Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-26
Evan mendesah panjang, kali ini langsung mencium bibir Dryana tanpa aba-aba.
"Aku sedang menahan hasrat ku Dry, jangan buat aku tersiksa, okey?"
"Oh my God, kau benar-benar mesum Ev!" Teriak Dryana seketika bangun dan menjauh.
Evan tertawa, apalagi saat melihat Dryana dengan wajah takutnya, cukup menghibur di malam yang makin larut.
"Aku akan pulang sendiri Ev, jangan mengantar ku!" Teriak Dryana langsung lari meninggalkan Apartemen Evan saat itu juga.
Evan masih saja tertawa dan menggelengkan kepala, melihat tingkah lucu Dryana saat ketakutan akan dirinya, lalu kemudian segera mengangkat panggilan Video yang sudah lama bergetar di ponselnya.
"Hai Mom" ucap Evan.
"Kenapa lama sekali mengangkat ponsel mu Ev?" Protes sang Mommy tak terima karena berani-beraninya anaknya tak menghiraukan panggilannya.
Sebenarnya inilah alasan kenapa Evan membuat drama yang akhirnya berhasil membuat Dryana segera pergi dari Apartemennya, karena jika melihat ada wanita di samping Evan di malam larut seperti ini, bisa di pastikan sang Mommy akan murka, dan imbasnya pasti akan kemana-mana.
Namun begitu Evan tak membiarkan Dryana pulang sendirian tentunya, karena memberikan pesan ke salah satu orang untuk mengawasinya dari jauh sampai aman tiba di Mansion nya.
"Ada apa Mom?, kenapa malam-malam begini Mommy menghubungi ku?"
"Apa benar kamu membeli saham di sebuah perusahaan asing?"
"Cepat sekali informasi ini sampai ke mommy?"
"Ck, jawab saja Ev, jangan muter-muter bicara tak penting"
Evan tersenyum, begitulah sosok sang Mommy yang selalu saja membuatnya rindu.
"Aku memang membelinya Mom"
"Ya Tuhan, untuk apa Ev, kenapa uangmu tidak di fokuskan saja ke aktifitas perusahaan baru mu yang sedang berkembang dan butuh dana besar"
"Bukankah Mommy menginginkanku segera memberikan cucu?"
"What?!, jangan macam-macam kalau bicara Ev!"
"Aku serius Mom"
"Nikah dulu, dihalalkan, baru kasih mommy cucu!" Teriak Sang Mommy yang nampak kesal di kejauhan sana.
Kembali Evan tertawa, dan mendapatkan peringatan keras seketika.
"Jangan main-main dengan anak orang Evan!" Teriaknya.
"Evan serius Mom, tapi ada masalah yang harus aku selesaikan dulu, dia wanita yang bertahun-tahun mengalami ketidak Adilan di hidupnya, dan berjuang sendirian" ucapan Evan mampu membuat sang Mommy kini terdiam.
"Kamu serius sayang?" Kini sang Mommy melembutkan suaranya.
"Hem, tentu saja"
"Okey, lanjutkan apa yang menurutmu benar, tapi ingat, hati-hatilah, dan perjuangkan dia kalau kamu rasa pantas, Mommy mendoakan yang terbaik"
"Tentu saja, tapi aku harus menahan hasrat mati-matian saat didekatnya, dia begitu kuat menarik ku Mom, apa sedikit saja aku tak bisa mencicipi?"
"EVAN!!"
Teriakan di dapatkan dan Evan kembali tertawa menikmati Omelan Mommynya, bahkan ancaman yang harusnya membuat dia takut, justru nampak nyanyian indah di telinganya.
*
*
Dryana baru saja tiba di Mansionnya, tepatnya di jam 10 malam, sebenarnya jika bisa, Dryana ingin sekali tak kembali dan tinggal bersama dengan Evan di Apartemen, tapi apa boleh buat, selain kekasihnya yang sepertinya san-gean, ada Grandpa juga yang harus dijaga.
Baru saja kakinya menginjak di ruang tengah, disambut dengan sosok laki-laki yang mulutnya bau alkohol.
"Kau_?" Tanya Dryana terkejut saat langkahnya dihalangi.
"Dari mana saja, malam-malam keluyuran!" Bentaknya.
"Bukan urusanmu Ric, minggir!" Ucap Dryana.
"Kau masih saja berlagak sebagai penguasa, kelakuan mu semakin mirip dengan Mommy mu yang sudah bau tanah itu"
"Jaga ucapanmu Ricky, berkat kebaikan beliau juga, kau bisa numpang hidup enak disini"
"Apa kau bilang?!" Ricky tertawa cukup kencang.
Dryana hanya diam dan menatapnya saja, tidak ingin membuat keributan di malam hari, percuma saja meladeni, buang-buang tenaga, pikirnya.
Tak diduga, laki-laki didepannya itu justru maju satu langkah lebih dekat lagi, dan Dryana segera mundur untuk menjaga jaraknya kembali.
"Aku yang membesarkan perusahaan mu itu, dan bisa bertahan sampai sekarang, bukan sepertimu yang hanya bisa berfoya-foya dan menghabiskan uang!"
"Itu urusanku"
"Oh ya, dan jangan kira aku tak tau, kau sebenarnya wanita ja-lang yang menghidupi laki-laki untuk kepuasan mu sendiri"
"Itu juga bukan urusanmu Ricky"
"Aku tanya padamu, berapa kau membayar mereka untuk kepuasan tubuhmu hem?" Ricky semakin maju dan tersenyum miring, sungguh menji-jikkan bagi Dryana saat ini.
"Jangan berani macam-macam, ini sudah malam" Dryana memperingatkan.
Ricky kembali tertawa, melihat kulit mulus Dryana yang terpampang nyata di depannya, Dryana selalu menarik hati Ricky, dari dulu sampai sekarang, tak pernah di pungkiri jika Dryana sudah mengisi hatinya sejak lama.
"Aku tawarkan hal bagus untuk mu Dryana, aku akan memberikan mu segalanya, uang dan kekuasaan, tapi dengan satu syarat, jadilah wanitaku, hanya wanitaku"
"Apa kau yakin akan hal itu, kau tau aku sangat suka kekayaan, dan apa yang kau miliki itu cukup untukku?" Ucap Dryana dengan sinis.
"Tentu saja, kau tidak tau, kalau kita sudah merencanakan sesuatu dengan Gurven Company, jika semua itu berhasil, maka, seluruh harta mereka akan berpindah tangan menjadi milikku"
"Yaitu dengan menjual ku pada Sandiago Gurven, sandiwara yang lucu, aku bahkan bisa menduga dengan jelas motif kalian, menjijikkan!"
"Aku tak akan membiarkan dia menyentuh mu jika kau mau menjadi milikku seutuhnya Dryana, permainan akan selesai dan kekayaan Sandiago ada di tangan ku sebelum dia memiliki tubuhmu, setelah itu, kau akan mendapatkan apapun yang kau minta dariku"
Kini tawa itu berganti keluar dari mulut Dryana, cukup keras dan membuat Ricky terkejut melihatnya.
"Kau yang hanya bisa merampas harta orang lain ingin memberiku segalanya?, ada kaca besar di kamarmu kan, berkaca lah dulu sebelum bicara!" Dengan lantang Dryana berkata.
"Dasar ja-lang kurang ajar!" Balas Ricky dengan tangan yang menggenggam erat dan rahang yang mengeras seketika.
Dibawah pengaruh alkohol walaupun tidak banyak, Ricky menyerang Dryana dengan tiba-tiba.
Brug!
Dryana yang tak siap terdorong ke tembok dan terhimpit tubuh Ricky.
"Brengsek!" Ucap Dryana saat detik berikutnya merasakan tangan Ricky yang tak tau diri itu mulai menggerayangi.
Bug!
"Akh!" Teriakan terdengar, dan Ricky kini sudah terjungkal sambil memegangi miliknya yang tentu saja berdenyut nyeri luar biasa.
Dryana dengan santai membenarkan bajunya kembali, lalu berjalan meninggalkan Ricky yang masih meraung kesakitan, hingga lampu-lampu yang tadinya padam di ruangan itu kini menyala.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan mu Ricky!" Teriakan wanita yang menjijikkan bagi Dryana itu terdengar nyaring, mendapati anaknya yang masih berguling-guling.
Lalu berlanjut kehebohan suaminya, yang dengan suara keras meneriaki Dryana, tapi tentu tak menjadikan alasan bagi Dryana untuk berhenti melangkah.
"Siapa suruh anak mu itu kurang ajar!" Teriak Dryana yang kemudian masuk ke dalam kamar pribadinya, menutup rapat hingga tak terdengar lagi kehebohan di luar sana.
Ayo yang masih lupa ngasih VOTE, ditunggu ya, jangan lupa.