Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik Ipar
Meja makan yang awalnya diperuntukkan untuk dua orang itu kini telah disulap untuk kapasitas empat orang, tatapan sinis dan juga bingung dari tadi bergantian memindai dua orang dihadapannya, namun satu orang disebelahnya malah terkekeh lucu melihat kejadian ini. Mika dengan keberanian akhirnya tatap balik mata Wanda, ia juga masih hutang penjelasan akan alasan mengapa ia bisa bersama Kak Aslan. Dunia ternyata sungguh sempit sampai-sampai hal yang pernah terbayangkan nyatanya bisa terjadi.
"lo ngapain sama Pak Dena?"
"lo sendiri ngapain sama Kak Aslan, sejak kapan deket kok lo gak bilang?"
"lo sendiri ada bilang gak soal deket sama Dosen sendiri?"
"lo aja sekarang sibuk pacaran, ngaca"
Aslan dan Dena saling melirik, keadaan ternyata tak sesederhana apa yang mereka bayangkan, kedua perempuan itu kini berdebat dengan suara yang cukup lantang hingga buat beberapa orang di meja sebelah menoleh.
"Wan, Kay, tenang" tegur Aslan pelan sambil melirik sekitar, mengingatkan jika keduanya kini tengah berada di tempat umum.
"kalian tuh kan temenan, gak usah lah marahan gini, toh nanti juga ketemu tinggal saling cerita" sambung Dena buat Mika dan Wanda melirik sinis ke arahnya. Aslan mengusap wajahnya frustasi, suasana sedang tegang seperti ini adiknya malah sok beri usul "lo mending diem deh Na, urusan perempuan jangan ikut campur"
"mau sampe kapan diem gini, mie ayam nya keburu ngembang, lo duluan buru yang cerita" Wanda memutar mata malas, baiklah kali ini ia akan mengalah, toh dimanapun jika ada Mika dirinya yang akan selalu mengalah, sebab sebenarnya dibanding Salsa, dirinya jauh lebih mengenal Mika, hanya saja karena kelas keduanya cukup berjauhan dan jadilah Salsa yang seakan lebih dekat dengan Mika.
"gue sama Aslan udah kenal dari minggu lalu karena dia temen Kakak gue, malam ini kebetulan pengen ketemu aja" Mika mencibir bibirnya tak percaya, alasan klasik macam apa itu, mana ada kebetulan ketemu terus makan bareng, alasan Wanda tak masuk akal. "bilang aja lagi PDKT susah amat" sindir Mika.
Wanda diam tak menanggapi Mika, dirinya pun sebenarnya tak tahu hubungan keduanya disebut seperti apa sekarang, namun Aslan disampingnya malah tertawa lepas, seakan setuju akan apa yang Mika ucapkan. "apaan sih lo, kita emang masih temenan kali, iya deh udah kalah dari lo yang keliatannya udah pacaran" balas Wanda tak mau kalah.
"Bang" panggil Mika pada Aslan yang dibalas deheman kecil.
"kalian berdua tuh sama-sama baru putus, tolong ya kalau sama masa lalu belum selesai jangan mulai sama orang baru, ini gue ingetin ya dari awal, lo juga Wan awas lo buat Kakak Ipar gue sedih" canda Mika asal ceplos namun mampu buat Dena disebelahnya terkekeh geli, baru kali ini ia melihat Mika dengan kepercayaan dirinya yang begitu besar.
"najis banget Mik, Pak maaf ya kalau teman saya kayak gini, aslinya lebih sakit Pak"
"iya saya tau Wan, tenang aja"
Keempatnya tertawa akan ucapan yang terdengar asal itu, Mika sebenarnya tak menaruh rasa kesal sedikitpun pada Wanda, ia hanya rindu berbincang seperti ini dengan Wanda, "sekarang giliran lo, cerita kenapa bisa deket dan sampe ada di titik ini sama Pak Dena" cecar Wanda. Mika melirik Dena dengan kedua alis terangkat, meminta izin pada tokoh utama satunya.
"ya namanya jodoh" celetuk Mika buat Wanda dan Aslan sontak melihat satu sama lain sambil menahan geli.
"gue serius ya Mika, karena terakhir kali lo bilang kalo gak suk-"
"jangan diterusin" Mika menaruh telunjuknya di depan bibir, Wanda sontak tertawa geli melihat Mika yang bereaksi seperti itu, pasti Dena belum tahu cerita sebenarnya.
"oke gue diam, tapi cerita" Mika mengangguk setuju, namun lirikan Dena yang berada disampingnya buat ia sedikit meringis ngeri, ia lupa menceritakan kisah kelam itu, kisah mengenai ia begitu membenci Dena di masa lalu. Ia lalu juga menoleh pada Dena, mendekatkan bibirnya pada telinga Dosen sakit itu.
"nanti aku ceritain juga ya bawel, gak usah ngeliatin kayak gitu" bisik Mika. Ia lalu kembali tarik wajahnya menjauh. Dena mengangguk kecil, buat Mika tersenyum lebar akan respon manis itu.
Aslan sontak berdeham kencang, "ada kita disini juga ya teman-teman, tolong hargai kami"
cukup follow me.. Thank you.