Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCINTAI DAN DICINTAI
"Ada yang ingin aku bicarakan." Giorgio menarik tangan Marissa setelah keduanya selesai menonton film di salah satu ruangan yang ada di lantai satu.
Bicara? Kira-kira apa yang akan dibicarakan Giorgio padanya? Apakah masih perihal permintaannya? Ataukah ada hal yang lain? Marissa semakin penasaran.
Keduanya sudah duduk di salah satu sofa panjang yang berada dekat kolam renang. Tepatnya di dalam gazebo yang letaknya tidak jauh dari tempat tadi mereka makan malam.
Giorgio menautkan jarinya ke sela jari Marissa. Masih menatap Marissa intens tanpa berucap sepatah kata pun. Mulutnya seperti terkunci. Ingin bicara namun tidak bicara dikeluarkan.
"Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Marissa dengan nada lembut. Namun sayang karena Giorgio tetap tak bersuara, bahkan tautannya semakin kuat hingga membuatnya meringis.
"Apa ada masalah? Ayo katakan, mungkin aku bisa bantu," ulang Marissa ketika Giorgio tidak menyahut. Ia tahu pria itu ingin mengatakan sesuatu padanya.
Menghela napas panjang. Terdengar berat. Entah apa yang dirasakan pria itu hingga membuatnya begitu terbebani.
"Bisakah lain kali kita tidak membahas tentang yang tadi?" Akhirnya membuka suara.
Marissa masih menatap lekat pria yang ada di hadapannya itu. Apakah maksudnya soal status hubungan mereka? Apakah itu yang membuat pria itu sedari tadi gusar karena memikirkan ucapannya perihal kejelasan hubungan mereka?
"Kita jalani saja hubungan kita apa adanya seperti air mengalir. Cukup kau tahu jika aku sangat mencintaimu dan aku tahu kau juga mencintaiku," ada sedikit jeda sebelum Giorgio kembali melanjutkan perkataannya. "Aku rasa itu cukup untuk membuat kita terus bersama selamanya."
"Dan.. bisakah kita menunda soal anak? Bukannya aku tidak menginginkan anak darimu, tapi bisakah kita menjalani hubungan ini dulu tanpa memikirkan apapun?" sambung pria itu dengan hati-hati.
Marissa tersenyum tipis mendengar permintaan pria yang entah sejak kapan sudah memenuhi relung hatinya.
Apakah Marissa kecewa? Ya, tentu saja. Semua wanita pasti akan kecewa mendengar ucapan pria itu. Rumit katanya? Benarkah arti pernikahan menurutnya rumit. Memang benar untuk menyatukan dua kepala membutuhkan effort besar, namun bukankah rasa cinta yang besar juga mampu menyelesaikan semuanya?
"Maafkan aku. Maaf, jika membuatmu kecewa dengan apa yang kukatakan tadi. Aku mencintaimu dan aku tidak mau memiliki hubungan yang rumit seperti itu. Aku hanya ingin kau selalu berada di dekatku dan selalu dalam jangkauan mataku," ungkap Giorgio lalu membawa tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.
Pria itu pun tahu jika saat ini wanita itu begitu kecewa padanya, namun untuk memberikan status yang jelas itu hal yang sangat sulit dilakukan karena sudah berjanji pada sang oma jika akan mencoba menjalani hubungan yang sudah direncanakan sang oma jauh sebelum dia mengenal Marissa. Lebih tepatnya jauh sebelum hubungan mereka jauh seperti ini.
Pria itu sangat mencintai Marissa, namun tidak ingin juga sampai mengecewakan wanita yang sudah mengurusnya sejak kecil. Giorgio hanya ingin membuat sang oma bahagia dengan menuruti permintaannya. Toh, oma Rachel pun mengatakan jika dia tidak akan memaksa Giorgio menikahi wanita itu jika dalam perjalanannya mereka tidak cocok. Sebrengsek-brengseknya dia, namun untuk urusan pernikahan Giorgio menganggap hal itu sesuatu yang sakral dan bukan sebuah permainan.
"Sayang, lihatlah aku. Lihat mataku!" seru Giorgio ketika Marissa tertunduk diam.
Wanita itu lalu menengadahkan wajahnya menatap wajah pria tampan yang sangat dicintainya.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Marissa mengiyakan keputusan yang dibuat Giorgio tentang hubungan mereka. Marissa mencoba mengerti keinginan Giorgio yang tidak ingin menjalin hubungan yang rumit seperti pernikahan.
Soal anak yang di kandung, ia berharap dengan seiringnya waktu berjalan Giorgio bisa membuat keputusan yang bijak saat ia mengatakan yang sebenarnya.
Mereka masih sama-sama diam, larut dalam kebisuan sejak pembicaraan terakhir mereka.
Marissa meminta waktu untuk sendiri dan Giorgio pun dengan terpaksa mengiyakan keinginan wanitanya, asal masih dalam pantauan matanya tentu saja.
Giorgio pun tidak ingin memaksakan apa yang dikehendakinya walau besar harapannya agar Marissa berhenti mempermasalahkan perihal pernikahan, apalagi anak.
Walau mengiyakan permintaan Giorgio, namun bukan berarti Marissa melupakan tentang janin yang dikandungnya. Tentu saja ia tetap memikirkan nasib anaknya kelak. Apa yang akan terjadi pada anaknya nanti jika pria itu benar-benar tidak ingin bertanggungjawab! Bukan perihal harta, namun lebih kesiapan mental Giorgio sendiri.
Giorgio salah satu contoh pria yang tidak suka dengan kerumitan hidup. Pria itu hanya ingin menjalani hari-harinya seperti air mengalir tanpa ada banyak drama dalam hidupnya.
Dia tidak ingin memiliki tanggung jawab itu karena hanya akan membuat semua keadaan menjadi lebih rumit. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa sampai saat ini dia belum mau menikah.
Menurutnya, menikah merupakan tanggung jawab besar yang di mana ia harus bertanggungjawab atas hidup istri dan anaknya. Giorgio beranggapan jika kedua orang tuanya waktu itu tidak memutuskan menikah dan memiliki anak, mungkin mereka masih hidup berbahagia hingga kini. Giorgio hanya tidak ingin kisahnya itu terulang pada sang anak.
Pengalaman buruk kedua orang tuanya membuatnya mengambil keputusan untuk tidak menikah. Dan itulah kenapa oma Rachel begitu ngotot dan pantang menyerah memperkenalkan dan menjodohkannya pada wanita kenalannya karena wanita tua itu tahu jika sang cucu memiliki trauma mendalam atas kepergian kedua orang tuanya.
Terkadang terbesit rasa takut jika suatu saat Marissa pergi meninggalkannya hanya karena mereka tidak memiliki komitmen yang cukup kuat seperti halnya pernikahan, walau mereka sama-sama menikmati hubungan tanpa status ini, namun jauh di lubuk hati terdalam rasa takut itu ada bilamana Marissa memilih menyerah dengan hubungan mereka.
"Sayang, kemari lah.. kau bisa masuk angin nanti!" seru Giorgio memanggil Marissa yang tengah memainkan kakinya di pinggir kolam renang.
Marissa menoleh saat namanya dipanggil. Tersenyum lalu beranjak dari tepi kolam dan berjalan menuju gazebo di mana Giorgio menunggunya.
"Apa kau tidak kedinginan? Kemari lah, aku akan memelukmu." Pria tampan itu merentangkan kedua tangannya ke arah Marissa .
Marissa yang sudah sampai langsung mendudukkan diri di atas pangkuan Giorgio seraya mengalungkan satu tangannya di leher Giorgio seraya tersenyum.
Sedang tangan satunya membelai wajah pria tampan itu dengan lembut.
"Apakah kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Marissa, menatap netra coklat milik Giorgio.
"Yes, of course. I love you," jawab Giorgio menangkup wajah wanita di depannya.
"Apa kau masih tidak percaya padaku, hem? Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Tapi untuk pernikahan, aku masih tidak memikirkan hal itu. Menurutku itu hal yang rumit, bukankah pernikahan hanya sebuah surat menyurat saja? Toh intinya kita tetap bisa bersama seperti ini selamanya walau tanpa menikah sekalipun."
Giorgio mengeluarkan pendapatnya, namun sayang karena lagi-lagi pemahaman soal pernikahan berbeda jauh dengan apa yang dipahami Marissa. Menurutnya, pernikahan bukan sekedar lembaran kertas bertulis saja, namun lebih dari tadi. Pernikahan adalah ikatan janji yang diucapkan, baik itu dihadapan pasangan, saksi maupun pada Tuhan yang sebisa mungkin mereka jalani dengan sepenuh hati dan cinta.
"Bagiku asal ada kau di sisiku, itu sudah lebih cukup," tambah Giorgio lalu mengecup bibir wanita itu dengan sedikit lumatan. Tidak ada keraguan saat dirinya mengatakan itu dan Marissa tahu dan bisa melihat jika apa yang diucapkan itu benar apa adanya.
"Terima kasih untuk cintamu yang besar itu. Aku juga mencintaimu, pria tampan," kekeh Marissa yang disambut senyuman dan ciuman dari Giorgio.
"Apakah kau ingin mencoba sesuatu yang baru?" tanya Giorgio dan wanita itu mengedikkan bahunya.
"Seperti apa?" balas wanita itu.
"Seperti bercinta mungkin," jawab pria itu tersenyum nakal.
"Gila!" Marissa tergelak mendengar ide gila pria itu. Pasalnya mereka saat ini masih berada di gazebo dekat kolam renang. Namun Marissa bersyukur melihat senyuman itu. Lega melihat Giorgio sudah kembali. Maksudnya kembali adalah gila dan mesum.
"Ayolah!"
"Di sini? Kau tidak bercanda kan? Bagaimana kalau ada yang lihat?" Marissa melotot tidak percaya mendengar ide gila pria itu.
"Bercanda? Tentu saja tidak. Pasti akan sangat menyenangkan dan mendebarkan tentunya," balas Giorgio dengan kedipan mata.
Dasar gila! Umpat Marissa dalam hati.
"Tenanglah. Aku sudah menyuruh para pelayan termasuk termasuk tukang kebun masuk ke paviliun mereka dan mereka tak akan keluar jika aku yang memanggil mereka. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan, Baby," sambung pria itu.
Giorgio langsung merebahkan tubuh Marissa di sofa lalu mencium bibir tipis yang sudah menjadi candunya.
Lenguhan seksi yang keluar dari bibir Marissa membuat Giorgio semakin bergairah. Tangan nakal pria itu masuk ke dalam pakaian wanita itu lalu menyingkapnya hingga memperlihatkan dua gundukan bukit yang padat dan menantang lalu menghisapnya dengan rakus. Tidak hanya sampai di sana, tangan pria itu masih terus menjelajahi tubuh Marissa hingga berhenti di pangkal paha wanita itu.
Giorgio lalu mencium bibir bawah inti Marissa dengan lembut. Lidahnya semakin bermain liar di bawah sana. Marissa menggelinjang hebat saat merasakan sesuatu yang hangat keluar dari bagian sensitifnya.
Mengecap, menyesap cairan yang keluar dari sana. Sungguh nikmat dan puas melihat wanitanya lemas tak berdaya.
"Kau menikmatinya, Honey," tanya Giorgio dan Marissa mengangguk pelan. Memang benar kalau permainan lidah Giorgio selama ini tidak pernah mengecewakannya.
AAAHHHHH...
Desahan Marissa semakin keras saat merasakan lidah Giorgio semakin menusuk masuk ke dalam intinya. Belum puas sampai disitu, jari bebas Giorgio ikut bermain masuk ke dalam ini tubuh Marissa. Memporak porandakan dengan menggerakkan tangannya dengan lincah hingga membuat wanita itu kembali menggelinjang hebat.
"AAAHHHH!!" Pekik Marissa saat kembali mendapat pelepasannya.
Giorgio begitu lihai memuaskan wanitanya bahkan hanya dengan memainkan lidah dan jari di daerah sensitifnya.
Pria bercambang itu bahkan bertekad ingin terus memanjakan dan memuaskannya agar Marissa tidak mau pergi jauh darinya karena selalu merasa puas dengan permainan ranjangnya.
Melihat wajah tak berdaya Marissa dan merasa foreplay-nya sudah cukup, Giorgio lalu menarik pinggang Marissa dan menghentakkan miliknya yang sudah menegang masuk dengan sempurna ke dalam inti wanitanya.
AH AH AH AH
Suara desahan keduanya terdengar saling bersahutan seiring dan seirama dengan gerakan yang dilakukan keduanya.
Beruntung jarak antara mansion dan paviliun lumayan jauh, bahkan jika mereka berteriak pun tidak akan terdengar dengan jelas.
Kejantanannya begitu mudah saat memasuki daerah sensitif wanita itu karena milik Marissa sudah sangat basah. Giorgio kembali menghentak miliknya hingga membuat wanita itu kembali mengerang kenikmatan.
"AAAAHHHHH … GIOOOOOO!!" Erang Marissa mencengkeram kuat sofa yang ditiduri saat merasakan milik pria itu memenuhi inti tubuhnya.
Walau bercinta di luar ruangan namun tidak membuat keduanya tidak mengeluarkan keringat. Bahkan peluh yang keluar dari kegiatan panas mereka saat ini lebih banyak. Dan erangan panjang dari keduanya pun menandai akhir dari kegiatan panas mereka saat merasakan puncak kenikmatan.
Giorgio lalu turun dari tubuh wanita itu setelah sebelumnya telah mengecup bibir dan kening wanitanya. Kemudian menyelimuti tubuh mereka dengan selimut berwarna putih yang sudah disiapkan oleh kepala pelayan sebelumnya.
"I love you," bisik Giorgio lalu memeluk tubuh Marissa dengan erat.
Marissa tak menjawab kata cinta yang dilontarkan Giorgio karena masih mengatur napasnya yang hampir habis karena percintaan mereka tadi.
"Aku juga mencintaimu, Tuan perkasa," sahut Marissa pada akhirnya lalu berbalik dan mengecupi rahang bawah pria itu.
Marissa begitu menikmati pelukan yang diberikan Giorgio padanya.
Dan akhirnya mereka tidur dengan posisi saling berpelukan setelah mengulang kembali percintaan panas yang ditemani oleh semilir angin malam yang menerpa tubuh keduanya dengan bintang dan bulan sebagai saksi bisu percintaan panas mereka tadi.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼