingin tertawa pun sepertinya bukan saatnya kali ini.
"Maaf pak Rendra, adik anda terlibat perkelahian dengan istri saya. Namun, tidak perlu khawatir, karena sebenarnya istri saya lah yang sudah salah orang. Kurang lebihnya seperti itu!" Rega menjelaskan.
Dan saat Luna akan bersuara, Rega segera melotot menyuruh Luna untuk tetap Diam.
Rendra mengangguk mengerti "Bolehkan saya membawa adik saya sekarang juga!" Ucap Dina.
Rega mengangguk dan mempersilahkan Rendra dan Dina membawa Silvi pulang.
.
.
Di dalam mobil....
Silvi cemberut dan kesal bukan main, sambil membersihkan mukanya dengan pembersih wajah.
Dirinya tidak henti hentinya mendengar kakak dan kakak iparnya itu tertawa. Menertawakan penampilannya yang di kata lebih mirip dengan korban KDRT.
Namun sesaat, pikiran Silvi jadi mem buana, benarkah yang di katakan om tampan tadi jika dua perempuan itu salah orang.
Sepertinya tidak. sebab, mereka tahu namanya.
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah siapa laki laki yang mereka maksud itu. Laki laki yang di kata berselingkuh dengan dirinya.
Benar benar pusing dirinya memikirkan semua itu, belum lagi kedua pasangan suami istri di depannya ini. Tidak ada habisnya menertawakan dirinya sedari tadi!.
.
.
***
Dua bab sayang....🥳🥳🥳
Jangan lupa untuk like dan komen ya...🤗🤗🤗