Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Tugasku sudah selesai, sekarang aku minta tambahan bayaranku!" Cassie berbicara di balik telepon.
Freya tertawa puas. Wanita itu sembari menonton siaran langsung Cassie yang sudah mencapai 2 juta kali ditonton.
"Oh, tambahan apa? Aku sudah memberikanmu 100 juta."
"Kau, kau bilang akan memberikanku seharga itu lagi kalau aku berhasil."
"Oh, memangnya aku berkata seperti itu? Aku tidak merasa," balas Freya dengan enteng lalu melanjutkan perkataannya.
"Seharusnya kau itu bersyukur. Sekali endorse juga paling kau dapat jutaan hingga puluhan juta saja. Sedangkan aku langsung memberimu 100 juta. Lagian kau juga dapat keuntungan dari siaran langsung mu itu. Viewers dan pengikutmu juga meningkat pesat."
Cassie menggeram tidak terima. "Kau tidak bisa memegang ucapan!"
Freya tertawa mengejek. "Terima saja. 100 juta itu sudah terlalu banyak untukmu!"
"Kau!"
Tut.
Freya tersenyum mengejek setelah mematikan telepon. Wanita itu kembali melihat siaran langsung dengan puas.
"Sayang." Seorang pria memeluknya dari belakang. Freya tersenyum, menyambut tangan itu dengan senang hati.
"Hari ini kau kelihatan senang sekali. Bagaimana kalau aku membuatmu lebih senang?" Pria itu mengendus di leher Freya, membuat wanita itu merasa geli.
"Boleh, tapi kau harus membantuku satu hal."
"Apa pun itu, Sayang." Pria itu semakin mendekat saat mendapat lampu hijau.
...
Sementara di tempatnya, Cassie menghempas ponselnya ke kasur dengan kesal. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya demi menetralisir emosi. "Sialan, uangku, 100 juta ku! Heh, lihat saja kau, Freya Bertha! Kau sudah menantang orang yang salah."
Gadis itu kembali meraih ponselnya dengan kesal. Ia tersenyum saat melihat pesan masuk yang sejak tadi tidak dibukanya.
Dan di sinilah ia sekarang. Di sebuah ruangan VIP restoran ternama. Gadis itu menganga tidak percaya pada siapa yang duduk di depannya.
Dua orang pria tampan yang sangat menyilaukan mata. Namun tentu bagi gadis itu uang lah yang paling menyilaukan.
Axel membuka kacamata hitam dan topi yang tengah ia kenakan. Pria itu menanti reaksi gadis di depannya yang malah terlihat biasa saja. "Kau tidak teriak?" tanya pria itu sembari mengerutkan kening.
Cassie yang lebih tersihir dengan wajah Elbert itu mengedipkan mata lucu. Gadis itu menatap Axel dengan bingung. "Teriak? Kenapa?"
"Kau fans garis kerasku, kan? Cassandra Angela, influencer dengan 780 ribu pengikut."
Cassie membulatkan kedua matanya. "Oh iya. AKHHHHHH! AXELLO ALESSANDRO!"
Kedua pria di depannya menutup telinga dengan kedua tangan.
"Eh, jangan mendekat!" Axel mundur saat Cassie ingin maju. Membuat gadis itu mengembungkan pipinya cemberut.
Tapi itu hanya sesaat, karena setelahnya atensi Cassie kembali pada pria yang pendiam di samping Axello itu.
"Cih, palsu!" Axel berdecak kesal. Ternyata gadis di depannya adalah fans palsu. Apanya yang fans garis keras? Bertemu saja tidak excited sama sekali.
"Palsu? Tidak, tidak! Aku hanya terkesima dengan wajah kakak ini saja. Di hatiku tetap kau nomor 1, Axello Alessandro."
"Boleh aku memegang wajahmu?" tanya Cassie lagi yang membuat Axel semakin mundur dan menempel di belakang tubuh Elbert.
"Sudah! Jangan basa-basi lagi, tujuan kami mengundang kau adalah ingin mencari tahu siapa yang memintamu untuk melakukan siaran di restoran adikku?"
Cassie berpikir sejenak. Meski pria yang berbicara ini tampan, tapi tentu uang adalah segalanya. "Aku pergi sendiri. Restoran adikmu kan akhir-akhir ini menarik banyak perhatian."
"Bohong! Dia jarang mereview tanpa endorse." Axel membalas dengan suara sedikit keras.
Cassie membulatkan matanya, gadis itu berpura-pura terkejut. Padahal ia memang tidak berniat menyembunyikan identitas Freya. Ia hanya mengumpan untuk dapat ikan besar. Kalau ia langsung berkata, maka kelihatan sekali ia tidak bisa menjaga rahasia.
"Sungguh, aku tidak disuruh siapa pun." Gadis itu menunjukkan wajah gugup, ia melirik pria tampan yang tidak mengeluarkan suara itu. Lalu Axel yang sudah duduk normal. Keduanya menatap Cassie dengan tidak percaya. Akhirnya ia menghela napas seakan terpaksa berbicara.
"Aku, aku. Maafkan aku, aku tidak tahu ada hal seperti itu. Jika aku tahu, aku juga tidak mau menerima tawarannya meski butuh uang."
"Tapi ternyata dia tidak mau membayar ku setelah tujuannya tercapai." Ia menunduk, tampak sedih juga menyesal. Tanpa diketahui juga melirik dua pria di depannya.
"Saya akan bayar kamu! Tapi katakan siapa yang menyuruhmu!"
Kedua mata Cassie langsung mendelik, ia menarik tipis bibirnya sebelum mendongak demi melihat pria di depannya. "Tidak! Aku akan mengatakannya dengan sukarela."
"Berikan nomor rekeningmu!"
"Kak, dia pasti bohong! Pengikutnya saja sebentar lagi jutaan, belum lagi endorse. Tidak mungkin tidak punya uang." Axel menahan tangan Elbert, membuat Cassie memutar otak.
"Kalian tidak tahu, kekayaan hanya ada di depan kamera. Sementara nyatanya, aku punya ibu dan adik-adik di kampung yang perlu banyak uang. Setiap ada uang, aku selalu mengirimnya. Sedangkan aku sendiri asalkan ada uang untuk membeli beras, serta garam atau kecap sudah cukup untuk makan di rumah." Lagi, kedua matanya berkaca-kaca hingga berhasil membuat Axel yang berpikiran buruk sedikit ragu.
"Berikan nomor rekeningmu. Anggap saja saya membantu ibu dan adik-adikmu."
Cassie menggeleng, namun Elbert tetap memaksa. Dengan memasang wajah tidak enak, gadis itu mengulurkan ponselnya, menampilkan gambar qris di sana. "Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud untuk mengambil uang Anda."
Dalam sekejap sudah ada notifikasi transferan masuk. Cassie membulatkan mata sembari menahan senyum. 50 juta, meski tidak sebanyak yang dijanjikan Freya tapi ia akan mendapat lebih nanti.
"Anda sangat baik, Tuan. A-ku akan mengatakannya, yang menyuruhku adalah Freya Bertha. Artis yang sebelumnya influencer sama sepertiku." Cassie berkata dengan gugup, sementara dua pria di depannya saling memandang.
"Oh iya, Axel. Apa aku boleh minta tanda tanganmu?" tanya Cassie sembari mengulurkan lengan bajunya dengan sebuah spidol yang ia bawa kemana-mana. Gadis itu tersenyum malu.
Axel mendengus, namun juga memberi bubuhan tangannya di sana. Cassie tersenyum senang.
"Jackpot! Aku untung besar," batinnya sembari memperkirakan akan ia jual berapa hoodie yang tengah ia pakai ini.
...
Sementara di tempat lain, Elodie mengupload sebuah video. Wanita itu menopang wajahnya dengan kedua tangan sembari melihat garis hijau itu terus berjalan.
"Semoga ini bisa membantu sembari aku mencari tahu siapa dalang semua ini."
"Mommy." Terdengar sebuah suara teriakan ceria yang membuat Elodie tersenyum kecil. Wanita itu menyambut Cedric yang berlari ke dalam pelukannya.
"Aku mau tidur dengan Mommy malam ini." Anak itu memeluk sang ibu dengan erat, sementara Elodie tersenyum sembari mengelus kepala sang anak sayang.
"Mommy, ada yang mengirim pesan." Cedric melirik ponsel Elodie yang menyala. Wanita itu mengecek dan bergeming saat membacanya.
"Bibi Freya memang jahat. Dia yang menghasutku untuk mengabaikan Mommy dulu." Cedric berkata dengan menggebu-gebu.
.
.
.
Epilog.
"Kak Gray?" Glenca yang membuka pintu rumahnya tersenyum senang saat melihat Gray berdiri di sana.
"Ayo masuk dulu!" Gray menggeleng. Ia mengulurkan sebuah plastik berisi kue yang ia beli bersama Elodie.
"Aku tidak lama, hanya ingin memberikan kau ini."
Glenca menerimanya, gadis itu menatap takjub kue kesukaannya itu. "Terima kasih. Aku akan menghabiskannya."
Gray mengerutkan kening, benar perkataan Elodie. Glenca sekarang seperti seorang anak kecil yang mendapat kesukaannya.
"Kakak ternyata tahu kue kesukaanku."
"Aku tidak tahu. Temanmu, Elodie yang memilihnya."
Seketika senyum gadis itu menghilang. Ia mengeratkan pegangannya pada kantong kue. "Kakak bertemu Elli?"
"Hem, tadi bertemu di jalan, lalu aku membantunya mencari toko kue. Dia yang memintaku membeli ini untukmu."
Glenca memaksakan senyumnya. Ia mengira Gray yang perhatian padanya, tapi ternyata Elodie yang meminta. Gadis itu sedikit kecewa.
.
.
.