NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 09

MENJADI TAHANAN LAGI

Gadis itu seolah ingin pingsan ketika melihat cairan merah terus saja berceceran. Namun sebaliknya, Maxi malah menikmati goresan tersebut, seakan itu hanyalah luka kecil.

“Lepaskan.” Nadine berusaha menarik kembali tangannya, tapi Maxi masih menahannya sehingga darah tersebut ikut terlumuri di tangan Nadine. Gadis itu ingin muntah namun ia tahan.

“Kamu ingin membunuhku kan. Ayo lakukan.” Maxi mengarahkan kembali pisau tersebut tepat di dadanya, sedikit menekannya sampai Nadine tak kuasa menahan air matanya.

Nadine menggeleng pelan. Suara Isak tangis mulai terdengar.

“AYO LAKUKAN PENULIS. Bunuh aku!” pria monster itu seakan menunjukkan gigi vampirnya yang sangat mirip dengan monster. Nadine langsung menarik cepat dengan kekuatannya, mengelap noda darah yang ada di tangannya sendiri ke mantelnya.

Pisau di jatuhkan. Maxi melangkah mendekatinya dan langsung meraih tangan Nadine, menariknya hingga ia melingkarkan tangan kekarnya ke pinggang gadis yang saat ini ketakutan.

Tentu saja Nadine ingin menarik dirinya dari kuncian tersebut, namun rengkuhan pria itu semakin kuat. Keduanya saling menatap tajam satu sama lain, sampai tangan kiri Maxi yang terluka, mulai merambat ke leher Nadine hingga ke pipinya, meninggalkan noda merah di sana.

Aroma amis khas darah mulai tercium di hidung Nadine.

“Lain kali jangan pernah ragu jika ingin membunuh seseorang. Penulis!” Maxi langsung melepaskannya dan menyuruh anak buahnya segera mengajak Nadine mengikuti langkahnya.

Seperti biasanya. Dua anak buah Maxi mulai meraih kedua lengan Nadine, namun gadis itu tidak suka jika seseorang seperti mereka menyentuh dirinya. “Jangan menyentuhku.” Teriak Nadine yang masih di paksa berjalan mengikuti langkah Maxi yang ada di depannya tepat. Tangis emosinya masih ia keluarkan, tidak peduli meski kini para pelayan dan penjaga yang masih berdiri di halaman Mansion terus saja memberikan tatapan menuduh. Mungkin mereka semua kesal karena Nadine berhasil membohongi mereka.

“Aku bisa berjalan sendiri. Apa kamu tidak bisa menyuruh mereka, aku bilang jangan sentuh aku.” Geram Nadine masih marah dan meronta seperti orang kesetanan.

Tiba-tiba langkah Maxi berhenti, dan itu membuat Nadine beserta yang lainnya ikut bingung. Tanpa berbalik pria itu mulai memerintahkan kedua anak buahnya.

“Kalian tidak dengar? Jangan menyentuhnya.” Perintah Maxi. Tanpa banyak bicara, kedua anak buah tadi mulai melepaskan Nadine, sementara Nadine masih menatap mereka seperti ancaman.

Pria monster itu mulai berbalik. “Sudah Nyonya! Kau senang.” Ejek Maxi lalu berbalik membelakangi gadis yang masih malas dan muak menatapnya.

Zero yang ada di belakang Nadine hanya bisa menahan senyum kecilnya ketika baru kali ini dia melihat bos nya mengalah, apalagi kepada seorang wanita. Apa dunia akan kiamat?

Selama perjalanan menuju ruangan yang sama. Nadine terus saja mengoceh, menghina serta mencaci Maxi tanpa henti dan tanpa ada jeda. Sehingga para pria di sana sampai harus menahan gendang telinga mereka, ketika wanita asing itu terus saja memberikan olokan tanpa rasa takut akan senjata pistol yang mereka bawa.

“Demi Tuhan. Orang-orang macam apa kalian? Kalian hanya berani karena membawa senjata, kalian terus saja menunduk kan kepala pada manusia yang bahkan mereka bukanlah Tuhan. Bos, cih sebutan apa itu. Aku jamin mereka tidak tahu cara buang air besar dengan benar.” Gerutu Nadine pelan namun dapat di dengar jelas.

Zero sedikit berdeham risih. Maxi berusaha menahan emosinya ketika dia harus mendengar cacian dari wanita di belakangnya. Apa dia sudah salah membawa seorang wanita?

.

.

.

Langit semakin gelap. Sudah sangat jelas bahwa kini hari semakin malam, mungkin sekarang sudah tengah malam.

Kali ini Nadine sedikit tenang saat mengetahui teman-temannya pulang dengan selamat. Dia tidak peduli keadaannya di sini baik-baik saja atau tidak, karena Nadine tipe orang yang sangat peduli apalagi jika orang itu pernah menolongnya. Wanita itu tidak segan-segan berbalas budi dengan setimpal meski harus nyawanya.

“Aku tahu, kamu sudah susah payah membuang makan malam mu untuk bisa mengelabui anak buahku.” Ujar Maxi, menyerahkan satu bungkus makanan.

“Makanlah.” Ucap Maxi yang saat ini sudah duduk di sofa bersama Nadine. Namun jarak mereka cukup jauh karena si gadis memang sengaja tidak ingin dekat-dekat dengan pria yang sudah dia anggap gila itu.

Nadine menatap sejenak ke Burrito yang masih di balut hangat. Sebenarnya dia tidak ingin menerima pemberian apapun dari pria itu, tapi perutnya tidak bisa bekerjasama. Sehingga mau tak mau, Nadine memilih memakan Burrito tersebut. Maxi yang melihatnya hanya terseringai sambil menggeleng heran.

Dengan berhati-hati, Nadine mencoba mencuri pandang ke arah pria yang baru saja melahap habis Burrito miliknya, lalu meminum sake di gelas kecil. Oh, bahkan ketika di melakukan apapun, ketampanannya masih saja terukir jelas.

Nadine menelan saliva nya, lalu cepat-cepat berpaling ketika Maxi balik menatapnya.

Kini giliran dia yang merasa risih akan tatapan Maxi yang terus memandanginya di saat dia makan. Itu sangat risih ketika kalian makan dan di lihat oleh seseorang.

Pria itu masih menikmati pemandangan yang dia lihat. Nadine sendiri menjadi canggung dan gelagapan, sampai dia membuka pembicaraan agar pria sialan itu tak lagi terus menatapnya.

“Siapa namamu?” tanya Nadine. Padahal dia sudah tahu nama pria itu.

“Maxi.” Pria itu menanggapinya meski dia juga tahu bahwa gadis di depannya itu hanya sekedar mengalihkan pandangannya.

“Maxi Ed Tommaso.” Lanjutnya lagi masih menatap Nadine. Nadine langsung menatapnya balik dan menjadi risih.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya Nadine langsung ke intinya.

Benar saja, pertanyaan Nadine membuat Maxi bersandar ke punggung sofa sambil menarik nafas panjang. Sedangkan Nadine ingin tahu alasan Maxi menahannya.

“Tidak ada.”

Rasanya dia ingin memukul wajah tampannya yang sialan itu. Nadine mencoba meredam emosi yang meluap-luap seiring pria itu mengeluarkan suaranya.

Nadine menatap Burrito yang ada di pangkuannya dengan wajah sendu. Apa dia akan baik-baik saja bersamanya? Kini Nadine juga sudah menebak bahwa pria itu adalah seorang mafia. Mafia berdarah Monster. Dia pikir itu hanya ada di novel-novel.

Sejenak Maxi menatap Nadine, seakan dia juga memikirkan hal sebaliknya.

“Ganti pakaianmu dan bersiaplah, kita akan pergi.” Pria itu beranjak dari sofa tanpa menata sang gadis yang saat ini melihatnya dengan wajah bingung sehingga dia juga ikut berdiri setelah meletakkan Burrito miliknya di atas meja.

“Kamu mau membawaku kemana?” tanya Nadine panik.

Mendengar ketakutan Nadine, itu sangat membuat Maxi semakin bersemangat membodohi mangsanya.

“Menjual organ tubuhmu!” terseringai miring lalu berjalan pergi dengan ekspresi berbeda. Nadine terkejut sangat terkejut, dan mulai memegangi area ginjalnya dan mengusap lengan-lengannya merinding.

.

.

.

Di ruang tamu. Zero beserta anak buahnya yang lain, masih setia berada di sana, berbincang sambil tertawa bersama. Namun kedatangan Maxi seketika membuat tawa dan suara tadi langsung hening.

Maxi datang dengan ekspresi tegas nan serius sama seperti biasanya.

“Zero, apa pria tua itu memberi perintah lagi?” tebak Maxi mencoba bertanya ke tangan kanannya.

“Tebakan anda benar!”

“Si tua itu tidak pernah membuatku tenang sejenak. Apa aku harus mencabut semua ubannya?!” itu ancaman atau candaan sehingga membuat Zero tertawa kecil, begitu pula anak buahnya yang lain.

Mereka sudah mengenal bos nya, di saat waktu senggang seperti ini, biasanya sifat monster Maxi tidak keluar dan mereka akan berbincang seperti seorang teman. Berbeda ketika dia bersama musuh-musuhnya dan keluarganya apalagi pamannya.

1
Dian Ariestya
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Yani Agustina
koq aq agak terganggu ya dengan penulisan gumaman nadine yg "Allah...Allah...." itu ya...Sebaiknya diganti,awal kata jgn menggunakan huruf besar dan jgn menggunakan dobel ll.Kata itu sangat diagungkan bagi umat muslim looh,Allah....
terimakasih/Pray//Pray/
Four.: iya, memang. Tapi udah ada penjelasannya, tolong jangan dikaitkan dengan agama karena tidak ada penghinaan sama sekali, itu hanya ucapan yg biasa orang turki ucapkan anggap saja Nadine muslim karena mayoritas indo kan muslim 😌🙏 sama seperti di Turki jadi jangan dianggap serius yaaaaa
total 1 replies
Lia Yulianti
Buruk
Anna
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Yanti Samha
bagus banget kak ceritanya....semangat terus kakak.. ditunggu karya lainnya🥰🥰
Four.: thank youuuuuuuu 😘
total 1 replies
Nugroho Asmarabangun
Biasa
Nugroho Asmarabangun
Kecewa
joong
gampang2 susah baca alur ceritanya..
Tetep kereeen lah 👍👍👍👍👍
Four.: terima kasih 😘 semoga paham yaa
total 1 replies
azfa
jangan2 maxi anaknya ericson
Four.: tebakan yang brilian 😁
total 1 replies
Kusuma Ningsih
dilanjutkan disininaja
Kusuma Ningsih
dilanjutkan disininajs ya
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Memed Adrianto
mafa penakut lwan cuma wanita pkai senjata mafia cemen cerita rllu serius tuk cerita mafia cemen..
Jana
duuh mas ed 🤭
Syakira_amelia
kurang ada fotonya kak
Four.: kalau foto visual udah ada di my IG. kalo foto detail tempat atau latar atau bendanya memang tidak ada ya 😌
total 1 replies
Kusuma Ningsih
ya saya menikmati kok seru
lisa lisa
ini kembarannya maxi
Four.: maybe 😌
total 1 replies
Mamik Widowati
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
trims kak Four, saya menikmati cerita ini. Ditunggu ya sekuel nya..sehat² selalu kak
Four.: terima kasih juga sudah mampir 😁👍
total 1 replies
Ilham Bay
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Dewi Fitriani
makin kesini jadi keinget ceritanya mirip sama drama turki yg mafia jga,
Four.: yup, aku juga suka sama dramanya 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!