NovelToon NovelToon
Pedang Pusaka

Pedang Pusaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Pulau Terpencil / Penyelamat
Popularitas:811
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam Kesumat

"Guru, ajarkan kepadaku jurus penghancur itu. Jangankan kakek kembar keparat itu, murid nya saja belum bisa aku kalahkan. Apalagi si manusia iblis itu". Ucapan berapi api keluar dari mulut seorang pria berwajah sedikit asing yang berasal dari Burma.

"Ada sebuah kitab pusaka yang di simpan guruku di pulau ular dekat perbatasan laut barat. Jika kau bisa mengambil kitab itu dan mempelajarinya, kedua manusia kembar itu pun tak akan mampu mengeroyok mu Twaba". Jawab sang guru yang kedua kakinya puntung sebatas lutut.

"Aku akan kesana. Kitab apakah itu guru?" Tanya Twaba yang selamat dari pembantaian di luar kota raja kemarin dulu.

"Nama kitab itu SUSUNAN PENCABUT ARWAH. Namun kau harus hati hati. Kitab itu di jaga oleh ratusan ular besar kecil, bahkan ada seekor ular laut besar yang mesti kau waspadai". Jawab sang guru sambil duduk di atas dipan yang terbuat dari pecahan lempengan batu besar.

Setelah memastikan denah dengan tepat, Twaba yang menaruh dendam atas penghinaan dan kematian adik seperguruannya itu mengumpulkan anggota bawahannya yang berjumlah kurang lebih 40 orang.

Berangkatlah dia menuju ke arah pantai Pohai. Menurut gurunya, jarak dari pantai Pohai ke pulau ular itu sepanjang 10 kilo meter yang harus dilalui nya dengan berperahu atau menaiki kapal.

Dalam misi nya itu, Twaba yang dulunya seorang kepala perampok bernama Balangak berjumpa dengan berbagai macam halangan dan rintangan yang membuat nya semakin menyeramkan.

***~###~***

Hari itu, terlihat banyak sekali murid perguruan Silat Tangan Sakti berada di depan pintu gerbang tempat mereka.

Terlihat para murid itu sedang beradu mulut dengan belasan orang yang bertampang preman.

"Cepat suruh keluar guru kalian, kami hanya ingin bertanya kepadanya". Seru salah satu pemuda codet yang membawa sepasang golok.

"Kami minta secara baik, jangan membuat kekacauan di sini. Lebih baik kalian pergi. Guru kami tak bisa di ganggu". Jawab seorang pemuda tampan sedikit kurus tinggi yang tidak lain adalah Siaw Gin.

"Kami tak akan pergi sampai kakek itu keluar". Jawab orang setengah tua dengan mata melotot.

Tak berapa lama, keluar seorang dara cantik berusia 15 tahun lebih dengan wajah geram dia berkata,

"Dasar manusia manusia tak tau malu. Kalian mau ku hajar ya?"

"Wah, bocah cantik ini beringas juga ya Twako! Ingin sekali aku menciumnya. Hahaha".

Perkataan pemuda codet itu membuat darah di kepala Meilan mendidih. Secepat kilat dia menerjang seperti terbang ke arah muka codet dengan pukulan ke arah lambung.

Dengan memundurkan sebelah kakinya, si pemuda codet itu mampu menyelamatkan lambungnya, namun tendangan kaki kiri Meilan tak dapat di hindarkan sehingga membuatnya terjengkang meringis kesakitan.

Terjadilah pertarungan amburadul yang melibatkan kedua pihak itu. Sampai berapa lama kemudian, seorang kakek muncul di pintu gerbang berkata dengan lembut dan tegas.

"Hentikan perkelahian!!"

"Suhu,,," Seru beberapa murid yang mundur teratur ke arah gerbang.

"Ada apa kalian mencari ku?" Seru Xiansu lembut.

"Kami hanya ingin bertanya, sebagai seorang manusia dewa, kau tentu tidak akan membohongi kami. Benarkah pedang pusaka putih berada di tangan mu?" Tanya seorang pria berkumis dan berjambang tebal.

"Pedang itu pernah ada padaku. Namun kini pedang itu telah berada di tangan pemilik sah nya lagi". Jawab Xiansu tenang.

"Siapakah pemilik sah nya? Harap beritahukan kepada kami". Sambung seorang yang rambutnya telah bercampur uban.

"Aku tidak bisa mengatakannya. Kalian cari tahu sendiri". Setelah menjawab pertanyaan itu, Xiansu memberi isyarat agar semua muridnya masuk gerbang di ikuti oleh nya meninggalkan para pengacau yang berdiri bengong di luar.

***~###~***

"Ketua, sudah ku dapatkan kapal disana itu. Mari kita berangkat". Seorang bawahan Twaba mendahului nya ke arah kapal yang berlabuh di pantai Pohai.

Setelah dia dan belasan orang bawahan nya yang terdiri dari para perampok yang telah dikalahkannya itu menaiki kapal sedang milik seorang hartawan yang dirampas, mereka pun berlabuh sehari semalam di lautan.

Sore itu, tibalah mereka semua ke sebuah pulau yang sangat sunyi tak berpenghuni.

Memang jika dilihat dari jauh, pulau itu tampak seperti ular yang memanjang meliuk liuk dengan dataran sedikit tinggi dipenuhi hutan semak dan pohon pohon rimbun dan besar.

Setelah berjarak puluhan meter dari bibir pulau, Balangak atau yang kini kita kenal dengan nama Twaba itu segera memerintahkan seorang anak buahnya turun ke laut berombak kecil itu.

Baru saja bawahan nya menceburkan diri, segera terdengar teriakan mengerikan yang keluar dari mulut bawahannya dan tak lama kemudian, pria itupun tewas dengan mulut mengeluarkan busa.

Terlihat sesekali ular laut menampakkan diri ke permukaan air yang sedikit keruh berpasir itu.

"Cepat dekatkan kapalnya ke pinggir". Perintah Twaba.

"Tidak bisa ketua, di sini banyak terlihat batu karang. Kalau kapalnya pecah dan bocor, celakalah kita". Sahut pengemudi kapal.

"Cepat lakukan!!" sambil melotot pria pimpinan rampok itu berteriak.

Perlahan kapal di kayuh menuju ke pinggir pulau. Sedikit demi sedikit, akhirnya mereka sampai ke bibir pulau dengan selamat.

Mereka segera meloncat turun di dahului oleh sang ketua. Dari pinggir, Twaba dan anak buahnya mengitari pulau hingga terlihat sebuah gunungan bebatuan yang di tutupi semak berduri.

Mereka melangkah kan kaki ke arah bebatuan tinggi itu dengan pelan sambil melihat ke sekelilingnya.

Beberapa orang dari sebelah kanan Twaba seketika menjerit sambil berlompatan kesana kemari saat mereka melihat puluhan ular yang datang mendekat berbagai macam jenis nya.

Dari bau amis di sekitaran tempat itu, dapat di ketahui bahwa ular ular itu sangat lah beracun.

Tiga orang yang terkena gigitan ular langsung berkelojotan di tempat. Mereka yang dekat dengan Twaba segera menghidupkan api dari obor yang tadi di persiapkan nya.

Dengan perlahan lahan, akhirnya sampai juga mereka ke dinding bebatuan tinggi itu meskipun banyak diantara mereka yang harus tewas.

"Kata guru, pintu masuk nya dekat bebatuan kuning memanjang. Cepat kalian cari". Seru Twaba sambil diapun mencari nya juga di sekitaran bebatuan itu.

Setelah mencari beberapa lama, seorang bawahannya bernama Kon Li atau yang sering di sapa Ali oleh mereka berseru,

"Twako, sebelah sini".

Mereka pun segera berlari ke arah Ali. Sesampainya disitu, Twaba segera mendorong dorong batu itu.

Tiba tiba saja, sebuah batu sebesar sapi bergerak terbuka ke bawah hingga sebuah lubang gua terlihat memanjang ke dalam.

"Kalian berdua masuk". Seru Twaba kepada kedua pria di kirinya.

Dengan rasa takut mereka berdua masuk ke lubang gelap itu dengan memegang obor yang sudah disiapkan dari awal.

Twaba dan beberapa orang lainnya segera mengikuti mereka setelah memerintahkan sebagian lainnya untuk berjaga jaga di pintu luar goa.

Setelah menyusuri lorong gelap yang panjang, tibalah mereka di sebuah ruang luas dimana banyak tulang belulang manusia berserakan disana.

"Kau A Sin, ambil kotak itu cepat!!" perintah Twaba sembari melotot.

Ketika A Sin telah dekat dengan kotak tersebut, panah beracun melesat kuat dari dinding batu itu membuat A Sin tewas seketika.

Setelah memakan beberapa korban lagi, kotak itu akhirnya berada di tangan sang ketua yang langsung membawanya keluar goa.

Baru saja akan di buka, suara monster besar yang baru saja keluar dari arah utara laut mengagetkan mereka.

Seekor ular putih besar dengan cepat mengejar ke arah mereka yang lari tunggang langgang ke arah yang berlawanan dari tempat mereka menambatkan kapalnya tadi.

"Lari,, lari, Seruan mereka sambil berlomba melarikan diri dari sana.

Tiga orang lagi menjadi korban ular sebesar cabang pohon itu. Sungguh mengerikan keadaan di pulau tersebut.

Twaba yang sangat kencang larinya, melihat para bawahannya di mangsa ular yang sedang marah itu, segera berputar ke arah kapal lewat jalur selatan.

Ketika melewati tempat berpasir, kaki Lelaki sangat itu di patuk seekor ular yang ekor nya mengeluarkan suara berderik.

Sekali pukul saja ular itu pecah kepalanya. Namun keadaan Twaba segera terasa payah karena racun ular itu menyebar dengan cepat.

Tak lama berselang, Twaba dengan susah payah sampai juga ke kapal yang kini telah berlayar mengarungi laut.

Para kawan nya yang masih selamat di pulau, berteriak memanggil ketua mereka. Namun Twaba seperti tak mendengar panggilan mereka hingga semua bawahan Twaba menemui ajal nya di pulau ular itu.

BERSAMBUNG. . .

1
anggita
terus 💪berkarya. moga novel ini sukses banyak pembacanya.
Cut Tisa Channel: terimakasih
total 1 replies
anggita
like👍+ iklan☝
Cut Tisa Channel: thanks ya kk
total 1 replies
anggita
Iblis bermuka Ular... 👿.. 🪱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!