Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 30 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Mentari mulai terbenam, menorehkan warna jingga dan ungu yang indah di langit. Jam menunjukkan pukul lima sore. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut melewati celah jendela kamar RiRi, membawa aroma segar dari taman di belakang rumahnya.
Suara daun-daun yang bergesekan terdengar seperti alunan musik yang menenangkan. Di dalam kamar yang dipenuhi buku-buku dan catatan, RiRi terus belajar dengan tekun. Tatapannya fokus pada buku di hadapannya, jari-jarinya bergerak cepat mencatat poin-poin penting.
Cahaya matahari sore yang menembus jendela menyorot wajahnya yang penuh konsentrasi. Keringat menempel di keningnya, menandakan betapa kerasnya ia berusaha.
Namun, ia tidak menyerah. Ia harus lulus ujian ini. Ia harus membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu. Ia harus mencapai mimpi-mimpinya.
Tekadnya sekuat batu karang, tak akan goyah oleh rintangan apapun. Dalam kesunyian kamarnya, RiRi berjuang sendiri melawan waktu dan keraguan. Ia adalah pejuang yang tangguh.
RiRi belajar dengan tekun dan bersemangat di sore hari. Suasana kamar RiRi diceritakan dengan detail dan menarik.
Seminggu berlalu. RiRi terus belajar dengan tekun. Namun, ia mulai merasakan kelelahan yang sangat berat. Matanya berkunang-kunang, kepala sering pusing, dan tubuhnya lemas.
Ia merasakan tekanan yang sangat besar untuk bisa lulus ujian dengan nilai yang bagus. Ia takut mengecewakan orang tuanya. Ia takut gagal mencapai mimpi-mimpinya.
Suatu malam, ia mengalami mimpi buruk. Ia bermimpi gagal ujian dan dihina oleh teman-temannya. Ia bangun dengan badan berkeringat dingin dan perasaan takut yang menyergap hatinya.
...✧༺♥༻✧...
Keesokan harinya, ia merasa sulit untuk berkonsentrasi belajar. Pikirannya dipenuhi oleh kecemasan dan ketakutan.
Ia merasa seolah-olah dunia akan runtuh jika ia gagal ujian. Ia butuh bantuan. Ia butuh seseorang untuk membantunya melewati masa-masa sulit ini.
RiRi mulai merasakan tekanan dan kelelahan dalam persiapan ujiannya. RiRi mengalami mimpi buruk yang menambah kecemasannya.
RiRi terus bergumam dalam kesunyian kamarnya. Kata-kata yang ia gumamkan bercampur antara kecemasan, keraguan, dan sedikit putus asa.
RiRi bergumam. "Aku bisa kah ? Aku harus bisa… tapi… aku… lelah sekali… Apakah aku cukup… pintar ? Apakah aku bisa melewati ini semua…? Ibu… Ayah… maafkan… aku jika aku… gagal… Aku takut… Aku… takut… gagal…"
Kata-kata itu terucap lirih, hampir tak terdengar. Namun, di balik kata-kata itu tersimpan segudang perasaan yang sangat berat.
Perasaan itu menekan hatinya seperti batu besar yang menindih dadanya. Ia merasa sangat lelah dan putus asa.
Namun, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, masih tersisa seberkas cahaya kecil yang menunjukkan sekecil apapun harapan untuk berhasil.
RiRi mengungkapkan keraguan dan kecemasannya melalui gumam-gumam yang lirih. RiRi merasakan tekanan psikologis yang sangat berat.
Tiba-tiba, hp RiRi berdering. Nomor yang tidak diketahui. Ia menjawab dengan hati yang berdebar-debar.
RiRi "Halo…?"
Suara perempuan. "Halo… RiRi…? Ini… aku… Sarah…"
RiRi terkejut. Ia lama tidak berhubungan dengan Sarah, teman sekelasnya yang dulu sering membully-nya.
RiRi "Sarah…? Ada apa…?"
Sarah "Aku… maaf… RiRi… Dulu aku jahat sama kamu Aku… ingin minta maaf… Aku… juga… sedang mempelajari pelajaran yang kamu kuasai… Bisakah… kamu… membantu aku…?"
RiRi terdiam sejenak. Ia tidak menyangka akan mendapatkan telepon dari Sarah. Ia terkejut dengan permintaan maaf Sarah.
Namun, ia juga merasakan sedikit harapan. Mungkin… ini adalah kesempatan baginya untuk memperbaiki hubungan dengan Sarah.
Mungkin… ini juga adalah kesempatan baginya untuk mendapatkan bantuan dalam belajar.
RiRi menerima telepon dari Sarah, temannya yang dulu sering membully-nya. Sarah meminta maaf kepada RiRi dan meminta bantuannya dalam belajar.
RiRi terkejut dengan permintaan maaf dan permintaan bantuan dari Sarah. Meskipun ia masih kesal dan marah dengan perilaku Sarah di masa lalu, ia berusaha untuk tetap santai dan biasa saja.
Ia tidak ingin menunjukkan perasaan negatifnya kepada Sarah. Ia mencari alasan bahwa ia juga sedang sibuk belajar, namun ia akan membantu Sarah jika ia sudah tidak sibuk dengan lesnya.
...✧༺♥༻✧...
Sepulang dari les, RiRi mendapati kejutan yang sangat menyenangkan. Di ruang tamunya, terletak sebuah laptop yang baru mengkilap.
Ayah dan ibunya memberikannya sebagai hadiah. Laptop itu dibeli dengan sistem kredit, namun RiRi tidak peduli. Ia sangat senang mendapatkan hadiah itu. Laptop itu akan sangat membantunya dalam persiapan ujian kelulusan.
Ia bisa mengakses berbagai sumber belajar online dan mempraktikkan soal-soal ujian dengan lebih efisien. Air matanya menetes karena terharu dan bahagia.
Ia memeluk orang tuanya dengan erat menunjukkan rasa terima kasih dan cinta yang mendalam. Hadiah ini bukan hanya sebuah benda, tapi juga merupakan bentuk dukungan dan cinta yang tak terhingga dari orang tuanya.
RiRi menunjukkan kematangan dalam menghadapi situasi dengan Sarah. RiRi mendapatkan hadiah laptop dari orang tuanya yang akan membantunya dalam persiapan ujian.
Adegan: RiRi sedang belajar di kamarnya dengan laptop barunya. Tiba-tiba, hp-nya berdering lagi. Kali ini, dari Sarah.
RiRi menjawab telepon "Halo…?"
Sarah "Hai Ri… Maaf ganggu lagi… Aku… udah coba kerjain soal-soal itu… tapi… masih bingung…"
RiRi tersenyum kecil. "Tenang… Nanti sore aku jelasin… Setelah aku selesai les…"
Sarah "Benarkah…? Terima kasih… Ri… Aku… benar-benar bersyukur…"
RiRi "Sama-sama… Lagipula… aku juga butuh teman belajar… Hehehe…"
Sarah mengungkapkan kesulitannya dalam belajar. RiRi berjanji akan membantu Sarah dan menunjukkan sikap yang lebih baik. Mereka berbicara dengan lebih ramah dan bersahabat.
Adegan Sore hari, RiRi dan Sarah sedang belajar bersama di rumah RiRi dengan laptop baru RiRi.
Sarah "Wah… laptopnya keren… Bisa dipakai buat belajar online juga ya…?"
RiRi "Iya… Papa Mama beliin… Buat bantu aku belajar… Mau coba…?"
Sarah tersipu malu. "Boleh…?"
RiRi "Tentu… Ayo… Kita kerjain soal-soal ini… Bareng-bareng…"
RiRi dan Sarah bekerja sama dengan baik dalam belajar. Suasana menjadi lebih hangat dan bersahabat di antara mereka.
dimana RiRi dan Sarah telah selesai belajar bersama. Sarah berpamitan untuk pulang.
Sarah dalam hati. "Bagus… Dia masuk perangkapku… RiRi ini benar-benar polos… Dia terlalu baik… Aku… akan manfaatkan dia saja… untuk membantuku…" tersenyum sinis
Sarah "RiRi… makasih ya… Besok kita kerjain… yang lain juga…
RiRi "Iya… sama-sama…"
Sarah menunjukkan sikap yang baik di luar, namun ia memiliki niat tersembunyi. RiRi tidak mencurigai niat tersembunyi Sarah.
Hari-hari berikutnya, Sarah terus memanfaatkan kebaikan RiRi. Ia sering berpura-pura kesulitan dalam belajar, lalu meminta bantuan RiRi. RiRi, yang masih percaya pada perubahan sikap Sarah, dengan ikhlas membantunya.
Ia bahkan rela mengabaikan waktu belajarnya sendiri untuk membantu Sarah. Namun, perlahan-lahan, RiRi mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ia memperhatikan bahwa Sarah terlalu sering meminta bantuannya, dan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan Sarah terlalu mudah untuk dijawab oleh seseorang yang sudah belajar dengan tekun seperti dirinya.
Suatu hari, ketika Sarah kembali meminta bantuannya, RiRi mencoba untuk memperhatikan cara Sarah belajar. RiRi melihat bahwa Sarah tidak sungguh-sungguh belajar, ia hanya menyalin jawaban dari RiRi tanpa memahami materi pelajarannya.
RiRi akhirnya menyadari kelicikan Sarah. Ia terkejut dan sedikit kecewa. Ia tidak menyangka bahwa Sarah akan melakukan hal itu lagi. Namun, ia tidak marah. Ia hanya sedikit sedih. Ia sudah memberikan kesempatan kepada Sarah untuk berubah, namun Sarah memilih untuk memanfaatkan kebaikannya.
Sarah terus memanfaatkan kebaikan RiRi untuk mencapai tujuannya. RiRi mulai mencurigai sikap Sarah. RiRi akhirnya menyadari kelicikan Sarah.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...