NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

   "Arda.... disini!"

    Arda menoleh pada Andre disisi kirinya, Andre dan beberapa teman lainnya telah menunggu Arda sejak puluhan menit lalu. Tanpa berlama-lama akhirnya Arda berlari kecil pada Andre dan lainnya setelah memarkirkan motor milik kakaknya dengan aman. Mereka berbincang seperti biasanya sambil sesekali menoleh pada tiga meja disudut dinding didepan mereka, enam orang gadis populer dari sekolah khusus perempuan itu benar-benar duduk disana, salah satunya adalah Kiara si juara satu umum di semester satu beberapa bulan lalu.

   "Lihat...., cantik banget ya cewek itu!" Ucap salah satu dari keempat teman Arda sambil menunjuk Kiara.

    Gadis cantik itu masih sibuk berbincang dengan temannya sambil menikmati beberapa cemilan diatas meja, tak sedikitpun menyadari kalau Arda dan teman-temannya sedang memperhatikan mereka dari kejauhan.

   Arda terus tersenyum menatap wajah cantik Kiara terutama saat gadis itu menguncir tinggi rambut panjangnya, lehernya yang putih dan bersih itu membuat Arda, Andre dan tiga teman lainnya menelan ludah mereka dengan kasar. Saat Arda tersenyum menyadari tingkah lakunya yang tak biasa, tiba-tiba seorang gadis yang tak kalah cantik dari Kiara berjalan memasuki toko, gadis berambut pendek mengenakan baju crop berwarna pink dusty dan rok pendek selutut berwarna putih. Gadis itu membawa sebuah laptop ditangannya lalu duduk di kursi tepat satu meja didepan meja Arda.

  "Aku seperti pernah melihatnya, dimana ya?" Batin Arda memperhatikan gadis itu.

  Arda berjalan kearah meja kasir, memesan minuman untuknya yang kebetulan gadis itu juga memesannya, gadis itu tersenyum tipis pada Arda lalu kembali ke kursinya setelah memesan menu, sama halnya dengan Arda, ditengah kebisingan ditempat itu matanya terus menatap gadis sudut meja.

  Jari-jari lentik milik gadis itu menari-nari diatas papan keyboard dan setelah beberapa detik ia kembali diam, begitu tenang menatap layar laptopnya sambil sesekali menggaruk keningnya seakan ia sedang memikirkan sesuatu. Tak lama jari-jarinya kembali menari, tak sekalipun memperhatikan segala sesuatu yang bergerak disekitarnya, semakin lama Arda semakin tertarik menatapnya, sementara gadis bernama Kiara itu malah menatapnya kagum.

   "Apa yang dia lakukan? Apa dia sedang menulis?" Tanya Arda dalam hati, tak lama minuman yang ia pesan sebelumnya diantar oleh pelayan kafe bersamaan dengan pesanan milik gadis yang sedang mantap cahaya biru dari laptop tersebut.

  "Terimakasih!" Ucap gadis itu pelan saat minumannya telah berada diatas meja.

  Mata dan tangan gadis itu kembali sibuk bermain dengan laptopnya, begitu lama hingga membuat matanya kelelahan. Sementara Arda dan Kiara saling mencuri-curi pandang, Arda memandang gadis pemilik laptop dan Kiara memandang Arda, saling bergantian melihat satu sama lain.

  Tak lama gadis itu meneguk pelan isi gelasnya dengan anggun sebelum akhirnya jemarinya kembali meluncur keatas keyboard perlahan namun terlihat mulus, ia benar-benar terbenam didalam dunianya sendiri. Menulis beberapa bait teks kemudian berhenti seolah sedang berfikir teks apalagi yang cocok dibubuhkan kedalam teks sebelumnya. Ia diam kembali seolah sedang membaca kembali hasil tulisannya, terkadang ia tersenyum kemudian tertawa sedih seperti seseorang yang baru saja memutar kembali kenangannya yang telah berlalu dan kini hanya tinggal nostalgia didalam kepala.

  "Arda..... "

  "Woi, Arda!" Tegur Andre yang sudah sejak lama memanggil lelaki yang duduk disampingnya itu.

 "Kenapa bengong, kamu lagi liatin apa?" Tanya teman lainnya.

  "Gadis itu, cantik..... seperti karakter didunia fantasi, bahkan lebih cantik dari sebuah karakter favoritku!" Jawab Arda menunjuk gadis itu.

  Di kejauhan Kiara menatap kearah gadis yang baru saja ditunjuk oleh Arda. Suasana ribut, canda tawa dan dentingan dari piring dan gelas yang saling bertabrakan didalam satu ruangan yang sama tak mengganggu fokusnya dari benda eletronik itu. Arda semakin penasaran akan gadis itu, dengan memberanikan dirinya ia melangkah dari kursinya hingga menarik perhatian teman-temannya juga gadis bernama Kiara itu.

  "Aku mau kedepan sebentar, nggak papa kan?"

 "Ngapain, Arda? Duduk saja disini, tuhhh Kiara dari tadi liatin kamu!"

 "Ada yang lebih menarik dari Kiara!" Jawab Ardi pelan, ia lalu mengangkat cangkir minumannya kearah gadis yang terbenam pada layar biru laptop itu.

 "Hai!" Sapanya ramah.

  Gadis itu mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja menyapanya, sejenak ia diam menatap wajah sangat pemilik suara itu.

 "Boleh aku bergabung?"

 "Silahkan!" Ucap gadis itu dengan wajah datar, sama datarnya dengan Kiara sedangkan Arda tengah tersenyum lebar menahan rasa senangnya.

 "Arda ini menarik juga, bisa-bisanya dia bergabung dengan perempuan yang baru saja ditemuinya di kali pertama!" Ucap Andre menggelengkan kepalanya.

 "Itu namanya, dia gentlemen!" Balas teman yang satu.

 "Iya, jarang-jarang ada yang langsung berani mendatangi gadis yang dia sukai di keramaian begini, kalau ada pun yahhhh pasti dia play boy!" Sahut teman kedua.

"Jadi.... Arda ini termasuk yang mana? Gentleman atau Play boy?" Pertanyaan teman ketiga membuat keempatnya menoleh bersamaan pada Arda yang tengah tersipu melu menatap wajah gadis dihadapannya kini.

 "Kenapa kamu memilih duduk disini dari sekian banyaknya kursi kosong?" Gadis itu memulai pembicaraan tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

 "Aku tadi duduk disana, aku kesini karna penasaran dengan apa yang kamu kerjakan, tampak menarik!" Jawab Arda sambil menunjuk kearah tempat duduknya semula.

  Gadis itu menoleh kearah Andre dan ketiga teman mereka, keempatnya tersenyum menundukkan kepala menyapa gadis itu tanpa bicara.

 "Kau masih sekolah?"

 "Iya, aku kelas satu SMA!"

 "Kamu masih anak-anak, jadi.... apa yang membuatmu penasaran dengan apa yang kulakukan?" Tanya gadis itu menghentikan aktifitasnya.

 "Eummmm, sebenarnya.... aku.... eummmm!"

 "Jangan bilang kau.... melihatku dari tadi. Kamu menyukaiku?" Tanya gadis itu dijawab anggukan oleh Arda, kedua matanya membulat dan berkaca-kaca, ibarat anak kucing yang siap diadopsi oleh tuan barunya.

 "Kau dari sekolah mana?" Tanya Arda dengan kedua tangan diatas meja, malu-malu ia menatap mata gadis itu lekat, tak sadar kalau saat ini ada sepasang mata yang tak terima akan keberadaannya didekat gadis itu.

 "Hei anak muda, kau pasti salah paham denganku, aku bukan anak sekolah!" Gadis itu berbicara seperti orang dewasa, tanpa ragu menyentil kuat kening Arda.

 "Aaahkkkk!" Andre dan tiga teman lainnya bersorak pelan menyaksikan keduanya berbicara dan bercanda layaknya teman lama.

 Arda mengerutkan keningnya menatap gadis itu.

 "Kenapa kamu tidak sekolah? Apa kau kekurangan uang untuk membiayai sekolahmu? Apa kau mau aku membantumu?"

 Gadis tersebut menggelengkan kepalanya, lalu kembali berbicara pada Arda.

"Aku sudah lulus, umurku sudah dua puluh dua tahun, apa masih ada yang sekolah diumur dua puluh dua tahun?"

Arda terdiam, itu artinya gadis itu lebih tua tujuh tahun darinya, yang mana mungkin sekarang gadis itu sedang kuliah atau sedang bekerja sementara dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Maa maaf, kukira kau seumuran dengan kami!" Ucap Arda malu.

"Tapi.... aku sungguh menyukaimu.... Kak!" Ucapnya lagi, dan kini bukan hanya Arda yang tersipu malu, gadis itu juga, terlihat dari warna wajahnya yang berubah merah serta matanya membulat sempurna.

Seolah melayang di udara kemudian terbang bersama burung-burung kecil bersayap indah dibawah langit biru, menabrak awan-awan lembut yang melayang mengikuti mereka.

"Dasar bocah tengil, singkirkan wajahmu dari hadapanku sekarang juga!" Ujar gadis itu marah, namun jauh di lubuk hatinya ia tersenyum bahagia.

"Kak, bisakah aku mendapatkan nomormu?"

"Tidak, jangan berfikir untuk menjadi pacarku, kau masih kecil dan kau masih sekolah, anak sekolah tugasnya belajar dan belajar, apa kamu mengerti?" Balas gadis itu.

Arda mengangguk seperti anak anjing lucu, matanya yang indah membuat gadis itu terpikat.

"Aku akan lulus dengan nilai tertinggi, aku akan bekerja di perusahaan terbaik didunia dengan gaji tinggi, aku akan melamar mu dan menikahi mu sepuluh tahun lagi!"

Gadis itu terlonjak kaget mendengar perkataan Arda yang terdengar tidak masuk akal itu, begitu pun Andre dan ketiga lelaki yang duduk satu meja dengannya, mulut mereka menganga bahkan minuman dimulut mereka berhambur keluar mendengar penuturan Arda.

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!