NovelToon NovelToon
Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Dari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang memberikan kepercayaan diri untuknya.

Sedangkan Ratu, Ia sosok perempuan sempurna. Ratu terkenal tak mau berkomitmen dan berpacaran, Ia seorang pemain ulung. Hidup Ratu berubah saat Ia dan Syailendra satu team mewakili olimpiade kimia dari sekolahnya. Mereka tak pernah sekelas, dan Ratu bahkan baru mengenalnya. Tapi sosoknya yang misterius merubahnya, Ratu merasakan sesuatu yang berbeda dengan pria itu, membuatnya merasa hangat dan tak mau lepas darinya.

Namun dunia tak mendukung mereka dan mereka harus berpisah, mereka lalu bertemu sepuluh tahun kemudian. Apakah kisah kasih mereka akan tersambung kembali? Atau malah akan semakin asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Sentuhan

Pagi itu pengumuman hasil lomba diumumkan secara resmi di SMA Cempaka. Seluruh peserta olimpiade diwajibkan datang, terutama para pemenang untuk mengambil hadiah. Tim Syailendra mendapat juara satu dan baru saja menerima piagam dan medali penghargaan. Bu Susan selaku pendamping turut hadir dan mendokumentasikan hal tersebut untuk menjadi laporan pada kepala sekolah. Foto itu juga disebar ke base sekolah di instagram.

Sesuai janji, setelah menerima hadiah mereka akan pergi makan-makan untuk merayakannya. Jatah libur mereka hanya tersisa hari ini. Keesokan harinya mereka harus kembali ke sekolah masing-masing untuk memulai pembelajaran seperti biasanya. Sekalian membahas perlombaan tingkat Provinsi yang akan digelar 1 bulan lagi. Ah, waktu mereka sangat terbatas. Harus belajar giat agar kembali memenangkan pertandingan.

Di gerbang, usai menerima penghargaan, mereka berpisah dengan Bu Susan. Namun tetap saja sebagai bakti murid pada guru, mereka menawarkan Bu Susan untuk pergi makan-makan.

"Bu, mau ikut sama kami tidak? Sekalian buat ngerayain ini," ajak Ratu.

"Kalian saja yang rayainnya. Ibu ada urusan di sekolah yang tidak bisa ditinggal. Tapi jangan sampai terlena dengan kemenangan sesaat yang kita dapat sekarang. Ingat setelah ini masih ada olimpiade seprovinsi. Dan sekolah kita yang terpilih untuk mewakili Bandung. Jadi siapkan diri kalian masing-masing." Bu Susan menolak dengan lembut karena ini memang keberhasilan mereka, Bu Susan hanya menolong untuk mencapai itu.

"Baik, Bu." Mereka berempat serentak menjawab perkataan Bu Susan sebelum akhirnya wanita berseragam dinas itu pamit untuk duluan pergi dari sekolah tersebut.

Setelah kepergian Bu Susan Ratu langsung membuka suara.

"Memangnya kita mau pergi makan di mana?"

"Bagaimana kalau kita makan di Iga Bakar Si Jangkung aja? Kayaknya enak tuh makan iga. Lumayan biat refresh pikiran," jawab Sasa antusias.

"Pinter banget sayangnya aku." Heri langsung mencubit pipi pacarnya itu.

Ratu mengabaikan dua orang tersebut. Ia memutar bola matanya untuk mempertimbangkan jarak antara sekolah ini dengan tempat makan yang Sasa maksud. Sepengatahuan Ratu, jaraknya cukup jauh bila ditempuh dengan bis. Kasihan Syailendra yang tidak punya kendaraan.

"Yang dekat sini aja nggak ada? Kalau naik bis bisa-bisa kalian udah selesai makan baru aku sama Syailendra sampai di sana."

Heri yang mendengar itu langsung saja menyahut. "Lah itu salah dia sendiri kenapa nggak bawa motor. Lagian aneh zaman sekarang ada orang naik bis. Beli motor juga lebih hemat tuh hidup lo timbang naik bis tiap hari. Repot amat."

"Aku naik bis karena memang suka. Bukan karena nggak mampu beli motor!" Syailendra menjawab ketus.

"Widih. Songong amat. Kalau nggak mampu tuh nggak usah malu ngakuin. Nih ya gue kasih saran. Mending lo nabung kalau kata gue. Motor bekas juga gapapa—"

"Udah! Kamu jangan nekan Syai terus!" Ratu geram.

"Tapi bener lho, Beb, saran sayangnya aku. Realistis zaman sekarang orang lebih hemat naik motor sendiri," bela Sasa.

"Makasih, baby. Makin sayang aku sama kamu," kata Heri sambil mengecup pipi pacarnya.

Benar-benar memuakkan dua orang itu, pikir Ratu. Serasa ingin muntah karena memang mereka tidak tahu tempat mengumbar kemesraan. Ya masa di sekolah orang?!

"Mending kalian cari tempat makan dekat sini. Nggak usah jauh-jauh!" sentak Ratu kesal.

Pada akhirnya mereka search di google tempat makan terdekat. Kebetulan ada warung steak yang tempatnya cocok dijadikan tempat nongkrong. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari sekolah ini. Hanya berkisar 1 kilo saja.

"Yaudah, makan di warung steak ini aja. Kalian duluan deh. Ntar kami nyusul," putus Ratu.

"Cepetan ya. Gue sama Sasa udah lapar banget. Kalau perlu naik ojol aja daripada naik bis. Repot soalnya turun di halte. Mesti jalan kaki lagi. Gue sih ogah!" sorak Heri, yang membuat Syailendra kepikiran.

Setelahnya Heri dan Sasa berderap menuju motor mereka, meninggalkan Syailendra dan Ratu yang masih berdiri di sana.

"Yuk ke halte—"

Baru saja Ratu melangkah, Syailendra menahan tangannya. Hal itu membuat Ratu mengerjap bingung.

"Kenapa?"

"Nggak usah naik bis. Kita naik taksi online aja," kata Syailendra.

"Duh, pasti gara-gara Heri kamu begini. Enggak usah, Syai. Aku senang naik bis kok. Kamu jangan pikirin omongan dia," kata Ratu dengan sorot bersalah.

"Nggak. Aku nggak kepikiran. Aku emang pengen naik taksi online aja biar cepat. Segan sama mereka. Pasti mereka sampai duluan di sana."

"Iya juga sih."

Dan akhirnya mereka naik taksi online ke restoran tersebut. Tak lama menunggu. Hanya sekitar 3 menit saja karena kebetulan taksinya ada di depan sekolah ini. Kebetulan sedang mangkal mencari orderan.

Setelah menaiki taksi, Ratu berkata, "nanti ya. Aku mau kasih hadiah kamu nanti...."

Tak berselang lama akhirnya mereka tiba di restoran itu. Memang tidak begitu besar, tapi ini sudah cukup untuk merayakan keberhasilan mereka.

Mereka berempat langsung saja mencari tempat duduk yang spot dan view nya bagus. Kebetulan ada tempat yang kosong dekat jendela. Jendela yang menghadap ke jalan raya tentunya. Cocok sekali untuk refresh pikiran.

Beberapa detik setelah mereka duduk, datang waitress ke meja mereka membawa buku menu.

"Mau pesan apa, Dek?"

Heri menyahut, "gue pesan rib eye steak sama short plate steak. Minumnya itu orange juice. Kalau sayang maunya pesan apa ni?" lantas mencolek dagu Sasa.

"Samain sama Ayang aja...."

Selanjutnya giliran Ratu. "kalau aku steak aja sama teh es." Ratu menjawab pertanyaan dari pelayannya itu.

Syailendra pribadi menyamakan pesanannya dengan Ratu. Hingga setengah jam kemudian makanan mereka datang. Semula semuanya berjalan normal. Namun setelah selesai makan ternyata Heri dan Sasa pergi duluan dengan alasan ada urusan lain.

Dan kalian tau? Duo bucin itu tidak membayar makanan mereka. Mereka memang mampir ke kasir. Namun bukan untuk membayar, melainkan menitip pesan bahwa makanan mereka dititip bayarnya ke Ratu dan Syailendra.

Benar-benar memuakkan!

"Gila banget mereka. Sumpah mereka gila!"

Berbagai umpatan keluar dari mulut Ratu sekeluarnya mereka dari restoran itu. Syailendra berusaha menyabarkan dengan mengusap punggung Ratu. Meski sebenarnya ia ikut kesal, namun kekesalannya itu akhirnya terminimalisir melihat Ratu misuh-misuh sendiri. Sanga lucu di matanya.

"Udah, biarin aja. Udah terjadi juga kan?"

"Ya tapi masa kamu yang bayar? Mana kamu nggak bolehin uang aku keluar serupiah pun. Kan nggak enak, Syai," kata Ratu merasa bersalah.

Ya. Tadi memang Syailendra yang membayar semuanya. Mereka kena 500rb karena steak yang dipesan oleh Heri dan Sasa harganya lumayan mahal. Habis sudah serap Syailendra untuk saat ini. Mana sekarang jajannya dipotong sejak melawan pada ayahnya perkara pergi ke sekolah dalam keadaan lebam hari itu. Syailendra menghela napas berat. Bingung bagaimana hidupnya untuk beberapa hari ke depan. Terpaksa ia harus lebih hemat agar tidak meminta uang jajan pada ayahnya lagi.

"Nggak apa-apa. Udah, nggak usah dipikirin," kata Syailendra.

"Pokoknya besok aku tagih uangnya ke mereka. Mereka harus bayar. Nggak boleh repotin kamu kayak gitu!"

Syailendra hanya merespon dengan tawa ringan. "Iya, terserah kamu aja."

Barulah Ratu bisa senyum kembali. Gadis itu mengamit lengan Syailendra dan bersandar manja di bahu cowok itu. "Sekarang saatnya kita rayain berdua kemenangan kita. Sesuai janji aku, aku bakal kasih kamu hadiah."

Alis Syailendra berjingkat satu. "Hm? Apa?"

"Ada deh. Ayok kita cari tempat yang nyaman."

"Emang kamu mau ke mana?"

Ratu mengulum senyum. "Aku mau kita ke Cileunca Land. Di sana pemandangannya indah banget. Kita juga bisa naik perahu. Mau? Mumpung hari masih siang. Kita bisa ke sana sampai sore."

Perkataan Ratu bagai mantra hipnotis yang membuat Syailendra menyetujui perkataan gadis itu. Maka Syailendra langsung mengangguk menyetujui.

"Iya, ayo kita ke sana."

Maka Ratu tersenyum penuh arti. Ia berbisik, "hadiah kamu di sana ya...."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!