Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22. AMP
Suasana begitu tenang seperti tidak terjadi sesuatu. Pertengkaran antara Dewa dan Gema tidak terdengar ke telinga Merry. Mereka berdua selalu menutup rapat-rapat masalah rumah tangga mereka dari orang luar. Selama perjalanan ke Surabaya Dewa memang tampak tidak mempedulikan Merry. Dia lebih fokus pada Gema dan calon anaknya.
Akan tetapi, Merry juga belum mempunyai rasa cemburu yang berlebihan ataupun ingin memiliki Dewa sepenuhnya. Dia merasa sudah mendapatkan hatinya Dewa dan tubuhnya dengan utuh setelah malam panas yang mereka lewati bersama.
Sesampainya di hotel berbintang lima. Mereka di bantu oleh bellboy menuju kamar mereka masing-masing setelah Merry menyelesaikan biaya di resepsionis. Di dalam lift Dewa dan Merry berada di belakang Gema dan bellboy. Gema berada di depan mereka lantaran Dewa tidak mau perut istrinya tersenggol-senggol dan juga membiarkan bellboy tersebut ada di samping Gema lantaran bellboy itu yang akan menunjukkan kamarnya.
Di dalam lift Merry dengan berani menggenggam tangan Dewa sembari tersenyum lebar menatap atasannya. Tangan mereka saling menggenggam kuat, sampai akhirnya Dewa menekuk ke dua kakinya dengan sengaja mengikat tali sepatunya, kemudian berdiri sembari tangannya meraba kaki Merry dari mata kaki hingga sampai ke paha. Sontak Merry merinding bulu kuduknya menahan letupan di bagaian bawah.
Setelah sampai di lantai sebelas pintu lift terbuka. Dewa dengan cepat menarik tangannya dari paha Merrt. Bellboy mengantar Gema ke kamar nomor lima sedangkan Merry berada di sebelahnya kamar nomor enam.
Di dalam kamar Dewa langsung merebahkan tubuhnya. Kemudian dia memiringkan tubuhnya melihat Gema yang tengah mengeluarkan semua isi koper mereka lalu menatanya di dalam almari.
"Sayang aku keluar dulu ya."
"Mau ke mana Mas. Istirahat dulu kan baru sampai."
"Sebentar saja kok cari angin di luar. Kamu istirahat saja sayang jangan lupa minum vitaminnya ya. Besok kita kan seharian berada di luar. Pergi ke Moll, liat proyek, makan di luar, kamu juga pengen belanja kan?"
Gema tersenyum lebar melihat wajah suaminya. "Terima kasih Mas," jawabnya. "Mas, sudah tidak marah lagi sama Gema kan?"
Dewa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis kemudian beranjak keluar dari kamar. Di cafe sebelah hotel Dewa merokok dan bersantai menikmati live musik dan juga minum minuman beralkohol untuk menghilangkan penat. Dan sampai sekarang Dewa tidak mempunyai rasa bersalah pada Gema. Dia justru menikmati permainan Merry membayangkan setiap gaya yang Merry suguhkan di depan matanya.
Dirinya sedikit mabuk setelah menghabiskan satu botol minumannya. Dewa melangkahkan kakinya dengan sempoyongan lantaran kesadarannya tidak penuh. Di lorong menuju kamarnya dia berjalan sembari tangannya meraba tembok.
Setelah sampai di depan kamarnya bukannya mengetuk pintu agar Gema membukakan pintu. Pasalnya matanya Gema masih terbuka menunggu suaminya sembari merebahkan tubuhnya dia atas ranjang. Dewa justru berdiri menatap pintu kamarnya untuk sepersekian detik kemudian memalingkan wajahnya melihat kamar Merry. Dewa tersenyum miring dengan sorot mata tajam kemudian dengan langkah pelan dia berdiri di depan kamar asistennya.
Tok ... Tok ...
Dari lubang pengintip. Merry melihat Dewa tengah berdiri. Hatinya berbunga-bunga tatkala Dewa mencarinya. Sebelum membuka pintu Merry membetulkan rambutnya agar tetap badai.
Ceklek ...
"Pak Dewa," panggil Merry.
Dewa seketika menerobos masuk ke dalam kamar Merry, bau alkohol tercium dari tubuh atasannya. Merry menatap Dewa tengah merebahkan tubuhnya di atas ranjang kemudian asistennya mengunci kamarnya. Merry dengan sengaja menurunkan piyamanya sampai ke lantai kemudian melepaskan kemejanya Dewa. Merry dengan sengaja malam ini menggoda Dewa habis-habisan. Malam panas mereka lakukan kembali dengan bermandikan keringat dan ketegangan yang menjalar hingga ke ujung kaki mereka.
Sementara Gema masih saja menunggu Dewa masuk ke dalam kamar padahal sudah pukul dua belas malam, tetapi Dewa belum ada kabar sejak kedatangan mereka. Gema jelas sangat mengkhawatirkan suaminya, kalau terjadi sesuatu padanya. Istri mana yang tidak kebingungan sudah berjam-jam suaminya tidak menghubunginya.
"Mas Dewa pergi ke mana sih ini sudah tengah malam?" ucap Gema sembari melihat jam di ponselnya. "Apa aku pergi mencarinya di bantu sama Merry."
Gema mondar-mandir di dalam kamar. Dia juga mengintip ke bawah dari balik korden siapa tahu Dewa sudah berada di parkiran. Akan tetapi, Gema tidak melihat suaminya. Raut wajah Gema sangat terlihat jelas tengah panik. Berulang kali juga Gema menghubungi ponsel suaminya. Akan tetapi, Dewa tidak membalas pesan yang dikirim Gema, telepon saja tidak di jawab sama Dewa.
"Sudahlah, aku cari Mas Dewa saja," ujar Gema kemudian dia berjalan keluar kamar.
Di depan kamar Merry. Gema mengetuk pintunya hingga beberapa kali, tetapi belum ada jawaban dari sahabatnya. Dia juga menelpon ponsel Merry, tetapi hasilnya juga sama. Gema sangat panik dia terus mencoba mengetuk pintu kamar Merry.
"Merry mungkin sudah tidur. Apa aku cari sendiri, tapi ini sudah larut malam," batinnya.
Lanjut chapter berikutnya yukkk 😊
Bantu Vote, like, komentar, follow ya sahabat 🙏