Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Pertemuan Alvaro Dan Liona
Alvaro yang sedang menemani dan menjaga Elvira di rumah sakit, harus menunda kepulangannya untuk bertemu dengan Liona.
"Kak, tadi Dokter bilang besok aku sudah boleh pulang." kata Elvira.
"Bagus dong, artinya luka kamu sudah mulai pulih." sahut Alvaro sambil tersenyum kepada Elvira. "Besok kakak akan mengantarmu pulang dulu." ucap Alvaro lagi.
"Iya Kak. Apakah kakak akan menemui Mbak Liona?" tanya Elvira dengan rasa ingin tahu.
"Iya Elvira. Kakak akan menyelesaikan masalah kakak dengannya. Setelah masalah kakak selesai, maka kita akan tinggal bersama." ucap Alvaro dengan penuh keyakinan.
"Aku ikut sedih dengan rumah tangga Kakak. Tapi, aku juga tidak bisa menolong Kakak." ucap Elvira sambil menatap Alvaro dengan mimik wajah sedih. Alvaro mengelus rambut Elvira dengan penuh kasih sayang, dan mencoba kelihatan tegar di depan Elvira. Walaupun Alvaro masih kecewa dan sakit hati dengan Liona, tapi Alvaro harus terus melanjutkan hidupnya, dan mengurus pekerjaannya yang selama ini tertunda.
"Ini sudah malam. Kamu istirahat, ya." pinta Alvaro. "Besok pagi, Kakak akan mengantarmu pulang ke rumah kontrakanmu." ucap Alvaro lagi. Elvira menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Alvaro, lalu menuruti perkataan Kakaknya untuk tidur malam itu. Alvaro menatap mata Elvira yang sudah terpejam, airmatanya mulai jatuh berlinang di kedua pipinya. Alvaro sangat menyayangkan tentang semua masalah yang terjadi antara dirinya dan Elvira. Rumah tangga Elvira yang kacau, dan kini dia juga sedang mengalaminya dengan Liona.
"Ya Allah... Terima kasih atas semua cobaan yang menimpa keluargaku. Aku dan adikku, telah gagal dalam mempertahankan rumah tangga kami." guman Alvaro sambil menghapus airmatanya yang jatuh di kedua pipinya. Setelah memanjatkan doa, Alvaro melangkah masuk ke kamar mandi dan mencuci wajahnya yang basah oleh airmatanya. Setelah dari kamar mandi, Alvaro kembali melihat Elvira yang sedang tertidur dengan lelap. Alvaro merebahkan badannya di kursi panjang yang tersedia di dalam kamar Elvira, lalu menutup kedua matanya untuk tidur. Malam berganti pagi, Elvira terbangun lebih awal dan telah bersiap untuk pulang. Sedangkan Alvaro yang baru saja bangun, langsung ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Elvira menanti kakaknya dengan sabar sampai Alvaro keluar dari kamar mandi. Setelah selesai mencuci wajahnya, Alvaro keluar dari kamar mandi dan menyuruh Elvira menunggu.
"Kamu tunggu sebentar, ya. Kakak akan mengurus administrasinya dulu." pinta Alvaro sambil keluar dari kamar Elvira menuju kasir rumah sakit. Setelah menyelesaikan tagihan rumah sakit adiknya, Alvaro kembali ke kamar Elvira dan mereka sama-sama meninggalkan rumah sakit itu. Alvaro membuka pintu mobilnya dan menyuruh Elvira naik ke dalam mobil.
"Kak, kamu jangan emosi bicara dengan Mbak Liona nanti, ya." pinta Elvira.
"Iya, tidak ada untungnya kakak emosi. Semua sudah terjadi." ucap Alvaro. Sepanjang perjalanan mengantar Elvira pulang, Alvaro selalu memperingatkan Elvira agar menjaga dirinya dengan baik dan juga kedua anaknya. Elvira hanya tersenyum dan merasa sangat bangga pada Alvaro. Karena baginya, Alvaro adalah seorang kakak yang perhatian dan lemah lembut. Elvira juga merasa heran, mengapa Liona sebagai kakak iparnya sampai tega menghianati kakaknya. Elvira tidak tahu penyebab Liona tega menghianati kakaknya. 30 menit berlalu, akhirnya Elvira sampai di rumah kontrakannya.
"Kak Alvaro mau masuk ke dalam?" tanya Elvira.
"Lain kali saja, ya. Kakak mau cepat menyelesaikan urusan kakak dengan Liona." sahut Alvaro. "Setelah urusan kakak selesai. Kakak akan menjemputmu bersama kedua anakmu." kata Alvaro lagi.
"Iya Kak. Aku masuk ke dalam rumah dulu, ya." sahut Elvira.
"Tunggu Elvira! Ini ada sedikit uang belanja untukmu dan kedua anakmu." ucap Alvaro sambil menyerahkan sejumlah uang yang di ambil dari saku bajunya.
"Terima kasih, Kak." sahut Elvira sambil mengambil uang pemberian Alvaro. Setelah mengantar Elvira dan memberikan sejumlah uang, Alvaro kembali melaju dengan mobilnya menuju rumahnya. Alvaro selalu mengingat pesan kakek jenggot bahwa masalah harus dihadapi, dan semakin cepat masalah itu diatasi,maka masalah akan cepat selesai. Alvaro terus melaju di jalan raya dan akhirnya Alvaro sampai di depan rumahnya yang besar. Alvaro terdiam sejenak di dalam mobil, menatap ke arah pagar besi rumahnya yang tinggi. Alvaro menghela nafas panjang, mengatur nafasnya yang terasa sesak saat akan berhadapan dengan Liona nanti.
"Hari ini adalah hari minggu. Saat ini Liona pasti sedang di rumah." guman Alvaro sambil menatap ke arah rumahnya terus. Alvaro melihat pak Abel yang sedang membersihkan halaman rumahnya yang luas. Dengan tekad dan niat yang kuat, Alvaro keluar dari mobilnya lalu masuk ke dalam pekarangan rumahnya.
"Ya Allah... Tuan Alvaro!" teriak pak Abel saat melihat Alvaro berjalan masuk ke halaman rumah. Alvaro menoleh ke arah pak Abel, lalu tersenyum ramah kepada pak Abel.
"Tuan... Apa kabar?" tanya pak Abel penuh haru sambil menghampiri Alvaro yang hendak masuk ke dalam rumahnya.
"Aku baik, Pak." sahut Alvaro. "Bagaimana kabar pak Abel sendiri?" tanya Alvaro lagi.
"Aku juga baik, Tuan." sahut pak Abel.
"Aku masuk ke dalam dulu, ya, Pak," ucap Alvaro sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya. Pak Abel menatap Alvaro sambil tersenyum bahagia, karena Tuannya telah kembali ke rumah. Perlahan, Alvaro membuka pintu kamarnya dan melihat Liona sedang duduk di tepi ranjang sedang melipat baju-baju bayi yang telah lama dibelinya. Liona yang melihat Alvaro membuka pintu kamar sangat kaget dan tidak menyangka Alvaro akan pulang. Sesaat Alvaro dan Liona saling menatap. Alvaro tetap berdiri di depan pintu menatap wajah Liona yang tetap cantik di matanya. Ingin rasanya Alvaro mendekati Liona dan memeluknya, melepas semua rasa rindu yang terpendam di dalam hatinya selama ini. Namun, harga diri dan gengsinya menahannya untuk tidak melakukan itu. Perlahan Liona melangkah mendekati Alvaro yang masih berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Alvaro... Akhirnya kamu kembali." ucap Liona sambil terus melangkah mendekati Alvaro. "Kamu ke mana saja? Dan bagaimana kabarmu?" tanya Liona sambil menatap wajah Alvaro.
"Aku berada di suatu tempat yang memberiku rasa nyaman. Kabarku, sangat baik dan sehat." ucap Alvaro dengan wajah datar. Liona memegang kedua pipi Alvaro, lalu memeluknya dengan erat. Sedangkan Alvaro tetap berdiri mematung tanpa bereaksi sedikit pun.
"Aku tahu kamu akan kembali. Dan aku tetap menunggumu di sini." ucap Liona sambil memeluk Alvaro.
"Duduklah, Liona. Kita harus bicara." ucap Alvaro sambil melepaskan kedua tangan Liona yang melingkar di pinggangnya. Liona menatap wajah Alvaro yang mulai tegang, Liona merasakan sikap Alvaro terhadapnya mulai berubah semenjak Alvaro pergi.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Alvaro?" tanya Liona dengan rasa penasarannya.
***