Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Malam ini setelah shalat isya berjamaah, Nindi di panggil Umi Halimah untuk datang ke rumah nya.
"Nindi, kerumah Umi dulu nak" ucap Umi Halimah.
"Baik Umi"
Nindi mengangguk dan langsung mengikuti Umi Halimah masih dengan mengunakan mukena nya.
Nindi datang bersama Umi Halimah ke rumah, Umi menyuruh Nindi untuk duduk di ruang makan.
"Nindi, minggu depan kan kalian akan melakukan ijab kabul, jadi kamu di minta untuk menyiapkan semua dokumen persyaratan untuk mendaftarkan pernikahan kamu" ucap Umi Halimah.
"Ta-tapi Umi..?
Nindi berfikir sejenak, Ia sudah pasti harus pulang ke kampung halaman nya untuk membuat surat pengantar ke desa setempat.
Karena alamat yang tertera di dokumen yang ia miliki masih terdaftar sebagai penduduk di sana.
" Iya, Umi mengerti, bila perlu Umi antar kesana ya, sambil kita ziarah ke makam kedua orang tua mu. agar semua hajat kamu di lancarkan" ujar Umi Halimah.
Nindi menitikan air mata, sudah lama dirinya tidak pernah mengunjungi makam kedua orang tua nya . ia hanya bisa mendoakan keduanya tidak pernah mengunjunginya.
Ia juga teringat kepada orang tua nya yang begitu menyayangi nya.
Umi Halimah merangkul Nindi, dan mengusap punggung Nindi agar dia merasa tenang dan ikhlas atas apa yang telah terjadi.
Umi Halimah tau betul bagaimana kondisi Nindi saat itu, saat kedua orang tua nya meninggal dalam jarak yang begitu dekat.
Setelah Nindi merasa tenang ia pun berpamitan untuk kembali ke asrama.
Pagi hari nya Nindi sudah mempersiapkan semua berkas yang akan ia bawa ke kampung halaman nya.
Nindi kemudian mengantongi semua surat surat itu dan kemudian segera bersiap pergi ke ndalem karena ia akan di antar oleh Umi Halimah menuju kampung halaman untuk mengurus surat pengantar itu.
"Aku berangkat dulu ya" pamit Nindi kepada tiga sahabat nya.
"Hati hati ya Nin, semoga semua urusan nya di lancarkan" ucap Shafia.
"Hati hati dijalan Nin" ujar kedua nya.
"Iya ya.. sudah sana kalian masuk kelas. ini pelajaran bahasa arap, kalau kalian telat bisa di marahi ustazah Kori" ucap Nindi mengingatkan.
Ketiga nya kemudian langsung bergegas menuju kelas nya pagi ini, sebagian santri sudah pada masuk tingal mereka berdua.
Namun beruntung karena ustazah Kori belum masuk untuk mengajar.
Ustazah Kori memang terkenal sebagai ustazah yang tertip, ia tidak akan segan segan menghukum santri nya meski hanya telat satu menit pun.
Sesampai di rumah Umi Halimah, Nindi tinggal menunggu Umi Halimah yang masih bersiap siap.
Selang beberapa menit kemudian, Umi Halimah dan Nindi sudah berangkat.
Perjalanan menuju kampung Nindi membutuhkan waktu dua jam perjalanan. selama perjalanan Umi dan Nindi asik mendengarkan musik shalawat, hingga tak terasa kedua nya sudah sampai di kampung halaman Nindi.
"Nindi, sebelum kita ke kantor desa sebaiknya kita ziarah ke makam kedua orang tua mu dulu"
"Baik Umi"
Mobil Umi Halimah langsung menuju ke pemakaman umum di kampung itu, yang memang dekat dari posisi nya saat ini.
Sekitar lima belas menit mereka berjalan kaki, akhirnya sampai di pusaran makam kedua orang tua nya.
"Ayo kita berdoa terlebih dahulu dan bacakan juga surat Yasin" ujar Umi Halimah.
Mereka berdua mulai membacakan surat Yasin lalu membCa doa doa untuk semua orang yang sudah tiada, khusus nya untuk kedua orang tua Nindi.
"Pak, Bu, Nindi mau menikah sebentar lagi, bapak sama ibu gak usah khawatir. sekarang ada laki-laki baik yang bisa menjaga Nindi, insya Allah"
Batin nya sambil jemari nya meraba baru nisan kedua orang tua nya. air mata meneteskan tanpa bisa ia tahan lagi, semua kenangan saat kedua nya kasih hidup membuat Nindi tak kuasa menahan kesedihan nya.
"Sudah nak, jangan menangis disini. Umi yakin kedua orang tua mu pasti sudah bahagia disana, apa lagi setelah tau putri nya akan segera menikah sebentar lagi" ucap Umi Halimah.
Nindi segera menghapus air mata nya.
Setelah selesai berdoa, mereka beranjak dan kemudian pergi ke kantor desa. sesuai dengan tujuan utama nya.
"Permisi, Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam, ada perlu apa bu"? tanya pegawai desa tersebut.
" Ini putri saya mau minta surat pengantar untuk menikah" jelas Umi singkat.
Oh iya baik, boleh saya lihat surat persyaratan nya apa sudah di bawa? "
Umi mengangguk dan tersenyum, lalu Nindi memberikan surat suratnya yang sudah ia siapa kan kemarin.
"Baik, ini sudah lengkap. silahkan tunggu disana"
Pegawai itu menunjuk kursi tunggu yang ada di depannya.
Mereka pun duduk di kursi tunggu selama menunggu pegawai sedang mengurus surat pengantar yang di perlukan untuk ke KUA.
Selama 30 menit disana, akhirnya surat pengantar sudah selesai.
Setelah menerima surat itu mereka pun langsung pergi pesantren.
Sementar itu ustadz Zaki di pesantren setelah mengajar para santri putra saat itu ia tidak langit kembali ke asrama, ia memilih ke warung untuk sekedar minum kopi.
"Zaki,, jadi nya kapan kamu menikah"? tanya Rashid sesama ustadz di pesantren itu.
" InsyaAllah minggu ini"
"Kami di undang tidak"?
" Tidak ada undangan karena kita kita hanya akan melakukan akad saja di masjid pesantren ini. kalian bisa ikut mendoakan di masjid nanti, setelah itu acara syukur biasa" jawab ustadz Zaki.
"Oh bagus Zaki, menikah itu tidak arus ada pesta meriah. yang penting akad nya" sahut ustadz arifin.
Zaki dan Rashid tersenyum dan menggeleng.
"Rencana setelah menikah kalian mau tinggal dimana" tanya ustadz Arifin.
"Entah lah saya masih tidak tau, mungkin untuk sementara masih ikut kedua orang tua. sampai nanti saya sudah bisa untuk membeli rumah sendiri" ucap Zaki.
"Insya Allah, kalau sudah menikah. Allah selalu mempermudah segala urusan nya.
Allah akan kaya kan kamu dari hal apa pun" ujar ustadz arifin.
"Aamiin, Doa kan saja yang terbaik"
"Pasti lah" jawab keduanya serentak.
Setelah percakapan itu, ustadz Zaki segera membayar kopi nya dan langsung kembali ke asrama sebelum waktu Shalat dhuhur tiba.
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih