Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
"Apa yang terjadi pada Rivandra?" tanya Zaen cemas.
"Sepertinya beberapa hari ini dia terlalu stres dan sedikit depresi. Dan lambungnya kembali terluka. Apa dia mabuk semalam?"
Shayna dan Zaen saling bertatapan lalu menggeleng. "Aku tidak tahu. Kamu tahu bagaimana Rivandra menyembunyikan masalahnya." kata Zaen.
Arsyilla menghela nafas panjang, terasa sesak saat mendengar sakit Rivandra. Karena Arsyilla tahu, sedikit banyak alasan sakit Rivandra mungkin memang karenanya.
"Ah iya. Kamu benar." kata dokter Rico. "Aku sudah menyuntikkan obat pereda nyeri kepala dan juga lambungnya. Aku harap besok dia sudah baik-baik saja. Kalau besok dia masih belum membaik, Rivan harus opname lagi."
"Terima kasih, dokter. " ucap Shayna dan Zaen bersamaan.
"Ini resep obat dan vitamin yang bisa kalian berikan pada Rivandra saat dia sadar nanti. Pastikan dia makan terlebih dulu. Baiklah aku pulang." pamit dokter Rico setelah memberikan resep obat pada Zaen.
Zaen memberikan resep itu pada Dion dan menyuruh Dion segera menebusnya sekalian mengantarkan dokter Rico keluar rumah.
****
Rivandra membuka matanya, saat dia sadar sudah berada di kamarnya. Rivandra menghela nafas panjang.
'Kenapa aku harus pingsan? Harusnya aku bisa menatap wajah Syilla lebih lama lagi.' batinnya.
Rivandra bangun dan duduk menyandarkan tubuhnya di pembaringan. Perutnya terasa perih.
"Apa Kak Rivan baik-baik saja?" tanya Shayna khawatir.
"Kenapa kamu mengajak tunanganmu ke kamarku? Tunanganmu itu genit sama wanita lain." gerutu Rivandra kesal.
"Jadi, hanya karena wanita itu, kamu sampai menyusahkanku dengan program fashion week itu?!" goda Zaen sambil menunjuk ke arah Arsyilla yang memang sembunyi di balik tubuh Dion sambil mengaduk bubur ayam yang masih sedikit panas.
Spontan Dion berpindah tempat saat tahu siapa yang di maksud Zaen. Mata Rivandra terbelalak saat melihat Arsyilla disana. Meskipun dengan ekspresi yang biasa saja.
"Kalau kamu menyadarinya, kenapa masih berpura-pura dan tidak peka dengan perasaanku?!" seru Rivandra tanpa mengalihkan tatapannya pada Arsyilla.
Arsyilla makin salah tingkah. 'Sepertinya sudah terlalu sering kalimat itu di tujukan padaku.' batin Arsyilla.
"Aku sudah sangat peka dengan membawanya ke hadapanmu!" gurau Zaen yang membuat Arsyilla menatapnya kesal.
"Berani sekali kamu melototiku? Mentor favoritmu itu yang membuatku terpaksa melakukannya. Jangan salahkan aku!" protes Zaen sambil mengusap kepala Shayna agar berdiri dan berpindah tempat dan memberikannya pada Arsyilla.
"Baiklah. Setidaknya, kamu harus dihukum karena sudah membuat calon tunanganku selalu berseteru dengan kakakku."
"Hukuman? Kenapa harus aku?" protes Arsyilla kesal.
"Hukumanmu adalah dengan menyuapi kakakku, Syilla."
"Shay,,,"
Shayna menarik lengan Arsyilla dan mendorongnya di atas ranjang milik Rivandra. Kalau saja Rivandra tidak mendekap tubuh Arsyilla dengan cepat, Arsyilla yakin semangkuk bubur yang di bawanya akan berakhir jatuh ke wajahnya.
"Shayna, apa-apaan sih." gerutu Arsyilla kesal.
"Sudah aku bilang, hanya dengan sakit kamu bersedia merawatku." ujar Rivandra pelan.
Arsyilla berdehem sebentar dan memperbaiki posisi duduknya agar bisa duduk dengan tegap.
"Silahkan dimakan, Pak. Buburnya sudah dingin." kata Arsyilla sambil mengulurkan semangkuk bubur ke Rivandra.
Shayna mendekat dan mencubit pipi Arsyilla.
"Sudah kubilang, kamu harus menyuapi kakakku." gurau Shayna.
Arsyilla mengusap pipinya yang di cubit Shayna sambil berdecak kesal. Akhirnya Arsyilla menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Rivandra.
'Apa Shayna dan Pak Zaen sebenarnya sudah tahu tentang perasaan Pak Rivandra padaku? Kenapa aku merasa mereka sengaja mendekatkan aku dengan Pak Rivandra?' pikir Arsyilla.
Rivandra tersenyum saat Arsyilla menyuapkan satu sendok bubur ke mulutnya. Mengusap sisa bubur yang terjatuh di dagunya. Merawatnya seperti saat dia sakit dulu. Rivandra tetap menatapnya seolah tidak mau melewatkan apapun ekspresi Arsyilla. Meskipun
Arsyilla tidak menatapnya sama sekali."
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu sampai kamu mabuk lagi?" tanya Zaen heran.
Arsyilla membantu Rivandra meminum obatnya setelah semangkuk bubur itu habis.
"Kamu melanggar janjimu, Mas Rivan." bisik Arsyilla pelan tapi terdengar jelas di telinga Rivandra.
Rivandra sampai tersedak mendengar Arsyilla kembali memanggilnya Mas Rivan.
"Kak Rivan gak apa-apa?" tanya Shayna cemas. Rivandra menggelengkan kepalanya berharap Shayna peka dan tidak mendekat.
"Kamu yang mulai duluan. Kamu melanggar janjimu padaku. Bahkan kamu menghindar dariku." geram Rivandra tidak terima.
"Aku tidak menghindar."
"Apa aku harus memutar cctv perusahaan agar tahu bagaimana sikapmu pada pacarmu?!" tantang Rivandra.
Arsyilla kembali berdehem, berharap panggilan Rivandra tadi tidak terdengar oleh Shayna apalagi Zaen.
Rivandra tahu Arsyilla akan kembali menghindarinya. Dia sengaja menarik pergelangan Arsyilla hingga dia tidak bisa berdiri.
"Lepasin, Mas."
"Aku tahu kamu pasti mau menghindar lagi kan."
"Aku gak menghindar." tegas Arsyilla.
Rivandra terdiam membuat Arsyilla memberanikan diri menatap Rivandra bingung. Mata itu terlihat sendu.
"Aku merindukanmu, Syilla. Sangat merindukanmu," ucap Rivandra.
Arsyilla kembali menunduk. Kalau melihat mata sendu itu. Entah berapa lama Arsyilla mampu bertahan untuk tidak menangis.
"Maafkan aku, Syilla." ucap Rivandra membuat Arsyilla mendongak.
"Aku terlalu pengecut untuk memperjuangkan kamu. Harusnya kamu yang berdiri di sampingku malam itu. Harusnya kita kabur saja malam itu."
"Istirahatlah, Mas. Bicaramu sudah ngelantur. Aku sudah pernah bilang untuk melupakanku saja."
"Kamu gak pernah tahu gimana sakitnya, saat hanya aku yang mempunyai perasaan ini. Kamu gak tahu gimana tersiksanya aku dengan cemburuku." geram Rivandra.
"Saya sudah selesai, Pak. Silahkan istirahat." kata Arsyilla sambil menarik tangannya.
Tapi, Rivandra yang marah karena Arsyilla kembali ingin menghindarinya, menarik lengan Arsyilla hingga terjatuh di dekapan Rivandra.
"Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" tanya seseorang yang tiba-tiba masuk ke kamar Rivandra.
Zaen dan Shayna yang kaget langsung menutupi tubuh Arsyilla yang berada di atas tubuh Rivandra.
"Maafkan aku, Syilla." bisik Rivandra.
Belum juga Arsyilla bertanya maaf kenapa, Rivandra sudah membungkam bibir Arsyilla dengan bibirnya. Meluapkan perasaan rindu dan sakitnya bersamaan. Rivandra terpaku saat Arsyilla membalas ciumannya meski hanya sepersekian detik sebelum akhirnya Arsyilla berontak dan bangun dari posisinya yang berada diatas tubuh Rivandran,.
'Syilla,, mungkinkah, Syilla,,, juga merasakan perasaan yang sama denganku?' batin Rivandra sambil menyentuh bibirnya.
"Mama? Bukannya mama keluar negeri?" tanya Shayna panik sambil menggandeng lengan Valencia untuk masuk kamar Rivandra.
"Apa yang terjadi dengan Rivan? Siapa dia?" tanya Valencia sambil menunjuk ke arah Arsyilla.
"Dia sekretarisku, Tante." jawab Zaen.
"Aku harap tidak ada skandal apapun diantara kalian." kata Valencia.
"Mama, dia juga temanku. Justru Syilla yang membantuku menjaga Kak Zaen, biar gak genit dengan wanita lain."
Rivandra tersenyum sinis. Membuat Zaen menjadi salah tingkah.
"Papa juga pulang?" tanya Shayna.
"Tidak. papa masih di luar negeri. Ada pertemuan bisnis dengan Om David." jawab Valencia sambil mendekat ke Rivandra.
"Apa yang terjadi dengan Rivandra?"
"Aku gak apa-apa, Ma. Tidak usah khawatir."
"Apa kamu nyaman mereka ada disini?"
"Tentu saja. Memangnya kenapa?"
"Selama ini, yang Mama tahu kamu gak pernah dekat dengan siapapun. Aku pikir kamu gak nyaman. Mama sampai takut kamu gak bisa mencintai orang lain."
"Ma, aku laki-laki normal. Kalau mama gak percaya pada Dion atau Zaen. Mama bisa tanyakan pada Syilla."
"Apa itu benar? Apa selama ini anakku baik-baik saja di kantor? Karena jujur saja, aku tidak pernah melihatnya dekat dengan wanita manapun." jawab Valencia.
"Pak Rivandra memilih untuk tidak dekat dengan orang lain bukan berarti tidak bisa jatuh hati, Tante. Pak Rivandra memilih tidak pernah pacaran, juga bukan berarti tidak bisa mencintai. Mungkin, Pak Rivandra hanya ingin mencintai orang yang tepat, calon istrinya nanti." jawab Arsyilla sambil menatap Rivandra yang juga tengah menatapnya dengan tersenyum.
"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih sudah menjadi teman untuk anakku. Siapa namamu?"
"Syilla" jawab Zaen dan Shayna bersamaan.
"Arsyilla.. Arsyilla Farhana." kata Rivandra.
Valencia menatap Zaen dan Shayna bergantian. Lalu Rivandra yang menatap Arsyilla meskipun Arsyilla menundukkan kepalanya.
"Mama ini bertanya pada dia. Kenapa kalian yang menjawab?" sindir Valencia. "Siapa namamu?"
"Syilla, Arsyilla, Tante." jawab Arsyilla sembari tersenyum lalu menyalami Valencia.
"Nama yang cantik dengan attitude yang bagus. Pasti calon suamimu nanti bahagia memiliki calon istri secantik parasmu dan sebagus tingkah lakumu." puji Valencia tanpa melepaskan tangan Arsyilla dengan tatapan lekat pada Rivandra.
Melihat setiap reaksi Rivandra setiap kali Valencia memuji Arsyilla. Dari tersenyum sendiri sampai menunduk sedih.
"Ammiin. Terima kasihs, Tante." ucap Arsyilla tulus.