Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Kami berdua menyusuri jalan dengan santai, selepas memilih berbelanja dan membeli baju, aku dan Raymond memutuskan untuk berjalan jalan sebentar mengelilingi kota ini.
"Mond" Panggilku kepadanya.
"Apaan?"
"Lo inget nggak 5 tahun lalu"
"Yang mana?"
"Ish, lo kok ga peka banget sih jadi orang" sungutku sebal kepadanya. Maksudku, aku ingin dia mengingat kejadian 5 tahun lalu antara aku dan Ethan.
"Ya lo kan nggak ngomong masalahnya apaan. Gue bukan cenayang ya babi"
"Ituuu, yang Ethan nuduh kita selingkuh" dia mengangguk.
"Terus?"
"Gimana ya kalau dia tahu kita ini sepupu" aku menoleh kepadanya, air mataku tiba tiba sudah ada dipelupuk.
"Lo ngarepnya dia nyesel kan?" aku mengangguk, sembari mengelap tipis air mata yang mulai sedikit menetes.
"Dia udah tahu kalau Keeynan anaknya"
"Heh kunyuk, siapapun juga tahu kalau mereka bapak sama anak. Lo nggak ngeliat apa muka Keeynan fotocopyan bapaknya banget" sahut Raymond berapi api.
"Mond, tapi dia selingkuh Mond. Dia nyelingkuhin gue" aku mulai terisak, dadaku semakin menyempit merasakan rasa sesak yang begitu menggores hati. Luka lama yang dipaksa untuk dibuka kembali.
"Semua pilihan ada di tangan lo sih Ness, sebagai saudara gue cuman bisa ngasih saran sama nampung keberisikan lo doang"
"Tapi kenapa ya Ethan masih nyariin gue? Harusnya kan dia bales dendam gitu atau apa kek" tanyaku pada Raymond sembari bertompang dagu.
"Mana gue tau lah, nyesel kali pengen balik. Lagian lo kok masih mau sih nerima dia"
"Ya gue kan-"
"Alah udah udah, kecintaan kan lo sama dia. Nggak usah lo jawab gue udah eneg dengernya" putusnya dengan muka jijik yang dibuat buat.
"Tapi yang sampai sekarang gue heran, itu cewek kenapa nggak nongol depan muka gue ya sampe sekarang? Aneh ga sih?" tanyaku sembari memincingkan mata curiga.
"Lo yang aneh, kan harusnya lo senang dia nggak gangguin kehidupan lo lagi?"
"Ahh gue nggak percaya deh mond. Pleasee bantuin gueee" ujarku dengan tangan yang terkatup memohon.
"Lo tahu Stefany yang tadi?" ia menaikkan alis setengah guna menyuruhku untuk melanjutkan maksud terselubungku.
"Lo bantuin gue cari tahu tentang dia"
"Lo kenapa bisa curiga sama dia?"
"Gue nggak tahu ya, tapi feeling gue sih ada yang gak beres aja dari itu cewek"
"Sama sih gue juga, ntar deh gue coba cari tau"
Lalu kami melangkah pulang, aku yang sudah lelah hampir seharian berjalan membuat dadaku sedikit sesak namun tidak masalah karena bukan serangan seperti biasanya.
Ketika tengah asik berjalan, tiba tiba dering ponselku menghentikan obrolan kami berdua. Terpampang nama Ethan pada dinding layar ponsel tersebut.
Karena aku malas meladeninya, ku tekan tombol merah pada layar. Pasti dia akan menyuruhku pulang, kalau tidak ia akan menyusulku. Jadi aku dengan sengaja tidak ingin terlalu berinteraksi terhadapnya. Setelah pulang dari sini aku masih harus memikirkan sesuatu yang masih mengganjal dalam benakku.
Obrolan kami semalam benar benar mengusik hatiku, terlebih keberadaan Yolanda yang sampai saat ini tidak muncul dihadapanku. Aku meyakini jika wanita itu tidak akan begitu saja melepaskan Ethan, karena sifat licik wanita ini benar benar membuatku jijik.
"Lo jangan mikir yang aneh aneh deh"
"Sok tau lo"
"Kelihatan nih dari sini" dia menepuk jidatku yang tidak terasa jika aku sudah menekuknya dari tadi.
"Gue bodoh ya Mond, kenapa juga bisa kecintaan sama kutu kupret satu itu"
"Kaga ada yang salah, semua udah ada porsinya. Kaga boleh lo bicara begitu. Manusia itu makhluk dinamis, ada kala nya mereka sadar dan mawas diri. Tapi ya begitu, nyeselnya belakangan"
"Tumben lo sok puitis"
"Ness, gue nggak lagi bercanda. Lo udah bukan bocil kemaren sore yang harus dituntun buat kearah yang lebih baik. Lo udah jadi orangtua, gue juga nggak bisa ngelarang lo ini dan itu terlebih urusan hati dan rumah tangga lo. Semua pilihan ada di diri lo sendiri, tapi ada kalanya gue cuma bisa ingetin kalau lo emang udah melenceng jauh. Gue nggak akan ngelarang lo buat balik sama dia, gue juga nggak akan ngelarang lo buat pisah sama dia. Kembali lagi, semua tergantung diri lo sendiri. Tapi kalau boleh gue bilang, ya emang lo bodoh. Tapi semua orang pasti ada fase bodohnya masing masing. Gue harap lo bisa jadi ibu yg baik buat anak lo, udah. Gue sayang lo Ness, cuman lo satu satunya keluarga yang perduli sama gue. Dan gue nggak akan biarkan seorangpun nyakitin lo lebih dalam lagi"
Tangisku pecah mendengar penuturan yang menyentuh dari Raymond. Aku memeluk tubuh Raymond dengan erat, ternyata masih banyak yang perduli dan menyayangiku. Aku menyeka air mata yang terus bercucuran, lalu melepas pelukannya.
"Makasih ya Mond"
"Selama 5 tahun ini, gue berusaha nahan diri biar nggak ngeroyok laki lo. Karena gue menghormati dia sebagai orang yang lo cintai. Tapi kalau gue tahu sekali lagi dia bikin lo sakit, lihat aja" ujarnya dengan suara dingin.
Lalu aku menyeretnya agar ia tidak terus mengoceh sepanjang jalan ini, karena memang apa yang dia tuturkan padaku sangat menohok. Aku juga belum berterus terang kepada orangtuaku jika akan kembali bersama Ethan.
...****************...
Sesampainya di Apartement aku masih terdiam mengingat apa yang Raymond utarakan kepadaku. Mataku jelas sembab karena sedari tadi aku sudah menangis puas dihadapan Raymond. Bahkan kuyakini jika wajahku sekarang sudah persis seperti itik yang tercebur got.
"Dari mana saja kamu" suara besar Ethan menyapaku dengan sinis, karena suasana hatiku sedang panas aku menoleh terhadapnya. Mungkin sesekali harus meladeni dia agar hubungan kami semakin jelas kemana alurnya.
"Aku? pergi bersama Raymond" ujarku dengan nada menggebu.
"Mengapa tidak mengangkat panggilanku?"
"Aku sedang asik bersamanya, aku bersenang senang dengannya. Seperti kamu dulu" Ethan yang menyadari perubahan sikapku membuatnya sedikit melunak. Persetanan, aku sudah menahan gejolak emosi yang kusimpan selama ini.
"Kamu ini kenapa seperti orang kesetanan, ada apa? Katakan padaku, kamu diperlakukan tidak baik kah oleh laki laki itu?" ia memegang kedua pundakku dan menatapku dengan serius.
"Kemana perempuan itu?" ujarku menatap dingin padanya. Ia terbelalak kaget mendengar pertanyaanku yang tiba tiba.
"Sweet cake, kamu ini kenapa? Ayo kemari duduk dulu bicara yang jelas terhadapku" ia menuntunku untuk duduk diatas sofa ruang tamu. Aku masih diam tak bergeming sedikitpun, apa ia benar benar telah meninggalkan wanita itu?
"Kemana wanita itu?"
"Yolanda?" Aku mengangguk.
"Apa kau memang benar benar telah meninggalkannya?" Diam, ia benar benar terdiam mendengar pertanyaanku.
"Biar ku ceritakan semuanya, tapi tidak sekarang. Aku belum siap"
"Kenapa?"
"Karena jauh sebelum bertemu denganmu, aku memang menjalin hubungan lama dengannya" aku terbelalak kaget mendengar penuturan tersebut. Hatiku berdenyut nyeri mengetahui fakta yang selama ini ia sembunyikan. Aku termangu, mengapa Ethan bertingkah sejauh ini terhadapku.
...****************...
"aku dan teman kamarku"