Alya diculik dan dipaksa menikah dengan CEO kejam bernama Rangga yang merupakan musuh terbesar kakak laki lakinya yang bernama Arya.
Rangga menikahi dan menyiksa Alya, agar Arya sang kakak menderita dan merasakan apa yang Rangga rasakan dulu saat melihat adiknya yang bernama Adinda yang berstatus kekasih Arya meninggal bunuh diri dengan terjun ke sungai setelah melihat perselingkuhan Arya dengan kekasih Rangga sendiri yaitu Soraya.
Mampukah Alya bertahan dalam siksaan yang terus diberikan Rangga padanya?
Mampukan Arya membebaskan Alya dari kekejaman Rangga?
Update Setiap hari
IG : yenitawati24
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Se-ranjang
Alya membuka mata. Dilihatnya samar-samar, ternyata dia masih di dalam kamar, namun kini posisinya sedang berbaring di atas ranjang Rangga.
Matanya menyapu seluruh ruangan. Tidak ada Rangga.
Pintu terbuka dan yang datang adalah kepala pelayan yang bernama Lusi. "Nona, saatnya makan dan minum obat," ucap Lusi sembari tersenyum.
Alya bangkit dari posisinya. Kini dia duduk bersandar. "Apa yang terjadi?"
"Nona pingsan karena tidak makan sejak pagi."
"Lalu?"
"Maksud Nona, Tuan? Maaf Nona saya tidak mau membicarakan tentang Tuan Muda karena itu dilarang di sini." Lusi menyodorkan nampan berisi makanan dan minuman kepada Alya.
Alya menerimanya lalu mulai memakannya. "Nona, saya mohon jangan buat seperti ini lagi. Ini berbahaya bagi kesehatan Nona".
"Aku hanya ingin menghindari hukuman yang akan diberikannya kepadaku. Jika tadi aku terlihat baik-baik saja, pasti dia sudah menghukumku." Alya tertunduk sedih.
"Nona, saya minta maaf tapi tindakan Nona ini membuat saya hampir kehilangan pekerjaan saya," tatap Lusi dengan sedih.
Alya terkejut mendengarnya. "Benarkah? Maafkan saya Lusi. Saya tidak bermaksud seperti itu." Kini Alya jadi merasa bersalah.
"Saya tau Nona tidak bermaksud begitu tapi saya mohon jangan sakiti diri Nona lagi," ucap Lusi dengan wajah memelas.
"Maafkan saya, Lusi. Saya berjanji tidak akan melakukan ini lagi."
Ucapan Alya langsung membuat Lusi mengembangkan senyuman. "Terima kasih, Nona."
Alya menghabiskan makanannya lalu meminum obat yang berupa vitamin itu. Setelah itu, Lusi mohon diri dan segera keluar kamar.
"Bagaimana? Apa dia sudah makan?" tanya Rangga yang menunggu Lusi tak jauh dari kamarnya.
"Nona Muda sudah makan dan minum obat, Tuan. Beliau juga sudah berjanji tidak akan melakukan ini lagi."
"Bagus! Kali ini aku mengampunimu. Lain kali jika kau lalai lagi, aku akan memastikan kau berjalan bergandengan tangan dengan suamimu di jalanan dengan pakaian compang camping, cam kan itu!"
Rangga meninggalkan Lusi yang kini bergetar ketakutan setelah mendengar ancamannya. Dia pun membuka pintu. Dilihatnya Alya masih bersandar sambil memejamkan matanya.
"Hebat sekali kau, ya! Membuat repot pelayan rumah ini!"
Suara Rangga membuyarkan lamunan Alya. Ia pun bergegas hendak turun.
"Apa aku menyuruhmu turun?"
Ucapan Rangga terdengar seperti tumpukan paku yang berhamburan ke lantai hingga membuat Alya tidak berani untuk turun.
"Maaf, Tuan." Alya masih tidak berani menatap wajah Rangga.
"Mulai sekarang kau akan tidur bersamaku di ranjang ini! Jangan percaya diri, aku hanya tidak ingin melihatmu sakit-sakitan dan menghabiskan uangku!"
"Baik, Tuan." Alya mengangguk pelan.
"Sekarang tidurlah! Ini sudah malam!"
"Saya mau Sholat dulu, Tuan, bolehkan?"
"Hey apa kau pikir aku ini iblis yang melarangmu beribadah?" Rangga memelototi Alya.
"Terima kasih, Tuan."
Alya berjalan pelan menuju kamar mandi untuk mengambil Wudhu lalu menuju ruang ganti untuk melaksanakan sholat Isya'. Dia selalu Sholat lima waktu, tapi pagi ini dia tidak melaksanakan karena kesiangan dan juga meninggalkan Sholat Maghrib karena pingsan. Dia mendapat mukena dari Lusi.
Selesai Sholat, Alya melihat Rangga sudah berbaring sambil memainkan ponselnya. Alya berjalan pelan lalu naik ke atas ranjang tepat di sebelah Rangga. Dia pun membaringkan tubuhnya.
"Apa yang kau doakan? Kematianku?" tanya Rangga sambil terus memainkan ponselnya.
"Tidak, Tuan. Aku berdoa untukmu dan juga kakakku."
"Apa yang kau doakan untuk kakakmu?" Rangga masih memainkan ponselnya.
"Aku berdoa agar dia baik-baik saja, Tuan." Alya membenarkan posisinya.
"Lalu, apa yang kau doakan untukku?" tanya Rangga yang kini menatap Alya.
"Aku berdoa agar Tuan selalu diberi kesehatan dan kesuksesan," ucap Alya sambil melihat ke langit-langit kamar itu karena tatapan Rangga sangat menakutkan.
"Apa kau pikir aku percaya? Tidurlah. Mulai sekarang setel alarm di sebelahmu agar kau tidak terlambat bangun lagi."
Rangga meletakkan ponselnya bersiap hendak tidur.
"Terima kasih, Tuan."
Alya memejamkan matanya.
Karena hari ini kau tidak menyiksaku.
olahraga 🍍🍍🍍 nanas ya Alya duuuh kamu polos banget hhhhh
nah kan udah mengakui kamu jatuh cinta rangga