Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Julian, panggil dokter Aily untuk memeriksa Lara." Julian segera melaksanakan perintah Arthur yang memang tidak bisa dibantah sedikitpun.
Sedangkan Arthur, ia membawa Lara menuju kamarnya. Arthur membaringkan Lara du tempat tidur tak peduli jika Lara memberontak.
"Dasar keras kepala, diam sebentar saja Lara kamu harus di obati sebentar lagi dokter akan datang." Arthur sendiri lelah jika Lara terus seperti ini.
Lara menatap Arthur penuh permusuhan. "Aku baik baik aja om, ini cuman luka kecil."
Arthur menekan lebam di pipi Lara pelan. Ia ingin melihat sekuat apa gadis keras kepala di depan matanya ini.
"Aduhhh sakit om, ini lebam tau."
Arthur tersenyum miring, "Kamu bilang cuma luka kecil tapi saya sentuh sedikit menjerit kamu."
"Aku bilang lukanya kecil bukan berarti gak sakit." Lara masih mengelus pipinya yang di tekan oleh Arthur tadi, ia sangat berharap dengan begitu rasa sakitnya akan segera hilang.
"Lalu, ditangan kamu juga luka kecil? Bagaimana dia biasanya menyiksa kamu Lara sampai luka semua ini kamu bilang kecil. Apa harus sampai seluruh tubuh kamu sobek baru kamu katakan itu parah?"
Lara mendongak, mencoba menatap mata gelap milik Arthur yang menatap dalam dirinya. "Aku cuma gak mau om kayak gini karena kasihan sama aku, aku gak suka dikasihani."
"Saya melakukan ini karena saya peduli, bahkan saya menyukai kamu." Arthur sebenarnya tidak ingin mengatakannya sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah cara agar Lara percaya pada dirinya. Meskipun pernyataan Arthur terkesan mendadak dan di situasi yang tidak tepat.
"Om tau sendiri aku udah punya tunangan." Balas Lara, karena dirinya sangat mencintai Rey. Meskipun Lara tahu bahwa cintanya yang tulus tidak akan pernah terbalaskan tapi Lara tidak mempermasalahkan hal itu.
Arthur terkekeh kecil. "Dia menyukai adik kamu Lara, bahkan di saat kamu terluka seperti ini dia lebih memilih adik kamu. Kamu bagi dia hanya barang untuk berbisnis."
Perkataan Arthur berhasil membuat Lara terdiam, tapi Lara tidak bisa menyangkal hal itu karena memang begitu kenyataannya. Apa yang Arthur ucapkan tidak salah sama sekali, Lara saja yang terlalu buta akan fakta.
Tok
Tok
Tok
"Masuk."
Julian masuk bersama seorang dokter yang ikut bersamanya. Dokter Aily, yang merupakan dokter kepercayaan keluarga Wilson. Dokter Aily biasanya akan memeriksa jika setiap anggota perempuan di keluarga tersebut sakit.
"Astaga, bagaimana bisa dia mendapatkan luka sebanyak ini?" Aily segera menghampiri Lara, pasiennya terlihat biasa saja padahal Aily sebagai dokter sudah panik sendiri. "Arthur kenapa tidak membawanya ke rumah sakit, kau sangat keterlaluan padanya."
Arthur menghembuskan napas. "Dia keras kepala."
"Keluar, aku ingin berdua saja dengannya."
Arthur dan Julian tak menyahut, tapi kedua tetap melaksanakan perintah dari Aily tadi. Arthur tidak ingin berdebat dengan teman SMA nya itu.
Sepeninggalan Arthur dan Julian, Aily membuka handphone miliknya beberapa menit berkuat dengan benda tersebut kemudian Aily mulai mengobati luka di tangan Lara lebih dulu. Karena ia melihat luka di tangan itulah yang paling parah. "Tahan sedikit ini akan sakit."
Lara meringis kala alkohol menyapa kulitnya yang terluka. Gadis itu menggigit bibir bawahnya tanpa sadar. "Jangan gigit bibirmu, nanti luka."
Aily melanjutkan kegiatannya setelah memastikan Lara tidak menggigit bibirnya lagi. Ia mengobati Lara dengan telaten karena memang ini adalah keahliannya.
"Selesai." Aily tersenyum sangat manis. "Luka ini sebaiknya tidak terkena air lebih dulu. Oh ya, siapa yang melakukan hal ini pada gadis cantik sepertimu?"
"Kau dokter atau wartawan, kenapa kau cerewet sekali?" Lara tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya terjadi pada dokter Aily. Tapi tatapan mata Lara sudah cukup menjadi jawaban. "Menyebalkan."
"Maafkan aku, hmm aku hanya menyarankan sebaiknya kau menjalani pengobatan hipnoterapi aku tahu semua ini pasti mengguncang jiwamu. Seberat apapun beban yang kau pikul aku harap kau tetap kuat, jangan menyerah karena selama ini kau telah menyentuh titik terhebat dalam hidupmu." Aily tidak sepenuhnya mengetahui kehidupan Lara. Tapi, ia tahu seberat apa hidup gadis cantik ini. Aily tidak ingin suatu hal yang tidak diinginkan nantinya akan terjadi pada Lara.
"Terima kasih, dokter..."
"Namaku Aily."
Lara menjentikkan jarinya. "Yahh, terima kasih dokter Aily."
"Jangan melukai dirimu lagi dan jangan biarkan siapapun menyakiti dirimu." Aily membereskan obat obatan yang ia keluarkan dari kotak yang dibawanya. Aily kemudian pamit dan meninggalkan Lara sendirian.
~-----~
"Arthur, apa yang kamu lakukan pada calon menantu mommy? Kenapa Aily mengirim foto gadis yang terluka parah dan dia di kamarmu?"
Aurora, mommy Arthur langsung bergerak ke apartemen putra setelah Aily mengirimkan pesan dan sebuah foto padanya.
Arthur memijit kening, mata tajam pria itu melirik pada Julian karena ialah tersangka utama atas datangnya Aurora ke apartemen Arthur. Pasti Julian menyuruh Aily melaporkan begitulah yang ada di otak Arthur.
"Bukan gue, suer."
Arthur melirik sosok yang baru saja keluar dari kamarnya, siapa lagi kalau bukan Aily. "Lo bilang apa ke mommy?"
"Jangan ada buka suara." Aily menjelaskan semua hal yang ia alami saat mengobati Lara tadi. Aily juga memberitahu tentang sarannya agar Lara melakukan pengobatan hipnoterapi.
"Aku hanya ingin tante Rora bisa menguatkan Lara. Tadi Julian sempat cerita tentang keluarga Lara, dan itu buruk untuk kondisi mental Lara."
"Hufff malang sekali, tentu saja tante mau melakukannya. Ini juga karena anak tante yang tidak becus menjaganya."
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya