Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Jingga dan kedua putrinya kembali ke Jakarta pagi pagi sekali. Ia menolak untuk diantar Danish serta Bara dan lebih memilih untuk naik Mobil yang dipesankan Indana. Kaki Jingga juga sudah lebih baik, hanya agak sedikit pincang saja, tapi menurut Tukang urut dalam minggu ini akan benar benar sembuh total.
Entah mengapa Danish merasa ada yang aneh dengan Jingga kemarin, karena hari ini ia nampak normal seperti sebelumnya, Jingga kembali dengan senyuman tulus yang memang selalu tersungging dibibirnya.
"Padahal hari ini mereka akan bertemu. kenapa kemarin dia berlebihan sekali?" Danish menggerutu pelan, namun masih bisa didengar Bara.
sembari melajukan kendaraannya Danish tak bisa berhenti memikirkan Jingga.
"Siapa yang kau maksud?" tanya Bara penasaran.
"Ah....tidak pap, oh iya papi tahu alamat Jingga sekarang?" Danish balik bertanya. Dia ingin lebih sering mengunjungi Senja dan Embun meski kemungkinan akan bertemu Koa, itu tidak akan jadi masalah. Toh! Sebenarnya Danish harusnya berterimakasih pada pria itu karena selama ini memperlakukan Lembayung Senja selayaknya putri kandung.
"Kau baca buku Jingga yang bagian awal, Saat mereka tinggal di kamar kontrakan sempit?"
Danish mengangguk, yah dia membacanya. Jingga menuliskan jika ditempat itulah awal mula mereka merangkai cerita bahagia.
"Kamar dimana terdapat lukisan tawa sang Jingga." ujar Danish lirih. Tentu saja ia membaca bagian tersebut, pantaslah lukisan di Galery hanya salinan karena yang asli mustahil bisa dipindahkan kecuali harus merobohkan rumah, itupun ada kemungkinan lukisan akan rusak parah.
"Kata Jingga ia membeli kontrakan itu dan merenovasinya, sekarang mereka tinggal dikawasan tersebut, tepatnya didaerah xxx."
"Oh...." Danish hanya ber oho, penghargaan Jingga kepada Koa memang tidak main main. Ini membuatnya semakin penasaran dengan sosok Suami Jingga itu.
"Oh iya apa rencanamu sekarang?" Bara kembali bertanya.
"Rencana apa?"
"Hidupmu Danish! Bukankah semua sudah beres? Kau sudah bertemu Jingga dan meminta maaf. anakmu dan Jingga tak menyimpan dendam, bukankah sudah waktunya kau juga menata ulang hidupmu? Misalnya dengan menikah kembali."
"Kenapa Papi tidak duluan saja." ujar Danish santai sambil memutar kemudi.
"Dasar Brengsek! Bagaimana kau menyuruh papi menghianati mamimu! Mamimu adalah satu satu nya wanita dalam hidup papi. Tidak akan ada yang lain."
"Sama sepertiku,"Danish menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas beruba merah. Ia menoleh dan menatap Ayahnya begitu lekat.
"Jingga akan jadi satu satunya wanita yang ada dihatiku! Tidak akan ada yang lain. Jika ada maka itu adalah Lembayung Senja, karena sekarang ia adalah prioritas utamaku."
"Heh...." Bara tertawa miris, "Andai tujuh tahun yang lalu kau mengatakan hal seperti itu mungkin Jingga akan sangat bahagia, sekarang sudah tidak ada artinya."
"Aku tahu....., walau begitu akan tetap kulakukan. Aku tidak akan menikah lagi!" tegas Danish.
"Jika cintamu sekuat ini kenapa dulu kau selingkuh....ah sayang sekali kau gagal dalam ujian itu, kau tidak setangguh papi. Padahal dulu banyak juga wanita muda mengejarku, yang lebih cantik dari mamimu tapi papi berhasil melewatinya, Papi berprinsip apa yang dimiliki wanita itu juga apa pada mamimu, lalu kenapa Papi harus berbuat dosa hanya untuk menikmati apa yang sudah papi punya? Papi selalu menempatkan mami dan dirimu ditempat paling atas sehingga papi berhasil melewati itu semua." Terang Bara, meski ia adalah sosok yang tidak terlalu dekat dengan Tuhan namun Bara masih takut bermaksiat.
Danish tertegun, ini memang murni kesalahannya. Namun jalan cerita Mami dan papinya berbeda dengan dirinya dan Jingga. Mami dan papinya sejak awal sudah saling mencintai. Sedangkan dirinya? Ia dipaksa meninggalkan Alea yang sudah menjadi kekasihnya selama sebelas tahun, dan bodohnya Danish larut dalam perasaan masa lalunya sehingga terlambat menyadari Jika nama Jingga sebenarnya sudah lama terukir didalam hatinya.
Ia harus ditinggalkan dulu baru tersadar.
"Aku akan menata hidupku pi. Mungkin dengan mulai meninggalkan obat tidur.".
.
.
Malam harinya Danish mendatangi Klinik Psikiater tempat ia konsultasi dan mendapatkan obat tidur selama tujuh tahun terakhir. Ia ingin benar benar terlepas dari ketergantungan itu.
Tak banyak pasien diklinik tersebut hanya ada beberapa orang yang terlihat antri dikursi tunggu.
"Tuan Danish Bratajaya...." Panggil perawat yang bertugas, dan Danish segera masuk kedalam ruangan Konsultasi.
Didalam Alis Danish sedikit berkerut karena yang duduk disana bukanlah Dokter yang biasa menanganinya.
"Kemana Dokter Amanda?" Tanya Danish penasaran.
Dokter Amanda adalah wanita paruh baya yang merupakan Psikiater Senior.
"Oh....Dokter Amanda ada pasien darurat jadi saya yang menggantikannya." Jawab Dokter pria muda yang duduk dibalik meja.
Danish berbincang sebentar dengan dokter tersebut, tapi saat konseling perhatiannya justru tertuju pada sebuah buku diatas meja yang sangat tidak asing.
"Melihat Jingga di Langit Atlantis?" gumam Danish.
"Iya...kenapa pak?" Dokter psikiater yang menangani Danish nampak bingung karena pria itu tiba tiba melantur.
"Ah..buku ini....." Danish mengambil buku tersebut dan memperlihatkannya pada sang Dokter.
"Dari mana anda mendapatkannya?"
"Oh buku itu! Buku itu ditulis oleh istri dari sahabat anak Dokter Amanda." bukan Dokter yang menjawab melainkan perawat yang merupakan asisten Dokter Amanda.
"Jingga Marina?" Danish ingin memastikan.
"Iya benar....Jingga Marina adalah...."
"Ners!" Sentak Sang Dokter yang menggantikan Dokter Amanda. Karena perawat itu hampir saja melanggar kode etiknya.
"Maafkan saya Dok." Perawat itu menunduk penuh rasa bersalah.
"Apa yang kalian sembunyikan?" tanya Danish dengan suara yg tegas tingkah kedua orang dihadapannya benar benar mencurigakan.
"Maafkan kami pak Danish, tapi bisa kita kembali ke Konseling anda tanpa membahas yang lain?"
"Bagaimana bisa aku tidak boleh membahas yang lain? Yang lain yang kalian maksud disini adalah Jingga marina! Dia Istri....ah maksudnya Mantan Istriku. Dia yang membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak selama tujuh tahun....Mengapa aku tak boleh membicakan dia yang membuatku menjalani konseling ini?" tatapan mata Danish terlihat begitu terluka.
"Maafkan saya pak...kami tidak bisa membicarakannya karena tidak memiliki wewenang. Jika anda ingin bertanya coba bertanya kepada Dokter Amanda."
Danish benar benar gusar. Bukannya terlepas dari masalah ia malah menambah beban fikirannya setelah ke Psikiater.
Apa yang mereka sembunyikan?
Mengapa aku merasa Jingga tidak baik baik saja?
Danish membanting Stirnya dengan kasar menuju arah sebaliknya. Sehingga membuat beberapa pengendara kesal dan mengumpat karena ia hampir menyebabkan kecelakaan. Namun Danish Tak peduli, sekarang ia harus kerumah Jingga untuk memastikan semuanya baik baik saja.
Siapa yang menyangka alamat yang ia dapat dari ayahnya adalah sebuah gang sempit menuju pemukiman padat penduduk. Sama sekali tak ada akses mobil disini sehingga Danish harus berjalan kaki menyusuri setapak kecil yang cukup panjang. Lagi lagi kenyataan ini membuatnya tercengang karena menyaksikan secara langsung seorang Jingga marina tinggal dilingkungan seperti ini. Meski ia sudah membaca bagaimana sederhananya ia dan Koa tetap saja menyaksikan secara langsung masih membuatnya bertanya tanya mengingat Jingga lahir dan besar dikeluarga yang sangat berada.
Rumah Jingga adalah yang paling bagus didalam gang, tadinya itu hanya bangunan persegi panjang dua lantai dan terdiri dari kumpulan kamar kontrakan, namun kini nampak mewah setelah direnov dengan gaya klasik modern. Jingga mengeluarkan uang yang tidak sedikit mengingat akses untuk membawa material bangunan tidaklah mudah.
tak ada pagar maupun halaman yang luas, sehingga Danish langsung dihadapkan pada dua daun pintu yang tidak tertutup rapat. Meski begitu ia tetap mengetuk sebelum masuk.
Dan tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya bertubuh kurus datang dan membuka pintu.
"Cari siapa pak?"
"Saya mencari Jingga Marina." Jawab Danish mantap.
"Oh....Ibuk? Ibuk.....ibuk....hemmm" Ragu ragu Bik Ani mengatakan kondisi Jingga. Bagaimanapun ini adalah sebuah rahasia.
"Papa?" Lembayung Senja yang menyusul Bik Ani tadi langsung menyalami tangan Danish. Dan Pria itu segera menggendong putri kecilnya.
"Adek mana kak?" Danish mendaratkan kecupan dipipi Senja.
"Adek sudah tidur pa."
Bik Anik tak banyak bertanya, ia langsung menebak pria itu adalah Ayah kandung Lembayung Senja yang pernah diceritakan Jingga.
Bik Ani mempersilahkan Danish masuk keruang tamu. Dan ia berlalu untuk membuat Minuman.
"Ibuk sama ayah juga sudah tidur ya kak....?" tanya Danish penasaran. Awalnya ia penasaran dengan Jingga namun kini ia lebih tidak sabar untuk bertemu Koa.
"Ibuk....tidur, dan Ayah juga." Senja ragu ragu saat mengucapkannya ia kemudian melempar pandangan pada sebuah lemari buffet yang diatasnya berjejer foto dalam bingkai keluarga kecil mereka.
Danish mengikuti arah pandang Senja, tanpa sadar ia sudah berjalan kearah lemari tersebut.
"Koa Danudara....." Gumam Danish menatap lekat Pria yang memiliki banyak foto berdua bersama Jingga itu.
Pria itu tinggi dan berkulit sedikit kecoklatan, tubuhnya tidak atletis seperti Danish namun tetap terlihat tegap. Wajahnya pun tidak setampan Danish namun membuat Danish tenang saat memandangnya.
Danish bisa melihat gurat kebahagiaan diwajah Jingga setiap bersama Koa Danudara.
"Kau pria yang beruntung....." Danish tersenyum begitu pilu.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)