Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Extra Part 4
Arsha menggeleng kuat, menepis ucapan Raden yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Anak dari Dion dan Keisya itu lagi-lagi memukul dada Raden cukup keras.
"Ish, nunduk kenapa sih!? Susah banget jadi cowok!" ketus Arsha sampai menjambak rambut Raden.
Lelaki itu meringis, perlahan mulai menundukkan kepalanya.
"Mau ngapain sih, hm? Suruh nunduk pakai jambak rambut ngapain coba." sahut Raden malas.
Sebagai perempuan Arsha sudah terbiasa dengan sikap manja nya, tidak hanya kepada ayahnya namun juga pada Raden— teman yang lebih dewasa darinya.
"Nih!"
"Aduh, eh, sakit ngerti gak? Lo ngapain sih narik-narik kalung gue?"
"Mau tau jawaban gue?"
Seraya membuat Raden kesal, Arsha dengan sengaja menarik kalung titanium milik lelaki tersebut dengan keras. Sehingga jangan ditanya reaksi dari sang pemiliknya.
"Astaghfirullah, akh— Sha, ini gue kecekik. Lo mau bikin gue mati apa gimana?"
"Iya! Biar lo mampus sekalian! Suruh siapa lo pakai kalung kayak gini? Mau jadi banci lo!?"
Keributan di teras depan membuat Dion akhirnya diperintah Keisya untuk melerai dua anak itu.
"Arsha, Raden. Berhenti, sudah cukup kalian bertengkar di depan rumah kayak gini. Ini sudah malam, kalian seharusnya tidak buat keributan!" Dion sengaja mengatakan dengan nada seperti marah, padahal aslinya hanya ingin tidur tenang.
Raden langsung mencopot kalungnya, lalu memberikannya pada Arsha. Tidak lama ia berpamitan pada Dion, dilanjut dengan ucapannya.
"Nih, kalungnya. Jangan kira cowok yang pakai kalung itu adalah cowok gak bener. Gak semua orang bisa dinilai dari aksesorisnya!"
Arsha seketika diam, pandangannya menatap kepergian Raden yang pulang seakan tidak dihargai. Dion pun merangkul anaknya untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Udah, jangan terlalu dipikirkan. Besok ayah ceritakan soal Raden itu, biar kamu gak salah paham terus ke dia."
•••••••
Hujan deras mengguyur malam yang suhunya sudah dingin. Raden memilih berteduh di warung kecil. Dalam kondisi jaket setengah basah, pikirannya sibuk memikirkan ibunya.
"Maafin Raden, Bu. Raden harus neduh dulu sampai hujan bener-bener reda. Aku gak mau buat Ibu khawatir lagi, setelah kejadian kemarin." lirihnya sembari menatap jalanan.
Sementara Arsha, ia justru tidak bisa tidur karena suasana di luar rumah hujan begitu deras.
Saking bosannya karena tak bisa tidur lelap, Arsha menelpon Mita, teman sekelasnya.
"Oh, lo udah mau tidur ya? Ya udah deh, gak papa. Makasih, Ta." ucap Arsha usai beberapa detik dijawab telponnya oleh Mita.
Sekarang ia meletakkan HP nya di rak tak jauh dari ranjangnya. Lalu duduk di tepi kasur sambil menghela napas.
"Tau ah, mending paksain merem aja."
Berbeda situasi dengan Raden yang masih setia menunggu hujan reda. Pada saat ingin menerobos hujan, tiba-tiba komplotan orang asing menghampiri dirinya dengan mengeroyok.
"Lo yang namanya Raden kan?" tanya salah satu pria dari komplotan tersebut.
Raden menatap tajam.
"Ngapain lo semua? Mau ngajak ribut tau kondisi, beraninya keroyokan. Kalau takut saking pinggang mah mending kerokan aja sana sama bini lo pada." jawab Raden dengan seenaknya karena memang sudah tidak mood menghadapi orang jahat.
Pikirannya sedang fokus pada keadaan ibunya di rumah, sementara dirinya seketika ditonjok hingga dipukuli bertubi-tubi oleh komplotan itu.
"Anjir, sebenernya kalian siapa sih? Ngapain nyerang gue?! Oh, atau lo semua suruhan bokap gue!?"
"Berisik anj*ng!!"
Dalam posisi sudah mengantuk Arsha masih bingung mengapa hatinya tiba-tiba merasakan khawatir. Matanya yang lelah tak mampu dipejamkan.
"Ish, gue kenapa sih? Masa mata udah capek gak mau tidur?"
Beberapa menit kemudian sebuah pesan muncul di notifikasi layar ponselnya. Cahaya terang karena suatu pesan tersebut membuat Arsha kesal.
"Ini lagi, siapa sih tengah malem kirim pesan!? Bikin gak jadi tidur aja dah! Gak tau apa gue lagi susah tidur, emang bener-bener ini yang kirim pesan—"
⟵ Raden
ORANG YANG LAGI GAK LO SUKA UDAH KRITIS DI PINGGIR JALAN! HAHAHA.
//foto
Bola mata Arsha langsung membulat begitu membuka pesan dan foto sekali lihat itu. Dalam waktu sekejap Arsha berlari keluar, lalu masuk ke dalam kamar Keisya.
"Bunda, Ayah!"
"Astaghfirullah, ada apa, Sayang?" Karena anaknya panik, ibunya turut panik juga.
"Raden, Bun! Ayah, tolongin Raden sekarang ya?"
Keadaan sudah setengah hampir tertidur lelap, Dion mengucek matanya.
"Kenapa sama Raden?"
"Raden dikeroyok sampai babak belur, Yah! Dan sekarang HP-nya dia juga dipegang sama pelakunya!"
Keisya malah bingung menatap anaknya yang seketika menangis di depannya. Kalau dirasa sepertinya Arsha takut kehilangan sosok Raden.
"Ya udah, Ayah akan jemput dia sekarang. Kamu tahu di mana lokasinya?" tanya Dion, beranjak dari kasur kemudian mengambil jaketnya dari dalam lemari.
Arsha mengangguk sambil menghapus air matanya kilat.
"Arsha ikut ya, Yah?"
Mendengar itu Dion sontak terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya ia menyetujui.
"Tapi Bunda tetap di rumah aja, ya?"
Begitu suaminya berkata, Keisya tak mampu menolak.
"Iya deh, tapi kalian harus hati-hati ya. Udah larut malem banget loh ini." Nasihat Keisya.
Dion tersenyum. "Kunci mobilnya mana, Sayang?"
"Nih, beneran hati-hati loh ya. Suasana masih hujan deras soalnya."