Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Sore itu dunia seakan ikut merasakan kesedihan Aqilla. Langit yang semula cerah dengan cepat berganti dengan awan hitam di sertai rintik hujan membasahi bumi. Aqilla terisak dalam diam di sudut kamar mandi yang begitu dingin. Memeluk tubuh ringkih nya yang semakin kurus masih terbalut dengan seragam sekolah yang basah.
"Pa... Lagi-lagi aku di tampar oleh kenyataan yang begitu pahit. Terimakasih pa..udah jadi ayah yang hebat buat aku. Bisa terima aku dan tulus sayang sama aku,padahal aku bukan darah daging papa. Kenapa harus sekarang pah? Kenapa gak dari dulu aja aku tau, agar aku terbiasa dengan perlakuan mama selama ini pah."bisiknya dalam hati,berharap sang ayah dapat mendengar keluhannya di alam sana.
Aqilla memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam guna menetralisir rasa pedih di hatinya. Bibirnya yang sudah pucat karena kedinginan,bergetar menahan sakit di seluruh tubuhnya. Tangan mungilnya bergerak memegang perutnya yang keroncongan karena belum ada sedikitpun makanan yang masuk ke mulutnya.
"Ya tuhan...tidak adakah sedikit saja belas kasihan dari mama untukku. Aku sudah lelah di sekolah menghadapi banyak cacian, tidak adakah rumah untukku pulang. Belum puas kah semesta mempermainkan ku,aku juga ingin bahagia tuhan. Aku hanya ingin bahagia dengan keluarga ku dan hidup selayaknya seorang anak pada umumnya. Apakah permintaan ku itu sangatlah sulit untuk di wujudkan" lirih Aqilla. Buliran bening itu kembali membasahi wajah tirusnya.
Perlahan,Aqilla berjalan dengan tertatih menuju bak air dan mulai menciduk dengan kedua tangannya. Meminum sebanyak mungkin untuk sekedar mengganjal perut yang sudah perih menahan lapar. Ia tak akan berteriak meminta pertolongan atau sekedar mengetuk pintu,karena itu hanya menghabiskan tenaganya saja. Seperti nya kali ini tak akan ada orang yang bisa menolongnya kecuali sang mama sendiri dan itu sangat mustahil.
Suara mobil terdengar memasuki halaman rumah mewah berlantai dua itu. Seorang remaja SMP yang masih mengenakan seragam sekolah nya keluar dari dalam mobil. Alvaro berlari kecil menuju pintu masuk dengan wajah sumringah. Ia berkeliling mencari sang kakak untuk memberitahu hasil ulangan harian nya.
Setiap selesai ulangan harian ataupun ujian semester orang yang pertama kali melihat nilai ulangannya adalah Aqilla. Aqilla akan selalu memberikan hadiah kecil saat adik bungsunya itu menoleh prestasi. Menurut Alvaro hanya Aqilla yang bisa menghargai hasil belajar nya di sekolah. Tidak seperti Miranti atau Adnan yang hanya sekedar memberi selamat padanya.
"Kak...kak Aqilla...kakak di mana!! Aku ada kejutan buat kakak nih." teriak Alvaro memanggil sang kakak seraya berkeliling mencari keberadaan Aqilla. Lalu,ia berjalan ke arah dapur untuk bertanya kepada asisten keluarga nya.
"Mbok Darmi liat kak Aqilla nggak,aku capek muter-muter nyariin kok gak ada ya. Atau kak Aqilla belum pulang mbok? "tanya nya kepada wanita paruh baya yang sudah lama mengabdi pada keluarganya itu.
Mbok Darmi terlihat terkejut dan sedikit panik saat Alvaro menghampiri nya dan menanyakan keberadaan Aqilla. Pasalnya ia tahu dan menyaksikan perbuatan majikannya itu kepada Aqilla. Tapi tak berani memberitahukan kepada siapapun karena terancam akan di pecat oleh miranti jika ikut campur dalam urusan nya.
Alvaro melambaikan tangannya di depan wajah mbok Darmi yang diam mematung." Mbok!! Kok malah bengong sih,di mana kak Aqilla mbok tau nggak?
"ng..nggak den, mbok ndak tau non Aqilla di mana. seperti nya non Aqilla belom pulang soalnya gak kelihatan dari tadi"ucapnya berbohong.
Alvaro menatap tajam kearah mbok Darmi yang terlihat sangat gugup. Remaja itu tau betul jika pembantunya sedang berbohong. Mbok Darmi yang merasa terpojok oleh tatapan Alvaro hanya menunduk tak berani menatap anak majikannya itu.
"ehh sayang.. Ada apa sih kamu baru pulang udah berisik aja dari tadi" ucap Miranti sambil berjalan anggun ke arah sang putra. Dan memberi kode pada mbok Darmi lewat matanya untuk segera pergi meninggalkan mereka.
"hmm.. Ini mah Alvaro cari kak Aqilla. Masak iya sih belum pulang kan gak biasanya kak qilla pulang telat. Aku cuma mau nunjukin hasil ulangan harian aku aja sih ke kak Aqilla. mama tau nggak kak Aqilla di mana?"
Miranti tersenyum manis ke arah si bungsu, meletakkan sebelah tangan nya ke pundak Alvaro. Ia membawa Alvaro meninggalkan area dapur. Aqilla yang memang terkunci di kamar mandi yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri hanya bisa terdiam mendengarkan percakapan ibu dan anak itu. Tenaganya sudah habis tak mampu untuk sekedar memanggil nama Alvaro.
"Dek, kamu jangan cari kakak yaa. Biarin kakak disini sendiri, bila perlu kalian menemukan kakak saat kakak udah mati kelaparan. Kakak mau ikut papa aja Al,kakak gak kuat hidup dalam bayang-bayang masa lalu mama yang kelam. kakak capek, kenyataan nya walaupun kita lahir dari rahim yang sama tapi kita berbeda Al" lirih Aqilla.
Matanya terlihat sayu seakan hendak terpejam. Kesadaran nya mulai menipis namun sekuat mungkin ia tahan untuk tetap terjaga.
"Kayaknya emang dia belum pulang sayang,buktinya aja kamu udah cari tapi gak ada kan. Mungkin aja dia lagi kerja kelompok atau main sama temannya di luar sampai lupa pulang. sini biar mama aja yang lihat nilai kamu,pasti kamu dapat nilai tertinggi lagi kan."ujar Miranti dengan senyum yang masih merekah di bibirnya.
"gak mungkin ma..kak Aqilla gak pernah pulang telat. Pasti mama udah ngelakuin sesuatu kan ke kak Aqilla. cepat bilang sama aku ma, di mana kak Aqilla sekarang. Kasihan kak Aqilla ma, terus-terusan mama hukum tanpa sebab"ucap Alvaro yakin jika ada sesuatu yang terjadi dengan saudara perempuan nya.
"Alvaro kamu ngomong apa sih sayang. Kamu gak percaya sama mama.Kamu baru aja tanya ke mbok Darmi kan dan dia juga bilang kalau aqilla belum pulang.Udah mendingan kamu ke masuk kamar aja ganti baju, terus turun untuk makan siang. Pasti kamu belum makan kan"
Alvaro tak menanggapi ucapan Miranti. Ia tahu betul bagaimana Miranti memperlakukan Aqilla. Jangankan untuk izin main, mengerjakan tugas di luar saja Aqilla tidak pernah. Pasti ada yang tidak beres yang sudah terjadi dengan Aqilla.
Alvaro meninggalkan Miranti tanpa berucap apa pun lagi. Dia yakin,Aqilla pasti berada di sekitar rumah dan sedang di hukum oleh sang mama. Seperti biasanya hal sepele saja bisa membuat Miranti marah dan menghukum Aqilla tanpa ampun.
Setelah berganti pakaian dan memastikan jika Miranti telah kembali ke rumah makan miliknya. Alvaro kembali menemui mbok Darmi guna mendapatkan informasi mengenai keberadaan Aqilla.
Wanita paruh baya yang sedang membersihkan area belakang rumah itu terlihat sangat terkejut saat tangan Alvaro menyentuh pundaknya.
"ehh den, ada apa kesini. Aden mau makan yaa, sebentar mbok siapin dulu makanan nya ya den."ujar mbok Darmi hendak melangkah meninggalkan Alvaro.
"tunggu mbok, Alvaro mau tanya sekali lagi dan mbok harus jawab jujur. Mbok pasti tau kan kak qilla di mana, cepat mbok kasih tau aku. kak qilla dikurung di mana mbok, aku udah cari di gudang tapi gak ada." ujarnya memaksa.
" mbok beneran gak tau den, non qilla memang gak ada kelihatan dari tadi" jawab mbok Darmi gugup sambil menautkan jarinya.
"mbok tolong kasih tau aku sekarang. Aku jamin mbok gak akan di pecat sama mama. Tolong mbok, kasihan kak Aqilla pasti dia kelaparan sekarang. Mbok masa tega sih sama kak Aqilla. kalau dia sampai kenapa-kenapa bukan cuma mama tapi mbok juga bersalah karena gak bisa nolong kak qilla" ancamnya.
"I.. Iya den,tapi tolong jangan bilang ke nyonya kalau mbok yang kasih tau. Mbok butuh kerjaan ini den, sebenarnya non Aqilla di kurung di kamar mandi dekat dapur dari tadi siang. Dan tadi juga sempat di pukul dan wajahnya di tenggelam kan ke bak. Kayaknya nyonya marah besar sama non Aqilla den." jelasnya.
Tanpa menunggu lama lagi, Alvaro segera berlari menemui Aqilla. ia mengetuk keras pintu kamar mandi itu dan memanggil nama sang kakak tapi tak mendapatkan jawaban. Aqilla sudah pingsan sedari tadi dengan wajah yang pucat dan tangan yang sedikit membiru.
Alvaro mengobrak-abrik isi lemari dan laci dapur tapi tak menemukan kunci kamar mandinya. Dengan tubuh nya yang cukup berisi di usianya yang masih remaja. sekuat tenaga Alvaro mencoba mendobrak pintu kamar mandi itu. Setelah tiga kali percobaan akhirnya pintu terbuka dan seketika tampaklah tubuh Aqilla yang sudah meringkuk tak sadarkan diri.
"Ya tuhan... Kak Aqilla bangun kak. Maafin Alvaro udah telat nolongin kakak. Aku gak akan maafin mama dan diri aku sendiri kalau sampai terjadi sesuatu sama kakak."ucap Alvaro dengan suara bergetar tak kuasa melihat kondisi Aqilla yang memprihatinkan.
Dengan susah payah, Alvaro menggendong sang kakak yang semakin kurus untuk membawanya ke kamar. Di ikuti dengan mbok Darmi yang sedari tadi mengekor di belakang.
"mbok,tolong gantikan baju kak qilla yaa dan oleskan minyak angin ke badannya. Kalau kak qilla sudah sadar siapkan makanan nya biar aku yang suapi kak qilla nanti. Aku tunggu di luar ya mbok" tutur Alvaro yang di balas dengan anggukan dari mbok Darmi.
Untuk ukuran remaja seusianya yang baru memasuki usia 14 tahun, pemikiran Alvaro cukup dewasa. Di saat yang lain membutuhkan sosok kakak sebagai pelindung. Tapi Alvaro kebalikannya, dialah yang menjadi pelindung dan mengambil alih tanggung jawab sang ayah. Sedangkan Adnan yang lebih dewasa dari keduanya, sibuk dengan dunianya sendiri yang lebih memilih foya-foya dan memikirkan cara untuk mendapatkan warisan.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.