Sebuah senjata pusaka yg sempat menggegerkan dunia persilatan karena kehebatan nya, menjadi incaran banyak tokoh-tokoh pendekar yg berkeinginan untuk memiliki nya di saat senjata itu menghilang.
Dan bagi siapa saja yg akan berjodoh dengan pedang tersebut tentu akan menjadi tokoh dunia persilatan kelas wahid bahkan kemungkinan menjadi tokoh nomor satu tidak akan terbantahkan bila berhasil menggenggam senjata tersebut.
Baik dari kalangan putih maupun hitam saling berlomba guna mendapatkan pedang pusaka tersebut.
Nantikan kisah nya dalam cerita Pusaka Pedang Tabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#1 Kawah Chandra Dimuka.
Diwandaka tetap saja berdiri melihat keadaan sekeliling tempat itu.
Tanpa sadar nya ia pun menoleh ke arah sebelah kirinya dan terlihat sebuah kawah yg tidak terlalu luas tetapi mengeluarkan asap serta berwarna kuning.
Aroma bau nya cukup menyengat menusuk hidung nya.
Pandangan mata pemuda itu terus saja melihat tempat itu, ia pun menuruni puncak gunung bayang ini menuju tempat tersebut.
Semakin di dekati, uap yg beraroma kuat itu semakin menusuk hidung nya.
Agak berat juga bagi pemuda ini bernafas akibat dari aroma itu.
Tetapi entah mengapa Diwandaka tetap saja berusaha mendekati nya.
Di tutup nya hidung agar tidak dapat mencium aroma itu, tetapi tetap saja masih mampu menusuk hidung nya.
Kawah yg berwarna kuning ini memang nampak bergejolak sehingga mengeluarkan asap yg cukup banyak.
Diwandaka mencoba meraih air yg mengeluarkan asap itu dengan tangan nya.
Hahh, ternyata cukup panas!
Berkata dalam hati cucu dari Eyang Ganda Puro.
Ia pun mengambil tempat di tepi nya sambil kembali mengedarkan pandangan mata nya.
Sesaat mentari mulai merangkak naik, Diwandaka pun mendengar seolah ada suara yg berkata di telinga nya.
Berendam lah di dalam kawah itu ngger !,
Niscaya tubuh mu akan dapat mengambil banyak manfaat kelebihan dengan air tersebut , kamu tidak akan mempan oleh racun , dan jalan pernafasan mu akan dapat menjadi sempurna sehingga kelak dapat mempergunakan hawa murni dalam tubuh mu dengan sangat baik, tenaga dalam mu kelak tidak akan ada yg dapat menandingi,..
Hahh!
Diwandaka terkejut mendengar suara itu, ia melihat ke arah kanan dan kiri nya tetapi tidak menemukan orang yg berkata-kata tersebut.
Sejenak terpaku ia menatap air kuning yg ada di dalam kawah yg mengeluarkan asap beraroma berbau menyengat ini.
Dengan menguatkan keyakinan pada hati nya, cucu dari eyang Ganda Puro ini pun melakukan permintaan yg di dengar nya itu.
Meski agak ragu-ragu, perlahan kaki kanan pemuda itu pun berusaha di celupķan ke dalam kawah yg tidak terlalu luas itu.
Terasa cukup panas memang , namun dengan sekuat hati nya ia pertahankan hingga kedua kaki nya itu di masukkan ke dalam air nya yg terus saja mengeluarkan asap.
Tetapi setelah beberapa lama, dj rasakan ada yg aneh di dalam tubuh nya yg mengalir dari arah ujung kaki nya ini.
Sehingga ia pun memasukkan semua tubuh nya ke dalam kawah itu sebatas leher.
Ternyata kawah yg beruap panas ini tidak terlalu dalam dan di bawah nya ada banyak bebatuan padas.
Pijakan kaki Diwandaka pun menjadi mantap , ia pun bisa duduk hingga batas leher nya saja lah yg tersisa.
Dengan keyakinan penuh pemuda itu mulai memusatkan seluruh perhatian nya pada sang maha pencipta , sang Hyang Agung.
Diwandaka terus melakukan nya hingga malam menjelang, ia berharap mendapat petunjuk dari suara yg di dengar nya itu kapan ia harua bangkit dari dalam kawah yg berhawa panas ini.
Hingga malam menjelang, diri nya tidak mendengar suara apa pun juga , tetapi tubuh nya di rasakan nya semakin segar, dan satu yg menjadi kan ia semakin betah berlama lama di dalam nya, perut nya tidak merasakan lapar bahkan kini penglihatan nya semakin jelas dan terang, dapat mengingat apa yg telah terjadi, dari ia berada di desa semenyih hingga di alas paruh, ia dapat mengingat dan memperagakan nya.
Jadi lah Diwandaka mempelajari banyak jurus di saat tubuh nya berada di dalam kawah tersebut.
Selama tiga hari, baru lah Diwandaka mendapatkan perintah dari suara yg di dengar nya agar ia keluar dari dalam kawah tersebut.
Perlahan namun pasti pemuda itu mengangkat tubuh nya dari dalam kawah yg beruap panas ini.
Tetapi kini hawa panas itu telah berubah menjadi dingin , begitu bangkit , salah satu kaki nya menyentuh sesuatu.
Dengan cepat ia pun meraih nya dan ternyata sebuah tengkorak kepala.
Hehhh !
Diwandaka pun mambuang nya serta merta karena merasa sangat terkejut.
Tanpa sadar nya ia pun melompat naik dengan begitu ringan nya.
Semakin hati pemuda ini menjadi heran bercampur takjub.
Seolah-olah kini diri nya memliki ilmu peringan tubuh yg sangat tinggi.
Setelah berada di pinggiran kawah beruap panas itu , Diwandaka kembali mengingat beberapa jurus yg tadi sempat melintas di benak nya.
Kini pemuda itu memulai pergerakan ilmu silat dengan cukup baik di tambah lagi diri nya kini seolah memiiliki ilmu peringan tubuh yg sangat sempurna.
Dengan begitu mudah nya ia melakukan tata gerak sebuah ilmu silat.
Hati pemuda ini menjadi gembira bukan kepalang karena nya.
Ia terus saja berlatih dengan banyak tata gerak , bahkan kini ia dapat mencontoh satu sikap dari binatang yg di lihat seperti saat seekor burung elabg yg terbang dan langsung menyambar mangsa nya.
Gerakan seekor monyet yg berlompatan dari satu cabang pohon ke cabang pohon yg lain, bahkan untuk seekor belalang pun ia dapat menirukan gerakan nya dengan begitu baik nya.
Satu pekan sejak diri nya berada di atas puncak gunung bayang itu, Diwandaka kini telah berubah, ia bukan lah seorang pemuda yg tidak mengetahui ilmu silat atau olah kanuragan.
Kini diri nya menjelma menjadi seorang pemuda yg tangguh yg dapat melakukan beberapa gerakan yg mustahil dapat di tiru atau di lakukan oleh orang lain.
Ia dapat memindahkan tubuh nya kemana pun dengan sesuka hati nya, sebab kini seolah tubuh nya itu tanpa bobot lagi, begitu ringan nya.
Selain itu pula , Sang Menjangan Putih banyak memberi nya nasehat.
Ia di perintahkan oleh makhluk itu untuk terus berlatih lebih giat lagi guna dapat menaklukan penghuni yg ada di dalam Kawah sebelah barat laut.
Kawah yg menurut dari lelaki tua berjubah putih dan menggunakan dua buah tanduk itu sebagai kawah Agni.
Di dalam nya bersemayam seekor naga api yg ber mahkotakan intan merah delima di atas kepala nya , tugas mu lah ngger untuk merebut mahkota nya tersebut!
Demikian lah perintah dari lelaki tua tersebut kepada Diwandaka, sehingga ia pun menempa pemuda itu dengan begitu keras nya di puncak gunung Bayang sebelah timur ini, kawah yg di beri nama Kawah Dimuka.
Hampir satu purnama Diwandaka berada di puncak Kawah Dimuka itu baru pada saat malam tiba ia mendapatkan perintah dari lelaki tua berjubah putih itu untuk segera bergerak menuju Kawah Agni tersebut.
Diwandaka pun di minta untuk mempergunakan seluruh kemampuan nya agar dapat mencapai tempat tersebut.
Bukan tidak banyak orang yg ingin mencapai tempat tersebut, namun akhir nya semua nya kembali dengan tinggal nama saja meski ada juga yg berhasil termasuk orang tua mu !
Kata nya kepada Diwandaka , pemuda itu sempat ingin bertanya lebih lanjut begitu eyang Menjangan Putih , demikian lah cucu eyang Ganda Puro ini menamai nya.
Ketika ia menyebutkan orang tua nya tadi, tetapi eyang Menjangan Putih ini langsung menjawab nya, kelak apabila ia telah dapat dan juga menguasai dari kedua benda pusaka tersebut, yaitu pusaka pedang tabut maupun mustika merah delima, ia akan menjelaskan kepada pemuda itu , siapa kah ia sebenar nya.
Diwandaka tampak terdiam.
Di angkat nya wajah nya menengadah ke langit, dan pada saat itu malam memang tengah di terangi indah nya cahaya lembut sang rembulan yg menggantung di atas cakrawala, kabut pun tidak sedang menyelimuti puncak gunung ini.
Hati pemuda ini memang sudah mantap untuk segera memenuhi permintaan dari eyang Menjangan Putih guna merndapatkan mustika merah delima yg ada di puncak Kawah Agni tersebut, walaupun di ketahui nya , ia harsu menaklukan penguasa kawah yg terlihat sedang murka terus menerus itu.
Seekor Naga Api!,
Begitu lah yg ada di benak pemuda ini.
Dalam satu sikap yg menghormat kepada seseorang, Diwandaka membuka kedua kaki nya dengan kedua tangan nya ia satukan di depan dada.
Mulut nya terlihat berkomat-kamit seolah membaca mantera, sebuah mantera yg telah di ajarkan oleh eyang Menjangan putih.
Dan..
Hufhhh !
Diwandaka pun melompat dengan mempergunakan tenaga dalam nya dan melakukan seperti yg telah ia pelajari dari sikap burung elang yg tengah terbang itu.
Tubuh pemuda itu melesat begitu cepat nya melewati beberapa pepohonan besar di bawah nya dan terus melaju menuju puncak gunung Bayang yg lain yaitu puncak Kawah Agni.
Jarak yg agak jauh memaksa pemuda itu harus dua kali menggenjot kan tubuh nya di atas dedaunan pepohonan yg ada tempat itu, sedangkan jurang menganga begitu lebar nya laksana mulut raksasa yg terbuka siap menelan siapa saja yg mendekati nya.
Tetapi Diwandaka tidak menghiraukan nya, di tambah suasana malam yg temaram oleh cahaya rembulan sehingga kengerian akan jurang-jurang pemisah antara kedua puncak gunung Bayang ini tidak lah menciutkan nyali pemuda asal desa Semenyih ini.
obat yang diberikannya sangat mujarab 👍