Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia yang Ia Lihat
Pagi itu, suasana di Akademi Altais begitu tegang. Ujian besar bagi para siswa akhirnya dimulai, dan momen yang paling ditunggu adalah pertarungan antar siswa terbaik. Salah satu pertarungan yang paling mengesankan adalah antara Kiria dan Airi. Di hadapan ribuan penonton, mereka bertarung dengan segala kemampuan yang dimiliki, membuat seluruh arena gemuruh dengan sorakan dan ledakan sihir yang terus berdentum. Ketika pertarungan berakhir, Airi, meski kelelahan, menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Kiria, yang menang, terinspirasi oleh keteguhan hati Airi. Seluruh siswa yang menyaksikan pun merasa terpicu untuk berlatih lebih keras.
---
Setelah pertarungan Kiria dan Airi yang mengesankan, perhatian seluruh siswa beralih ke pertarungan terakhir: Akira vs. Kisaragi. Arena yang hampir rusak karena serangan dahsyat dalam pertarungan sebelumnya harus diperbaiki terlebih dahulu, memberikan momen bagi Akira untuk menenangkan diri sebelum bertarung. Di dekatnya, Yusei, Yui, dan Airi memberikan semangat.
Akira (bersemangat):
"Ini adalah saatnya! Aku akan memenangkan pertarungan ini! Aku akan menjadi Kesatria Suci!"
Yusei (dengan ekspresi tenang):
"Jaga dirimu, Akira. Berikan yang terbaik."
Yui (tersenyum dan memberi semangat):
"Akira, kami percaya padamu. Tunjukkan siapa dirimu!"
Airi, meski kelelahan, hanya bisa tersenyum mendengar semangat Akira yang menggebu-gebu. Ia masih teringat akan pertarungannya sendiri yang penuh tantangan.
---
Akira Memasuki Arena
Akira berdiri di belakang tirai arena, merasakan degup jantungnya yang berdebar keras. Dia bisa mendengar riuh sorakan penonton yang menggema, semakin menguatkan ketegangan di sekitarnya. Akira menatap ke arah arena yang luas, penuh dengan pasir dan batuan. Lantai yang kuat itu telah menahan puluhan pertarungan sebelumnya, dan kini saatnya untuk dirinya bertarung.
Akira (berbisik pada dirinya sendiri):
"Aku tidak boleh mengecewakan mereka. Ini adalah peluangku."
Di sisi lain, Kisaragi sudah berdiri tegak di tengah arena. Dengan ekspresi tenang, Kisaragi menunggu Akira untuk memasuki medan pertempuran. Sebelum melangkah maju, Akira sempat melihat ke arah Yusei, Yui, dan Airi yang berdiri di tepi arena, memberikan dukungan penuh padanya.
Yusei (dengan ekspresi serius):
"Berikan yang terbaik, Akira."
Akira mengangguk pelan dan melangkah ke arena dengan langkah mantap. Begitu kakinya menginjakkan tanah arena, suara keras terdengar, disambut oleh sorakan penonton. Seiring dia melangkah lebih dalam, matanya langsung terkunci pada Kisaragi. Di wajah lawannya, ia tidak melihat sedikit pun rasa takut atau kekhawatiran. Semua yang ada hanyalah ketenangan yang luar biasa.
Akira (dengan suara lantang):
"Aku tidak akan mundur! Ini adalah pertarunganku untuk menjadi Kesatria Suci!"
Dengan kata-kata itu, pertarungan pun dimulai. Sihir cahaya mulai mengalir dari tubuh Akira, membentuk sebuah bola cahaya besar di tangan kanannya. Tanpa menunggu lebih lama, Akira melemparkan bola cahaya tersebut ke arah Kisaragi.
Kisaragi (dengan tenang):
"Kau terlalu terburu-buru."
Dengan gerakan gesit, Kisaragi melompat ke samping, menghindari bola cahaya itu yang meledak di tanah. Saat tubuh Kisaragi menyentuh tanah, ia segera menebas udara dengan tangan kanannya, menciptakan sabit angin yang terbang menuju Akira.
Akira, dengan refleks tajam, melompat ke atas, menghindari sabit angin yang hampir mengenai perutnya. Dia mendarat beberapa meter jauhnya dan segera bersiap dengan serangan berikutnya.
Akira (dengan suara marah):
"Kau pikir hanya dengan menghindar kau bisa menang?"
Akira memfokuskan energi sihirnya dan mengarahkan kedua tangannya ke depan. Sebuah pilar cahaya besar muncul, menembus ke arah Kisaragi dengan kecepatan luar biasa. Kisaragi, yang melihat serangan itu datang, segera mengaktifkan perisai angin di sekeliling tubuhnya. Pilar cahaya menghantam perisai tersebut, menghasilkan ledakan besar yang menggetarkan seluruh arena.
Namun, Kisaragi hanya sedikit mundur, tubuhnya tidak terluka sedikit pun. Dia mengangkat kedua tangan, menciptakan aliran angin yang semakin kencang di sekelilingnya, lalu berlari ke arah Akira dengan kecepatan luar biasa.
Kisaragi (dengan suara dingin):
"Seranganku kali ini tidak akan sepelan yang tadi."
Akira yang melihat Kisaragi melesat menuju dirinya segera melepaskan lebih banyak serangan cahaya, menciptakan tembok energi untuk menahan laju serangan lawan. Kisaragi dengan mudah melompati tembok cahaya yang muncul, mendekatkan diri dan menyerang Akira dengan satu pukulan keras menggunakan sihir angin yang terfokus. Angin tersebut meluncur ke arah Akira, mengirimnya terhuyung mundur, tetapi dia segera melompat mundur untuk menghindari serangan lanjutan.
Akira (dengan semangat tinggi):
"Ini belum berakhir!"
Dia kembali mengumpulkan energi sihirnya, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Akira memfokuskan seluruh energinya pada serangan pamungkasnya, sebuah serangan yang dia sebut "Cahaya Utama". Bola besar yang terbuat dari energi cahaya muncul di depan Akira, bersinar sangat terang. Sebelum menyerang, dia melompat tinggi ke udara, menebarkan cahaya yang lebih banyak lagi untuk membingungkan lawannya.
Kisaragi, yang terus menghindari serangan-serangan Akira, menyadari betul bahwa serangan kali ini lebih kuat daripada sebelumnya. Dia mengaktifkan pelindung anginnya di seluruh tubuhnya, mempersiapkan diri menghadapi serangan besar yang akan datang.
Kisaragi (tenang dan fokus):
"Kau terlalu percaya pada kekuatanmu."
Sambil melangkah mundur, Kisaragi membentuk dua sabit angin besar di kedua tangannya dan menghantamkan keduanya dengan cepat menuju bola cahaya yang diluncurkan oleh Akira. Ledakan besar terjadi ketika keduanya bertabrakan, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang arena. Tanah arena hancur, namun tubuh Kisaragi masih tetap kokoh berdiri.
Kisaragi (tersenyum tipis):
"Kau tidak bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan seperti itu."
Akira, kelelahan setelah mengeluarkan serangan besar, terhuyung dan hampir jatuh. Namun, ia tidak menyerah. Dengan sisa tenaga yang ada, Akira berlari menuju Kisaragi dengan niat untuk bertarung lebih dekat. Kisaragi, yang sudah siap, melompat ke udara, meninggalkan Akira yang hampir tidak bisa mengejarnya.
Pertarungan terus berlanjut, dengan Akira dan Kisaragi saling beradu sihir dari berbagai arah, melompat, menghindar, dan mengecoh satu sama lain. Arena berubah menjadi medan pertempuran yang kacau, dengan ledakan dan cahaya yang membutakan mata para penonton.
Pertarungan berlangsung sengit. Benturan-benturan sihir menciptakan ledakan besar yang mengguncang arena. Para penonton menahan napas, menunggu siapa yang akan unggul. Akira tetap tidak mau menyerah meskipun menunjukkan tanda-tanda kelelahan, dan Kisaragi juga terlihat tidak terkalahkan.
Akira (terus berteriak):
"Aku pasti menang! Aku akan menjadi Kesatria Suci!"
Setelah waktu yang sangat lama, Kisaragi akhirnya berbicara dengan suara datar.
Kisaragi (membalas dengan tenang):
"Berisik."
Ucapan itu seperti memicu ledakan dalam diri Akira. Ia merasa terhina dan semakin marah. Akira mempersiapkan serangan terakhirnya yang sangat kuat. Dengan tubuh yang penuh semangat, ia mengumpulkan seluruh kekuatan sihirnya.
Akira (dengan emosi membara):
"Ini dia! Serangan terakhirku!"
Akira melesat maju dengan kecepatan luar biasa, menyerang Kisaragi dengan ledakan cahaya yang sangat besar. Serangan itu langsung menghantam Kisaragi, membuat tubuhnya terhantam keras ke lantai arena. Akira tersenyum yakin bahwa ia telah memenangkan pertarungan.
Namun, Kisaragi, meski terluka parah, tetap berdiri. Dengan langkah tenang, ia bangkit dari tanah, menunjukkan bahwa ia belum kalah.
Kisaragi (dengan suara tenang dan sedikit sinis):
"Dari tadi kau terus berteriak tentang kemenanganmu. Baiklah, biar aku tunjukkan bagaimana cara menang."
Kisaragi Menunjukkan Kekuatan Sebenarnya
Kisaragi akhirnya mengeluarkan kekuatan sejatinya. Tubuhnya dipenuhi oleh aura angin yang sangat kuat, melingkupi dirinya seperti perisai yang tak terhentikan. Luka-luka kecil yang ada di tubuhnya langsung sembuh seketika, dan luka-luka besar pun perlahan pulih.
Komentator (terheran):
"Ini... ini adalah sihir tingkat lanjut dari elemen angin! Begitu sedikit penyihir muda yang mampu menguasainya!"
Penonton terdiam, kagum melihat Kisaragi yang kini benar-benar serius. Akira, yang masih terengah-engah, merasakan perbedaan kekuatan yang sangat besar.
Kisaragi (dengan ekspresi tenang):
"Ini baru permulaan."
Pertarungan kembali berlangsung sengit, namun kini Kisaragi menguasai arena. Setiap serangan Akira dapat dengan mudah dihindari atau ditangkis. Setelah beberapa saat, Akira terkapar di lantai, kehabisan tenaga dan tidak mampu melanjutkan pertarungan. Kisaragi tetap berdiri tegak, memenangkan pertarungan.
Akira, merasa terhina, menggerutu kesal sambil meneteskan air mata. Ia tidak terima dengan kekalahannya.
Akira (dengan suara gemetar):
"Kenapa aku harus kalah dari orang yang bahkan tidak punya ambisi sepertimu?!"
Kisaragi, dengan ekspresi tenang dan keren, mendekat pada Akira yang terjatuh.
Kisaragi (dengan penuh pengertian):
"Pada dasarnya kita semua punya ambisi yang kuat, Akira. Hanya saja kita melihat dunia dengan cara yang berbeda. Kau ingin mencapai puncak untuk melindungi semua orang, sementara aku memilih untuk tetap berada di bawah, melindungi orang-orang terdekatku. Tak perlu ada penyesalan. Cukup berlatih lebih keras, dan suatu saat, impianmu akan tercapai."
Kisaragi melangkah pergi, meninggalkan Akira yang terdiam di lantai. Penonton pun bersorak histeris, memberi tepuk tangan meriah atas pertarungan luar biasa ini.