Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara dan Gio
"Masuklah! Ayo, masuk!" tawar Roni ramah sembari membukakan pintu rumahnya dengan lebar untuk Bara.
Dengan senyum merekah karena berhasil lebih lama menghabiskan waktu bersama Kyra, Bara mengikuti langkah Roni dengan riang.
Di dalam rumah Kyra yang tak seberapa besar, Bara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Mungkin rumah ini tak sebesar kamar Bara namun entah mengapa suasananya sangat hangat dan homey.
"Kyra, cepat buatkan minuman untuk tamu kita ini!" perintah Roni sembari mempersilahkan Bara duduk di sofa di ruang tamu yang di dominasi warna putih dan abu-abu.
Kyra masuk ke dalam rumah dengan hembusan napas panjang. Roni yang sangat ramah pada siapapun teman Kyra, tak meloloskan Bara begitu saja. Ia harus mengenal Bara dengan baik karena lelaki itu sudah berani mengantarkan putrinya pulang.
"Jadi namamu Bara?" tanya Roni sekali lagi ketika mereka berdua sudah duduk dengan santai.
"Betul, Om. Saya sekantor dengan Kyra."
"Wah, Kyra memang sudah benar-benar berubah. Cepat sekali dia berkenalan dengan lelaki ganteng sepertimu! Padahal dulu jangankan lelaki, teman perempuannya hanya ada satu, itupun sudah lama sekali nggak pernah main lagi ke rumah ini!" jelas Roni sembari terkekeh bangga.
Teman wanita? Bara menghela napasnya sesaat. Ia jadi teringat pada cerita Kyra bila yang merebut kekasihnya adalah sahabatnya. Mungkinkah Roni tak tahu tentang hal itu?
"Sering-seringlah main ke mari. Kyra juga punya teman lelaki namanya Keanu. Katanya sih mereka pacaran, tapi sudah lama juga dia nggak ngapelin Kyra ke sini. Pacar macam apa begitu itu! Huh!"
"Ayaaaah, apa'an sih pake cerita yang begituan ke Bara! Dia jadi risih tuh!" Kyra muncul sembari membawakan dua minuman hangat untuk Bara dan ayahnya.
Bara tertawa kikuk, ia tak tahu harus menanggapi apa. Ia hanya memperhatikan Kyra yang dengan telaten meletakkan gelas minuman untuk Bara di meja. Keanu? Apakah dia lelaki yang pernah bertemu dengannya ketika menjemput Kyra dulu?
"Maaf ya, Bara. Ceritanya jadi ngelantur ke mana-mana!" bisik Roni terkekeh.
"Gimana kerjaan kamu di sana? Sudah dapat teman belum?" Roni mengalihkan tatapan pada putrinya.
Kyra melirik Bara sekilas, tidak mungkin ia jujur bila sempat dikerjai beberapa kali oleh teman-temannya, Bara pasti akan marah dan memecat mereka semua. Kyra tak sampai hati membiarkan orang-orang itu kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian mereka.
"Sudah. Tadi aku kenalan sama teman satu divisi denganku. Namanya Dwi. Dan satu lagi teman namanya Morgan! Mereka baik semua, Yah. Aku betah di sana." Kyra terpaksa berdusta sembari menggaruk hidungnya.
Wajah Roni yang nampak bahagia membuat Kyra mengutuk dirinya sendiri. Tapi biarlah ia akan menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Baguslah! Kamu harus punya banyak teman mulai sekarang. Jangan cuma berteman dengan satu orang dan nggak mau bergaul dengan teman yang lain. Itu nggak baik, Ky."
"Kyra! Kyra! Kyra!"
Tawa Roni dan Kyra seketika pecah ketika mendengar Gio memanggil namanya. Bara yang terkejut hanya mengamati ruang belakang dengan bingung.
"Itu Gio! Adeknya Kyra. Mau kenalan sama Gio?" Roni seolah paham bila Bara terlihat penasaran.
"Adiknya Kyra?" desis Bara terheran-heran. Kenapa suaranya aneh sekali?
Roni pun bangkit dan mengajak Bara untuk masuk ke dalam rumah mereka. Ia membawa Bara ke teras belakang, di dekat meja makan, di sana ada sebuah gantungan besi dan seekor burung berwarna neon, si Gio.
"Ini namanya Gio! Kesayangan Om, adiknya Kyra!" jelas Roni sembari menunjukkan burung beo miliknya dengan bangga.
What? Lelucon macam apa ini!?
Bara menolehi Kyra yang berdiri tak jauh darinya dengan pandangan bertanya-tanya. Tunggu, sepertinya ia ingat Kyra pernah menyamakannya dengan seseorang bernama Gio? Apakah burung ini yang ia maksud?!
"Jadi kamu menyamakanku dengan dia?" tanya Bara kesal.
Roni dan Kyra tertawa mendengar perkataan Bara. Terlebih wajah yang sedang cemberut itu nampak sangat imut dan menggemaskan, semakin persis dengan Gio!
"Tapi kalo dipikir-pikir kalian memang mirip, loh!" tawa Roni semakin menggelegar.
Kyra yang melihat wajah Bara masih terlipat kesal akhirnya menghentikan tawanya dan mengajak lelaki itu untuk mendekat pada Gio. Mereka berdua berdiri di samping besi tumpuan Gio.
"Gio, ini teman baru, namanya Bara! Say Bara! Ba ... Ra!" perintah Kyra lugas.
Gio bergeming, ia berbalik badan dan memunggungi Bara. Alih-alih unjuk gigi dengan segala keahliannya dalam berbicara, Gio malah mengeluarkan kotoran miliknya dan jatuh tepat di tangan Bara.
"Oh, dam---" Bara urung melanjutkan kalimat umpatannya ketika ia sadar ada Roni di tempat yang sama.
"Hahaha!" tawa Kyra pecah lagi.
Roni pun sama, ia semakin tertawa kencang ketika melihat adegan yang tak direncanakan itu. Gio seolah tak rela ada orang baru yang masuk di keluarga kecil mereka.
"Dasar burung sialan!" kecam Bara emosi. Ia beringsut ke wastafel di dapur dan membersihkan kotoran menjijikkan itu di sana. "Awas saja, aku akan menculikmu dan menggorengmu lantas memakan dagingmu sampai habis tak bersisa!" janji Bara berapi-api.
Suasana yang biasanya sepi di rumah itu, kini riuh dengan tawa. Meskipun ia jadi satu-satunya orang yang teraniaya namun entah mengapa Bara tak ingin beranjak pulang dari sana. Ia suka melihat Kyra tertawa sepuas itu meskipun Bara yang menjadi korban.
Pun keramahan Roni membuat Bara semakin tak ingin beranjak pulang. Mereka menonton pertandingan bola di tivi hingga larut malam, hal simpel yang tak pernah Bara rasakan sebelumnya di mansionnya sendiri. Tivi 40 inch itu tak ada apa-apanya dibanding tivi di kamar Bara yang besarnya hampir menyamai pintu. Namun, menyaksikan pertandingan bola dari tivi kecil itu mampu menghangatkan hati Bara yang sudah lama beku. Ia lupa kapan terakhir kali merasakan kehangatan keluarga semacam ini. Sepertinya sudah sangat lama, hingga Bara tak bisa mengingat seindah apa rasanya.
"Aku pulang, ya!" pamit Bara ketika Kyra mengantarkannya hingga pintu pagar.
Kyra mengangguk. Sudah jam 12 malam dan Bara juga sudah mulai mengantuk.
"Sampai jumpa besok di kantor!"
Sekali lagi Kyra mengangguk, ia memperhatikan Bara hingga lelaki itu masuk ke dalam mobilnya dan duduk di balik kemudi.
"Hati-hati, semoga selamat sampai tujuan!" Kyra melambaikan tangan dari pintu pagar.
Bara membalas lambaian itu dan mengangguk. "Bye! Masuklah!" perintahnya.
Kyra menurut, ia berbalik dan kembali masuk ke dalam rumahnya dengan senyuman yang masih tersungging di bibirnya. Usai menutup pintu, Kyra mengintip mobil Bara dari celah gorden. Mobil itu masih berada di sana sebelum kemudian mulai melaju dan pergi.
"Jadi dia pacar barumu, huh!?"
Kyra tersentak kaget ketika tiba-tiba mendengar suara ayahnya. Ia berbalik dan melihat Roni sudah berdiri tak jauh darinya.
"Ih, Ayah! Ngagetin aja! Dah ah, aku mau tidur!"
...****************...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah
wkwkwkwwk