Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
°
°
°
Anaya tersenyum lembut menatap cermin, bayangan wajahnya yang merona memantulkan kebahagiaan yang memancar dari dalam hatinya. Ucapan suaminya masih terngiang di telinganya, membuat hatinya berbunga-bunga seperti taman yang dipenuhi jutaan kupu-kupu yang beterbangan dengan indahnya. Senyumnya semakin melebar, memperlihatkan kebahagiaan yang begitu nyata. Anaya merasa seperti sedang melayang di atas awan, dengan hati yang ringan berselimut bunga-bunga cinta.
Sebentar dia menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan sambil tersenyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras. "Apakah aku sudah tidak waras?" Anaya merangkum wajahnya, kedua tangannya ia tumpukan pada meja lalu memejamkan mata.
Dari tempat tidur, Akmal tersenyum memperhatikan istrinya sambil menggelengkan kepala. "Astaga... dia memang tampak begitu polos, tidak ada jaimnya sama sekali," gumamnya. Ia lantas meletakkan ponsel di tangannya ke atas bantal, lalu menghampiri sang istri.
Akmal mengelus rambut Anaya, kemudian mencubit pipi gembul sang istri dengan gemas sehingga membuatnya menjerit, "Aaah, sakit iiihh! Mas Akmal mau ya, nanti pipiku jadi kendor dan Mas Akmal tidak cinta lagi sama aku!" Anaya memprotes perbuatan suaminya.
"Habis gemas sama pipi gembul kamu." Kali ini Akmal justru menarik pipi istrinya hingga wanita itu berteriak, dan langsung bangkit dari duduknya, berniat menyerang balik sang suami.
Namun sayang, Akmal rupanya pandai menghindar, sehingga keduanya kini malah berkejar-kejaran mirip anak kecil rebutan mainan. Akmal berlari kecil sambil tertawa, sedangkan Anaya mengomel sambil terus mengejar buruannya sampai dapat.
"Mas Akmal curang...! Awas ya, kalau sampai dapat, aku tidak akan melepaskan Mas Akmal!" Anaya mengancam.
"Nggak kena, wleeeh!" Akmal terus menggoda.
"Pokoknya tidak ada jatah malam ini!" kembali Anaya mengancam.
Hingga akhirnya Akmal mengalah, lalu menjatuhkan dirinya di atas karpet bulu. Dan Anaya dengan sengaja mendudukkan dirinya di atas perut suaminya yang dalam posisi telentang, kemudian memukul dengan gemas dada sang suami.
Akmal menangkap kedua tangan Anaya, dan meletakkannya di atas dadanya yang berdegup kencang. Mata mereka saling menatap, terjalin dalam suasana yang hangat dan intim. Anaya merasa jantungnya berdegup lebih kencang, seolah-olah berusaha untuk menyelaraskan iramanya dengan degup jantung sang suami.
"Apa kamu merasakannya?" tanya Akmal, suaranya begitu lembut dan penuh perasaan.
Anaya mengangguk, matanya tidak ingin berpaling dari mata Akmal. "Iya, aku merasakannya," katanya, suaranya hampir tidak terdengar.
Akmal menarik Anaya dalam pelukan, dan keduanya merasakan kehangatan dan keintiman yang tak terhingga. Mereka berdua terjebak dalam suasana yang romantis dan hanya ada mereka berdua dan cinta yang membara menyelimuti keduanya.
Anaya merasa begitu nyaman berada di dekat Akmal. Dia merasa dicintai, dan dihargai. Akmal juga merasakan hal yang sama, dia merasa seperti telah menemukan rumahnya, tempat di mana dia bisa menjadi dirinya sendiri.
Mereka berdua saling memeluk semakin erat, tidak ingin melepaskan satu sama lain. Seolah menyadari bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang berharga, dan mereka ingin mempertahankannya untuk selamanya.
"Aku mencintaimu, Anaya Putri," kata Akmal, suaranya terdengar lembut dan menenangkan.
"Aku juga mencintaimu, Akmal Pratama," jawab Anaya, senyumnya merekah.
Mereka berdua semakin tenggelam oleh perasaan cinta yang mendalam. Hujan gerimis tiba-tiba turun, menciptakan suasana yang begitu syahdu. Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah, menciptakan alunan lembut dan menyejukkan.
°
Malam harinya Akmal dan Anaya menikmati waktu bersama di balkon kamar mereka. Keduanya duduk bersantai di lantai sambil memandang bulan dan bintang.
"Bintangnya cantik ya, Nay? Seperti kamu, manis. Dan tidak membuatku merasa bosan untuk terus memandangmu," kata Akmal, ia mengacak rambut Anaya dengan gemas.
Reaksi tak terduga justru ditunjukkan oleh Anaya. Wanita itu langsung tertawa terbahak-bahak yang membuat Akmal keheranan.
"Aku serius memujimu, kenapa kamu malah tertawa?" tanya Akmal heran.
"Habis Mas Akmal melawaknya nggak kira-kira. Mana ada aku cantik bagai bintang? Yang ada Mbak Risna itu yang sangat cantik," jawab Anaya masih dengan tawanya.
Muka Akmal berubah seketika, wajahnya yang tadi secerah mentari langsung keruh, sekeruh sungai Cisadane. Anaya menghentikan tawanya, membuat suasana hening seketika.
Anaya menyadari kesalahannya. "Maaf... Mas Akmal kan tahu, aku suka bercanda. Aku tertawa untuk menutupi perasaanku yang sangat bahagia. Diiih, gitu aja nggak peka!" Anaya bersungut hingga bibirnya bisa dikuncir.
Dan Akmal tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung menyambar dan membungkam dengan bibirnya, sehingga Anaya tidak bisa berkutik. Akmal terus menyesapnya dan tidak memberi jeda, sampai akhirnya Anaya memukul lengannya, meminta untuk berhenti.
Akmal tersenyum melihat bibir mungil istrinya yang tampak membengkak. "Kenapa... mau lagi? Makanya, jangan ungkit lagi masa lalu. Aku saat ini berusaha mengenyahkan jejaknya dari hatiku, dan mengisinya dengan jejak baru yaitu dirimu."
Lalu Akmal mengambil sesuatu dari saku celananya. Anaya yang penasaran, memandang ke arah Akmal dengan tatapan penuh tanya. Akmal tersenyum, lantas membuka tangannya. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung yang indah dan berkilau.
"Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu, hanya ada dirimu satu-satunya wanitaku, dan aku tidak ingin yang lain." kata Akmal lembut penuh keyakinan.
Anaya terkejut, tapi juga merasa sangat bahagia. Dia kembali menatap ke arah Akmal, dan dia bisa melihat cinta yang tulus di mata suaminya. Anaya tersenyum lalu mengangguk dengan mantap.
Akmal memakaikan kalung itu di leher Anaya, ia lantas membalik tubuh sang istri menghadap padanya. "Cantik," ucapnya.
Ia kemudian menyematkan tanda cintanya di kening istrinya begitu lama penuh perasaan. "Kamu lah bintang di hatiku, Nay! Sekarang, nanti, dan selamanya."
Anaya diam membisu menikmati sentuhan suaminya. Ia tak tahu lagi harus berkata apa. Hatinya sungguh bahagia dan benar-benar merasa menjadi wanita yang sangat beruntung.
°
Sementara itu, hampir satu bulan berada di rumah sakit, akhirnya Khanza diperbolehkan pulang oleh dokter. Dia sudah bisa berjalan kembali dengan normal. Khanza merasa sangat bersyukur karena bisa kembali sehat, dan siap menghadapi hari baru dengan lebih bersemangat.
Tuan Dodi Papa Khanza hadir di sana menjemput anak gadisnya. "Sudah selesai, sayang? Tidak ada yang ketinggalan?"
"Sudah, Pa."
"Sekarang, ayo kita pulang!" ucap Tuan Dodi seraya membawa tas yang berisi barang-barang perlengkapan Khanza selama di rumah sakit.
"Mama mana, Pa?" tanya Khanza.
Semenjak kejadian di mana sang mama menamparnya, dan mengatainya dengan kata-kata kasar yang sangat menyakitkan hatinya, Khanza tidak lagi melihat mamanya datang membesuk.
Sebenarnya dia sangat rindu, dia ingin dicintai oleh ibu kandungnya sendiri dan bukan hanya menuntutnya untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan mamanya.
"Mamamu sedang sibuk, jadi tidak bisa menjemputmu," sahut Tuan Dodi, memberi alasan.
"Benarkah?"
"Hemmm..."
"Bolehkah Khanza bertanya, Pa?" Tuan Dodi mengangguk.
Khanza menunduk sesaat lalu menatap papanya dengan nanar, "Benarkah Khanza bukan anak Papa? Tapi anak dari pria lain?"
°
°
°
°
°
toh sama bpaknya khanza adiknya bpak akmal haddeeehh
maknya si khanza ini
maaf lahir bathin
bun
semua pembaca.
maaf telat🙏🙏