Setelah ibunya meninggal sejak usianya tujuh tahun, kini Naira terpaksa tinggal dengan ibu serta kakak tirinya, pilihan ayahnya kali ini cukup membuat kehidupan Naira serasa di neraka.
Penyiksaan yang selalu Naira dapatkan selama ini, pada akhirnya telah membuat nya mulai berani melakukan perlawanan, dirinya sudah sangat lelah karena selalu mengalah dan terus-terusan ditindas oleh ibu serta kakak tirinya.
Suatu ketika, telah terjadi peristiwa memalukan dalam hidupnya, hingga membuat dirinya terpaksa di nikahkan dengan seorang pria misterius oleh warga satu kampung,nah loh! Kira-kira apa yang membuat mereka sampai di paksa harus menikah? Serta telah membuat warga satu kampung menjadi murka ? Mengapa pria misterius tersebut bisa datang secara tiba-tiba dalam kehidupan Naira dan malah menjadi suami dadakannya.
Lantas siapakah pria misterius tersebut?
Jangan lupa ikuti kisahnya hanya di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luna yang malang
mengingat besok adalah penentuan dimana Mr. Darwin akan memberikan keputusan iya dan tidaknya untuk bekerja sama dengan hotel yang akan segera di bangun oleh keluarga Rahadian, dan tentunya Marcel telah di utus oleh keluarga nya untuk mengelola proyek tersebut.
Kemudian Marcel pergi ke kamar hotel, dimana Luna sedang beristirahat, karena setelah makan siang tadi iya merasa lelah dan ngantuk.
Kedatangan Marcel yang secara tiba-tiba, telah membangunkan Luna dari tidurnya, senyum merekah iya tunjukan kepada pria yang sangat di cintainya itu.
"Kamu sudah bangun Lun?" tanya Marcel sembari mendekati Luna, Luna bergegas beranjak bangun dari tempat tidurnya.
Kemudian dengan manjanya memeluk Marcel yang saat ini berada di sampingnya.
"Aku bahagia sekali bisa seperti ini sama kamu Sel, tidak ku sangka jika kau memiliki perasaan yang sama denganku." kali ini Luna benar-benar sudah di mabuk cinta oleh Marcel. Lalu Marcel menatap wajah Luna yang sudah merona, di kecup nya bibir Luna yang merekah, apalagi warna gincu yang Luna kenakan memiliki warna merah padam,terkesan seksi dan menggairahkan.
Setelah puas mel*mat bibir merekah milik Luna, Marcel akhirnya mengatakan sesuatu kepadanya.
"Lun, bisa kah kau mengabulkan permintaanku?"
"Apa yang kau minta, apapun akan aku lakukan untukmu!" jawab Luna terus saja memandangi Marcel.
"Baiklah Lun, aku tidak ingin ber basa-basi lagi denganmu, bisa kah kau melayani rekan bisnisku?"
Luna tercekat, pandangannya terpaku pada wajah kekasihnya, seolah tidak bisa berpaling, kali ini Luna merasa seperti sedang berada di dalam keadaan yang tidak nyata, tidak bisa membedakan antara kenyataan dan mimpi. "Bagaimana kamu bisa meminta aku untuk melakukan hal seperti itu, bukan kah kau pernah mengatakan jika selama bersamamu aku tidak di Ijinkan untuk tidur dengan laki-laki lain? Aku merasa bahagia pada saat kau mengatakan itu, seolah kau telah menyelamatkan aku dari lubang kenistaan, tapi sekarang kenapa kau kembali menjerumuskan aku Sel?" Luna merasa seperti sedang terjebak dalam keadaan yang tidak bisa ia kendalikan.
"Luna sayang, kau harus tahu syarat menjadi istriku adalah menjadi wanita yang patuh dan penurut, aku tidak suka wanita pembangkang! Faham kamu,sayang?" Marcel mencoba memberi penekanan terhadap Luna.
"Jadi ini adalah salah satu syarat untuk menjadi istrimu?" tanya kembali Luna karena masih belum percaya.
"Iya Lun, kau harus buktikan seberapa besar rasa cintamu padaku, setelah kau bisa membuktikan semua itu, aku tidak akan pernah ragu lagi untuk tidak memilih mu menjadi istriku." kali ini Marcel mulai merayu Luna.
Kemudian Luna terdiam sambil menundukkan kepalanya.
Bulir bening dari sudut matanya mulai berjatuhan, tubuhnya gemetar menahan rasa sakit di dadanya, sampai saat ini pun iya tidak habis fikir jika syaratnya begitu berat dan harus mempertaruhkan harga dirinya.
Luna merasa seperti sedang kehilangan cinta dan kepercayaan yang telah ia miliki terhadap Marcel. "Apa kamu tidak mencintai aku?" Luna hanya bisa merasakan sakit di dadanya.
Kemudian Marcelino beranjak dari atas tempat tidur.
"Seharusnya aku bertanya padamu Lun, apakah kau mencintaiku? Sehingga kau tidak mau menuruti keinginanku? Tapi ya sudahlah kalau kau tidak bisa, sebaiknya acara pernikahan kita tunda dulu." cetusnya dengan mata melirik ke arah Luna.
Luna hanya bisa diam tertunduk, iya bingung harus menjawab apa? Posisinya benar-benar terjepit kali ini.
Saat Marcel melangkahkan kedua kakinya menuju pintu keluar, akhirnya Luna memberanikan diri untuk menjawab permintaan darinya.
"B baiklah, aku akan melakukan apa yang kamu mau, asalkan kau janji akan segera menikahi ku, aku sangat mencintaimu Marcel!"
Senyum pun terbit dagi bibir Marcel, iya buru-buru menghampiri Luna lalu memeluknya.
"Terimakasih sayang, kau memang calon istriku yang sangat aku cintai, yasudah sekarang bersiap-siap lah, sku sudah menyiapkan pakaian seksi untukmu, buat si tua bangka itu tergila-gila padamu." perintah Marcel tanpa memikirkan perasaan Luna yang sudah hancur lebur.
Luna Hanya bisa menunduk sambil menahan perih di dalam hatinya.
......................
Semalaman suntuk Naira tidak bisa memejamkan kedua bola matanya, entah kenapa bayangan wajah Luna selalu saja terlintas di dalam fikiran nya, sehingga membuat Nathan yang saat ini berada di sampingnya merasa terusik akibat tubuh Naira yang tidak bisa diam.
"Sayang, kau kenapa belum tidur?" tanya Nathan sembari mengusap lembut kepala Istrinya.
"Aku sangat mengkhawatirkan kak Luna, aku takut dia kenapa-kenapa Mas, bisa kah kamu mengantarkan aku ke sana?" pinta Naira sembari merengek.
Nathan yang mendengar kan permintaan istrinya sempat tercengang.
"Sayang, kamu jangan ngaco, ini sudah lewat tengah malam, kau pikir pergi ke kepulauan bangka belitung itu dekat?" ucapnya sembari menghela nafas.
"kalau begitu besok pagi kita kesana ya Mas, aku benar-benar gak bisa tidur, dan terus kepikiran Kak Luna." Naira sengaja memasang wajah memelas nya.
"Yasudah, tapi ada syaratnya!" jawab Nathan sambil mengulum senyum
"Apa syaratnya?"
"Kamu tidur malam ini, kalau tidak aku tidak akan mengabulkan permintaanmu itu!" ancam Nathan.
Naira pun buru-buru memejamkan kedua matanya, Nathan tersenyum melihat Naira seperti itu.
Keesokan harinya.
Sekitar jam enam pagi, Naira dan Nathan sudah pergi menuju Kepulauan bangka Belitung dengan menggunakan pesawat komersil, Naira sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Luna.
Setibanya di Hotel Gold Belitung Island, Nathan langsung menanyakan kamar atas Nama Marcelino Rahadian kepada karyawan di bagian Resepsionis
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Nathan dan Naira bergegas menuju kamar Presiden Suite Room.
Setibanya di koridor hotel, Naira tampak terkejut saat melihat kondisi seorang wanita yang sedang berjalan sambil tertatih, baju wanita tersebut tampak compang camping dengan rambut yang kusut dan berantakan, Naira pun menjadi penasaran, kemudian iya menghampiri wanita tersebut yang sedang berjalan perlahan sembari menahan rasa sakit.
"Mba, anda tidak apa-apa?" tanya Naira yang kemudian di susul oleh Nathan.
Saat wanita itu menoleh, betapa terkejutnya Naira.
"Kak Luna!"
"Naira!"
Kini keduanya sama-sama merasa terkejut.
Luna berusaha untuk bergegas pergi dari hadapan Naira, namun Naira berhasil mencegah nya, Nathan yang melihat kondisi Luna yang sangat mengenaskan dengan pakaian yang hampir mempertontonkan seluruh tubuhnya, buru-buru melepaskan jas yang iya kenakan, lalu segera iya tutupi tubuh Luna oleh jas miliknya, tubuh Luna gemetar, kemudian iya menangis sejadi-jadinya.
"Apa yang telah terjadi denganmu Lun?" tanya Nathan sangat geram.
Luna tidak bisa mengatakan apapun, iya hanya bisa menangis sambil meraung-raung.
"Ini pasti ulah dari kak Marcel, dasar bedebah!" dengus Nathan sembari mengepalkan kedua tangannya. Kemudian Nathan segera mencari keberadaan Marcelino, sedangkan Naira merangkul tubuh Luna, wajahnya penuh dengan luka lebam.
"Kak Luna, apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kaka bisa jadi seperti ini, ayo kak Cerita sama aku!" Naira mencoba membujuk Luna agar mau mengatakan apa yang telah terjadi.
Luna malah memeluk Naira begitu eratnya.
"Hiks..hiks! Mereka jahat, semalaman aku telah di siksa oleh rekan bisnisnya Tuan Marcel, Nai! Aku sudah seperti binatang yang harus melayani mereka, aku...aku..sangat lelah."
Gubrak
Tiba-tiba Luna pingsan, Naira yang melihat hal itu berteriak memanggil suaminya yang sudah berada di depan kamar Marcel, karena khawatir akan teriakan dari istrinya, akhirnya Nathan mengurungkan niatnya untuk menemui kakaknya, dan iya bergegas pergi untuk menemui Istrinya.
"Mas Sehun, tolong Kak Luna!"
"Kenapa Luna bisa pingsan Nai?"
"Aku juga tidak tahu!"
Lalu Nathan segera membopong tubuh Luna, tiba-tiba Marcel muncul dari arah belakang.
"Hey, kau mau bawa kemana kekasihku hah?" bentak Marcel seolah tidak suka atas sikap serta tindakan yang telah di lakukan oleh Nathan.
"Dasar brengsek kau kak!" sungut Nathan yang sudah di kuasi oleh amarahnya.
"Jangan pernah ikut campur urusanku Nathan, sebaiknya kau dan istrimu pergi dari tempat ini!" usir Marcelino dengan sorot matanya yang nyalang.
Kemudian Nathan meletakkan kembali tubuh Luna di atas lantai.
"Tolong jaga sebentar Luna ya sayang!"
Naira tiba-tiba merasa tidak enak hati.
"Kau mau apa Mas? Jangan bertindak gegabah!" Naira mencoba mencegah suaminya yang sepertinya akan melakukan suatu tindakan terhadap kakak nya sendiri. Dan benar saja, dengan langkah nya yang cepat.
Bug
Bug
Bug
Tiga pukulan telak mengenai wajah dan perut Marcel, sehingga iya jatuh tersungkur.
"Pria seperti dirimu tidak pantas mendapatkan cinta yang tulus dari seorang wanita, dasar bedebah kau!" Nathan mulai menindih tubuh Marcelino lalu menarik kerah kemejanya, lagi-lagi Nathan memukul wajah Marcel secara membabi buta, entah kenapa Marcel tidak melakukan perlawanan, iya malah tersenyum puas.
Tiba-tiba datang seseorang yang sudah tidak asing lagi suaranya.
"Nathan, hentikan tindakanmu itu, dasar anak tidak tahu di untung!" bentaknya dengan suara bariton yang cukup menggema.
Saat Nathan menoleh, iya kaget siapa yang telah menegurnya.
Bersambung..
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
tentang naira
abang tiri serakah