Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Kesal
"Sepertinya aku akan pergi ke Australia dalam waktu dekat ini mom. Aku merasa bosan di kantor. Hampir tiga bulan ini, aku tidak ada absen," kata Gilda mengambil cemilan yang ada di tangan ibunya.
"Minta izinlah pada daddy mu. Mom yakin daddy pasti setuju," ucap Bella menatap putrinya. Ia sangat tahu seperti apa kepribadian putrinya itu. Gilda lalu mengangguk.
"Apa mom tidak ingin ikut?" tanya Gilda.
"Aish.. kamu seperti tidak mengenal daddy mu saja," ucap Bella dengan wajah malasnya. Gilda lalu tertawa. Ayahnya pasti tidak akan tahan berjauhan dengan ibunya. Satu hari tidak bertemu dengan istrinya, ayahnya sudah uring-uringan.
"Dasar daddy saja yang berlebihan," tukas Gilda mengunyah cemilannya.
"Tapi mommy tidak keberatan. Mommy senang daddy mu tidak bisa berjauhan dari mommy. Jadi dia tidak punya waktu untuk melirik wanita lain," kata Bella tertawa. Sejak mereka resmi menikah, Bart suaminya semakin posesif dengannya. Bahkan Bart selalu cemburu jika putranya terlalu dekat dengan Bella. Dan itu terjadi hingga sekarang.
"Aku ingin suami ku nanti seperti daddy yang sangat.. sangat.. mencintai mom.." kata Gilda penuh harap. Ia ingin menikah satu kali saja dalam hidupnya dan menua bersama dengan suaminya. Bella lalu tersenyum hangat pada putrinya.
"Mommy doakan keinginan mu terkabul sayang. Mommy harap Frank bisa membahagiakan mu," balas Bella.
Gilda bangkit dari sofa, "aku ke kamar dulu mom, aku ingin istirahat," kata Gilda.
"Baiklah, nanti mommy akan memanggil mu untuk makan malam."
Di dalam kamarnya Gilda merebahkan tubuhnya. Tangannya mengambil novelnya dari atas nakas dan melanjutkan ceritanya yang belum selesai ia baca. Sebenarnya Gilda kesal dengan novel yang diberikan oleh temannya itu. Pasalnya ia tidak suka dengan tokoh antagonisnya yang selalu mengejar pria yang ternyata menyukai saudara tirinya. Jelas-jelas ia sudah tau jika pria itu menyukai saudara tirinya. Kalau saja Gilda adalah wanita itu, ia akan mencari pria lain. Memangnya hanya dia saja laki-laki. Meskipun tidak suka dengan tokoh antagonisnya, tapi Gilda lebih memilih tokoh antagonisnya daripada si protagonis. Entah mengapa ia merasa si protagonis tidak sebaik yang diceritakan di novel itu. Apalagi ia kembali dekat dengan ayahnya yang telah mencampakkan mereka sebelumnya.
Setengah jam kemudian Gilda sudah selesai membaca novelnya hingga bab terakhir. Kalian tau apa yang terjadi. Si antagonis mati karena di bunuh oleh ayah kandung dari saudara tirinya.
Sebelum dibunuh, tokoh antagonisnya bahkan dilecehkan terlebih dahulu.
"Sial...sial.." Gilda geram dan melempar asal novelnya. Novel itu terpental entah kemana.
"Aku tidak suka si antagonis dibunuh. Dia memang jahat, tapi tidak harus mati dengan seperti itu juga, benar-benar tragis. Cintanya tidak dapat, ayahnya membencinya dan dilecehkan sebelum dibunuh," ucap Gilda kesal.
"Aku menyesal membacanya," kata Gilda bangun dari tempat tidur empuknya. Kakinya ia langkahkan menuju jendela kamarnya.
"Kenapa Scarlett tidak di penjara saja," ucapnya menyandarkan kepalanya pada besi bingkai jendela kamarnya. Scarlett adalah tokoh antagonis dari novel yang dibacanya.
"Orang mungkin menilainya jahat dan tidak berperasaan. Aku akui, si antagonis memang beberapa kali melukai si protagonis. Tapi tidak ada yang tahu jika si protagonis tidak sebaik itu," kata Gilda menata pekerja di rumahnya yang sedang membersihkan taman rumah mereka.
"Lagi pula si antagonis berubah sejak kedatangan saudara tirinya itu. Ahh.. mengesalkan sekali," gumam Gilda.