Penjara Hasrat Kakak Tiri Kejam

Tubuh Nara terus bergerak tidak beraturan karena terus dihujam oleh Noah, dengan berbagai gaya dan posisi. Nara mengikuti saja kemauan Noah seperti apa, ia sangat menikmati kali ini. Sampai mulut Nara dibungkam oleh tangan Noah karena suaranya takut terdengar sampai luar ruangan kerja.

"Pelankan suaramu, Nara.. Kau mau Ayah dan Mama memergoki kita?" Tanya Noah tapi terus bergerak semakin cepat menghujam tubuh Nara yang sangat nikmat.

"Ahhh.. aku mau sampai, Kak.." Nara memeluk tubuh Noah karna mendapatkan pelepasan, tapi pergerakan Noah tidak berhenti membuat Nara semakin merajalela merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Tok.. Tok..

Nara tersadar, ia menatap Noah yang bergerak maju mundur di atasnya secara perlahan, Nara takut kalau yang mengetuk pintu itu mungkin saja Jack ataupun Clara.

"Siapa?" Tanya Noah tapi tetap bergerak maju mundur sambil mendesis merasakan tubuh Nara yang luar biasa.

"Kak, ini aku Erlin. Aku ingin mengantar kopi untukmu," Jawab Erlin meskipun pintu belum Noah buka. Bagaimana mau menyambut Erlin toh Noah saja masih menggempur tubuh Nara.

"Bagaimana ini, Kak?" Tanya Nara, Noah terlihat santai saja. Ia melepaskan penyatuan tubuh mereka meskipun belum mendapatkan pelepasan sama sekali. "Kakak belum keluarkan?" Bahkan Nara terlihat peduli sekali akan kenikmatan Noah yang sudah jahat padanya.

"Nanti kita lanjutkan, bersembunyi di bawah meja.." Noah mengarahkan Nara untuk bersembunyi, lalu pria itu menaikan resletinnya ulang karna memang Noah masih berpakaian lengkap.

Menyimpan pakaian Nara menuju bawah meja, pasti Nara akan menyembunyikan pakaiannya juga. Noah membuka pintu dengan ekspresi datarnya, setidaknya ia kesal karna Erlin sudah menganggu kenikmatannya.

"Tidak perlu repot-repot, Erlin.." Ucap Noah sembari menerima secangkir kopi tersebut.

Erlin heran melihat Noah yang berkeringat, padahal kan ruang kerja ada ac lalu hal apa yang membuat Noah berkeringat seperti itu. Erlin mencoba tidak terlalu memikirkan semua itu, ia tersenyum pada Noah karna pria itu menerima kopinya dengan sangat baik.

"Terimakasih kopinya, sekarang kau tidur. Besok sekolah bukan?"

"Tapi aku mau temani Kakak_"

"Tidak perlu, Erlin. Besok kau harus sekolah, disaat libur nanti baru boleh temani Kakak." Noah memberikan janji yang sebenarnya dirinya sendiri tidak sadar telah mengatakan itu.

Erlin tersenyum sembari mengangguk mengerti, ia berlalu pergi meninggalkan Noah yang masih diambang pintu. Melihat Erlin sudah naik ke lantai atas barulah Noah menutup pintu tidak lupa menguncinya.

"Kak, sudah?" Tanya Nara dari bawah meja, sepertinya ia mendengar apa yang Noah bicarakan dengan Erlin tadi.

"Sudah, mari kita lanjutkan.." Noah membantu Nara untuk keluar dari bawah meja ya meskipun harus menahan tawa karna Nara sangat lucu.

Kembali Noah membawa tubuh Nara untuk berbalik badan, memasukkan senjata miliknya dari belakang sampai Nara melenguh.

"Ohhh.. penuh sekali.." Lirih Nara, ia mendongakkan kepala sebagai tanda nikmat yang luar biasa.

Noah mulai bergerak maju mundur sambil sesekali melakukan lumatan bibir dengan Nara. Tidak hanya itu tapi kedua tangan Noah tidak hanya diam, tapi juga memainkan dua bongkahan milik Nara. Terkadang melintir ujung bongkahan tersebut terkadang juga meremas, intinya tidak ada satupun kenikmatan Nara yang dianggurin.

"Ahhh.. lebih cepat lagi, Kak.." Pinta Nara, ia terhuyung secara brutal karena Noah benar-benar menambah kecepatannya. "Ahhhh... aku sampai, Kak.." Nara prustasi karna Noah tidak berhenti bergerak disaat ia mendapatkan pelepasan malah semakin brutal bergerak maju mundur.

"Ahhh.. Aku tidak tahan lagi, aku mau pipis, Kak.. ahhhh!" Nara mengeluarkan air pipisnya beserta cairan pelepasannya, ia ngos-ngosan memegang pinggiran meja. Itupun Noah masih belum berhenti bergerak, tanpa melepas penyatuan Noah mengubah posisi.

Yaitu dengan menggendong Nara posisi saling berhadapan, memegang bokong Nara mengeluarkan masuk senjata miliknya. Nara sudah tidak sanggup lagi, sampai mendongak dengan mulut yang terbuka.

"Ahhh.. aku mau sampai, Nara! Kau sangat luar biasa, emmmm.." Rintih Noah, begitu pula Nara yang juga sama mendapatkan pelepasan lagi.

Sampai Nara tidak berdaya didalam pelukan Noah, ia tertidur langsung padahal milik mereka yang masih menyatu. Noah membawa Nara untuk duduk disofa, ia terus mengelus punggung polos Nara.

"Tidurlah, Nara.. selamanya kau akan menjadi milikku, selamanya!"

•

•

"Nara, bangun, sayang.." Clara membangunkan Nara yang memang masih tertidur pulas karna rasa lelah aktivitas kemarin malam. Nara memaksa membuka matanya yang masih sangat membantuk, ia terkejut mendapati dirinya sudah ada di kamar.

"Kakak?"

"Kakak? Kakak kamu dibawah tuh sarapan bersama, kamu cepat mandi lalu nyusul sarapan dibawah ya.." Ucap Clara, ia menarik tangan Nara agar bangkit dari tidurnya. Clara menggelengkan kepala saja melihat kelakuan putrinya yang memang kebo, payah untuk dibangunkan dari tidurnya.

Nara tersenyum melihat kepergian Clara, ia yakin pasti Noah yang membawanya menuju kamar. Percintaan mereka kemarin malam memang sangat luar biasa bagi Nara, benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa.

"Ahhh.. kok malah jadi ingat itu si!" Cepat-cepat Nara turun dari tempat tidur untuk menuju bathroom.

•Beberapa menit kemudian..

Nara sudah menyusun buku pelajarannya, sudah memakai seragam lengkap juga. Nara mengambil tas sekolah pink miliknya, lalu keluar dari kamar untuk sarapan bersama dengan orang-orang yang mungkin saja menunggu mereka. Nara menuruni tangga dengan perasaan yang bahagia, ia mendengar tawa dari Jack.

"Itu dia Nara, Deni.." Suara itu membuat langkah Nara terhenti dianak tangga terakhir, ia melihat sosok pria muda duduk disamping Noah. Tidak setampan Noah tapi terlihat baik dan seperti tidak jahat seperti sang Kakak.

"Nara, kemarilah.." Jack mengarahkan Nara untuk duduk disamping Deni, mata Nara menuju pada Noah yang menatapnya tajam. Tatapan mata sang Kakak seolah berarti jika Nara tidak boleh duduk disamping Deni. "Nara, sini berkenalan dengan Deni.."

Karna Jack mengulang dua kali maka Nara menuju sang Ayah tapi tatapan mata tajam Noah masih terus tertuju padanya. Tangan Noah memegang roti selai tapi seperti memainkan tidak memakannya.

"Dia Deni, Calon suami kamu.." Jack memperkenalkan Deni secara baik-baik, tangan Deni juga sudah menjabat tangan Nara yang sangat lembut baginya.