Jodohku

Ata mengantarkan Mika pulang ke rumah. Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke rumahnya. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Ata dengan misinya semula bersikap dingin. Mika menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya pelan. Ata yang berada berada di samping Mika tahu bahwa ia sedang dalam kegelisahan. Beberapa kali membenarkan posisi duduknya.

"Kenapa? Kok kayak nggak nyaman gitu?" ujar Ata yang menoleh ke arah Mika sekali, lalu kembali fokus menyetir.

"Nggak papa kok..." jawab Mika agak melas.

Anjir, gak tega gua sebenarnya. Aduh Mik, maafin aku kalau sikap aku keterlaluan, tapi ketahuilah, semua ini demi kamu.

Batin Ata terus bergejolak. Antara mengakhiri atau melanjutkan. Disatu sisi ia tak tega di sisi lain ia ingin membuat Mika jatuh ke pelukannya dan menjadi miliknya.

Cinta.....Seberat inikah?

"Yang bener...?" ujar Ata lagi.

"Iya, beneran..." jawab Mika.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di depan rumah Mika. Rumah Mika yang berada di kawasan perumahan itu terlihat sepi. Suasana di sekitar rumahnya juga nggak rame.

"Ini rumah kamu...?" tanya Ata ketika Mika memberi aba untuk berhenti di depan rumah yang bercat krem itu. Dengan pintu pagar berwarna hitam.

"Iya, ini rumahku, tepatnya rumah ayah aku..." jawab Mika tersenyum tipis kepada Ata.

Aduh senyum kamu Mik......

Ata segera turun membukakan pintu untuk Mika dan membantunya turun.

"Mau mampir dulu...?" ucap Mika menawarkan.

"Terima kasih, tapi maaf lain kali saja, soalnya mau balik ke kantor dulu..." jawab Ata.

"Oh ya udah, sekali lagi terima kasih Ata untuk semuanya..." ucap Mika sebelum Ata meninggalkan rumahnya.

"Santai aja lagi..."

Segera Ata masuk ke dalam mobil. Sebelum meninggalkan rumah Mika, ia menyempatkan membuka kaca jendela dan melambaikan tangan kepada Mika yang masih berdiri di depan pintu pagar rumahnya. Mobil Ata segera melaju dan menghilang dari pandangan Mika. Gadis itu berjalan dengan pelan dan masuk ke rumahnya.

"Ibu? Ibu kenapa..?" teriak Mika dengan panik ketika ia hampir sampai di teras rumahnya. Ia melihat ibunya dengan hidung yang mengeluarkan darah. Sontak Mika berlari dan memeluk ibunya yang hanya diam dan pasrah. Duduk di pojokan teras sambil mendekap kedua lututnya.

"Ibu kenapa.....?" tanya Mika sambil menangis karena tak tega melihat ibunya.

"Pasti ulah anak buahnya Beni lagi kan...? Jawab bu jawab....?!" ucap Mika sambil menangis. Beni adalah orang yang meminjami uang kepada ayah Mika. Karena ada satu masalah usaha ayah Mika nyaris bangkrut di masa lalu. Usut punya usut, ayah Mika terjerat hutang dengan si Beni. Karena bunga yang sangat tinggi, ayah Mika lama kelamaan tak mampu membayarnya. Walaupun semua barang dan aset ayah Mika sudah di jual, tak bisa untuk melunasi hutangnya. Sampai ayahnya meninggal hutang itu masih saja belum lunas.

Dari uang gajinya, Mika ikut membantu membayar hutang ayahnya, namun belum cukup juga. Akhirnya ibunya menangis di pelukan Mika.

"Ibu yang sabar yah...?" ucap Mika memberi sedikit ketenangan agar ibunya tidak bersedih walau dalam hati Mika sendiri sangat sedih, namun tak bisa berbuat banyak. Mika membantu ibunya berdiri dan membawanya masuk ke dalam rumah. Ruang tamu terlihat sangat acak acakan sekali. Jelas barusan pasti orang suruhan Beni lah yang menyebabkan ini semua.

"Ayah, kalau saja ayah masih hidup, tentu hidup kami tidak akan sesulit ini. Beni tidak akan seberani ini, Mika kangen ayah..." bulir bulir bening terus saja mengalir membasahi kedua pipi Mika. Dengan pelan Mika bangkit dan membenarkan semua barang yang berserakan karena ulah anak buah Beni. Hampir semua berserakan berada di lantai.

Di tempat lain, Ata yang hampir sampai di kantornya, melihat tas Mika ketinggalan.

"Duh ceroboh amat tuh cewek, mana tasnya ketinggalan lagi..." setelah bergumam sendiri, Ata memutar balikan mobilnya, untuk kembali kerumah Mika bermaksut mengembalikan tasnya. Karena ingin cepat sampai, ia menyetir mobilnya dengan kecepatan agak tinggi, sehingga kurang dari setengah jam ia sudah sampai di rumah Mika lagi.

Setelah memarkirkan mobil, Ata segera turun. Dia berjalan ke pintu pagar dan bermaksut akan mengetuknya. Satu kali ketukan pintu pagar terbuka sedikit.

"Ini orang gimana sih, pager nggak di kunci lagi, kalau ada maling gimana coba...." gumam Ata sambil berjalan masuk dengan agak ragu. Ata melihat pintu rumah Mika terbuka. Dengan hati deg degan ia mendekati pintu dan bermaksut untuk mengetuknya untuk menjaga kesopanan walaupun pintu terbuka. Namun begitu ia melihat keadaan di dalam Ata sangat terkejut dan spontan ia langsung masuk.

"Mika...." ujarnya seraya menghampiri Mika yang sedang membenahi barang barangnya. Mika menoleh sambil menghapus air matanya. Betapa ia terkejut melihat siapa yang berdiri di belakangnya.

"A... Ata...."

Tanpa sadar kalau ada ibu Mika yang duduk di sofa, Ata berlari ke arah Mika. Lalu spontan memeluk Mika.

"Apa yang terjadi....?" pertanyaan itu di barengi dengan elusan tangan Ata dii rambut Mika.

"Panjang ceritanya Ta...." jawab Mika yang kini kembali meneteskan air mata dalam dekapan Ata.

"Yang tenang ya, aku bantu beresin ini dulu, baru kamu cerita, oke...?" ujar Ata yang kini memegang wahah Mika dengan kedua tanganya. Mika mengangguk lalu ia memberitahu Ata kalau ada ibunya yang menyaksikan kejadian barusan.

"Ata, ada ibu di belakangmu..." Ata terkejut laku membalikan badan. Betapa nggak enak hati Ata saat ini. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur ibunya Mika tau. Buru buru ia menghampiri ibunya Mika.

"Tante, tante kenapa? Apa yang terjadi...?" tanya Ata setelah mencium tangan ibunya Mika.

"Tante nggak papa nak, cuma kecelakaan kecil..."

"Oh ya tante, saya Ata teman kerja Mika..." ucap Ata sambil tersenyum.

"Oh iya nak Ata, maaf saat nak Ata datang, rumah tante berantakan kaya gini..."

"Nggak papa tante, saya yang minta maaf, kalau begitu saya bantu Mika beres beres dulu, abis itu saya antar ke rumah sakit..."

"Enggak usah nak, tante nggak papa..." Mika yang melihat sikap Ata ke mamanya semakin merasa bersalah. Kenapa ia selalu jutek dan judes sama Ata yang super baik itu, walaupun usianya di bawahnya.

"Jangan nolak tante, please. Tante di sini dulu, Ata mau bantu Mika dulu..." Ata segera mendekati Mika yang memperhatikannya.

"Sudah sudah jangan liat aku terus, tar kamu jatuh cinta lagi, hehe..." kelakar Ata saat ia sudah di samping Mika.

"Apaan sih, tapi kenapa kok kamu kembali ke rumah, ada apa...?" tanya Mika.

"Balikin tas kamu yang ketinggalan di mobil aku..." jawab Ata menunjuk tas Mika yang ia taruh di lantai karena panik tadi.

"Astaga, iya aku lupa tadi, maaf ya jadi ngerepotin kamu.."

"Alah udah, santai aja lagi, ayo cepet beresin abis itu kita bawa tante ke rumah sakit..."

"Nggak usah Ata, aku ga mau ngerepotin kamu terus..."

"Tapi aku mau tuh kamu di repoti kamu terus, hehe..."

"Ih ga jelas banget..." ujar Mika sambil mencubit pinggang Ata.

"Aw... Kalau nyubit jangan pas ada ibu kamu dong..." bisik Ata sambil mengedipkan sebelah matanya.

Mika hanya tersenyum, lalu keduanya segera membereskan dan menata semua barang barang yang berserakan tadi.

Bersambung