Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Rugi 12
Tanpa menunggu lama, Bara langsung memburu Zizi dan seorang pria yang hampir seumuran dengan wanita itu. Akan tetapi lift buru-buru tertutup sebelum ia sempat masuk.
"Sial!" geram Bara dengan emosi tertahan. Setelah itu ia bergegas memencet tombol panah ke atas untuk kotak lift yang kebetulan terbuka di sebelahnya. Angka 3 ia tekan pada tombol itu seperti angka yang ditekan oleh pria yang bersama Zizi tadi.
Nafas Bara memburu. Pikirannya kacau. Di depan matanya sendiri, istrinya bersama dengan pria lain di tempat yang identik dengan hal yang anu-anu.
Mau kemana mereka di jam seperti ini?
Pantas saja handphonenya tidak aktif. Ternyata ia sedang bersenang-senang dengan pria lain. Dasar wanita murahan!
Berbagai pikiran buruk pun berseliweran di dalam kepala Bara dan membuat pria itu tak bisa lagi menahan emosinya.
Kamu minta cerai. Baik, kamu sepertinya akan mendapatkan itu brengsek!
Tring
Bara bergegas keluar dari lift itu dan segera berlari menyusuri lorong sepi sepanjang kamar-kamar untuk mencari Zizi. Akan tetapi ia kehilangan jejak. Tak ada tanda-tanda kalau Zizi dan pria itu berada di lantai itu.
"Aaargh sial!" teriak Bara kesal dan marah. Sepertinya ia kalah cepat. Menatap semua pintu kamar yang sedang tertutup itu, ia pun menghela nafasnya berat.
Tidak mungkin ia akan periksa kamar itu satu-satu bukan?
Apa kata orang nantinya. Reputasinya akan hancur.
Oh tidak.
Bara pun segera memutar langkahnya dengan cepat menuju ke arah lift untuk turun ke Loby kembali. Resepsionis pasti tahu informasi semua pengunjung hotel, termasuk istrinya dan pria itu.
"Pak Bara, nomor mbak Zizi tak bisa terhubung sampai sekarang," sambut Devano ketika ia kembali ke Loby.
"Zizi ada di sini Dev," jawab Bara dengan ekspresi yang sangat berbahaya.
"A-apa pak? Tapi bagaimana mungkin?" tanya Devano bingung.
"Ikut aku saja Dev." Hanya itu jawaban Bara dan membuat Devano menurut. Dua orang pria itu segera menuju ke meja resepsionis menanyakan tamu yang baru saja masuk seperti ciri-ciri yang digambarkan oleh Bara.
"Maaf pak, itu adalah privasi untuk semua tamu di sini. Jadi kami tak mungkin memberikan informasi pada siapapun," ucap sang resepsionis dengan sopan dan ramah.
"Kamu tidak kenal aku hah?!" geram Bara dengan emosi tertahan.
"Berikan informasinya sekarang atau kamu tahu akibatnya!" ucap Devano menambahkan.
Sang resepsionis langsung menundukkan wajahnya takut. Ia menatap Bara dan Devano bergantian dan baru sadar kalau pria di hadapannya ini adalah salah satu tamu yang sangat penting di tempat itu.
"Maaf pak. Akan saya cari datanya."
"Cepat!" paksa Bara tak sabar.
"Mereka membooking kamar 355 pak." Akhirnya sang resepsionis memberikan informasi itu dengan perasaan takut.
Bara secepat kilat meninggalkan tempat itu dan berlari lagi ke arah lift diikuti oleh Devenao. Mereka berdua sampai menjadi pusat perhatian di tempat itu. Akan tetapi mereka tak perduli, terutama Bara.
Yang ada di kepala pria itu adalah, istrinya yang nakal itu sedang mencari masalah dan harus segera diselamatkan.
Tring
Mereka berdua tiba di lantai 3 lagi. Bara segera mencari kamar 355 sesuai petunjuk sang resepsionis.
Tok
Tok
Tok
Tangan Bara mengetuk pintu kamar itu dengan tak sabar. Akan tetapi tak ada jawaban dari dalam kamar itu.
Tok
Tok
Tok
Sekali lagi, Bara mengetuk dan diikuti oleh Devano hingga mereka berdua benar-benar membuat keributan.
"Buka pintunya!" teriak Bara emosi. Dan tak lama kemudian, seorang pria dewasa yang tidak ia kenal membuka pintu dengan wajah kesal.
"Siapa anda?! Berani menggangu waktu saya?!" tanya si penghuni kamar dengan wajah kesalnya. Akan tetapi Bara tak perlu menjawab. Ia langsung mendorong tubuh pria yang hanya menggunakan handuk itu agar tidak menghalanginya di depan pintu kamar.
Ia harus mencari Zizi, istrinya.
"Hey! Siapa kalian?!" teriak pria itu lagi karena merasa terganggu dengan kedatangan dua orang pria yang langsung mengganggu kesenangannya.
Bugh!
"Aaargh!"
Pria itu berteriak lagi karena perutnya langsung mendapatkan mendapatkan pukulan keras dari tangan kuat Bara.
"Hey brengsek!" teriak pria itu tak terima tapi sebuah pukulan keras mendarat lagi pada wajahnya manakala Bara melihat Zizi sedang berada di atas ranjang dalam keadaan hampir polos.
Pria itu merasakan dadanya mendidih. Ia bagaikan harimau gila. Ia tak bisa lagi mengontrol emosinya.
Bugh
"Aaargh!"
"Hey! Siapa kalian heh?!" teriak pria itu lagi kesakitan karena untuk pukulan yang ketiga ini Devano lah yang memberikannya.
Dada Bara naik turun karena emosi. Selimut segera ia tarik untuk menutupi tubuh istrinya yang hanya menggunakan underwear saja. Untungnya ia cepat datang, atau ia tak akan bisa menerima keadaan yang lebih parah dari ini.
Pria itu berbalik dan menghadapi pria paruh baya yang sedang berada dalam kuasa Devano.
"Apa yang kamu lakukan di tempat ini bersama istriku brengsek?!" geram Bara dengan tangan terkepal.
"Hey! Saya hanya membayarnya. Itu bukan urusan saya kalau ia istri orang!" Pria itu menjawab seraya berusaha untuk lepas dari kuasa Devano.
Bugh!
"Aaargh!" Pria itu berteriak lagi karena tangan kuat Bara kembali mendarat dan menyumpal mulutnya.
"Lepaskan dia Dev!" titah Bara.
"Tapi pak?!" Wajah Devano tak rela.
"Dan berikan dia obat!" balas Bara santai.
Wajah Devano kembali mengernyit bingung.
"Pria mesum ini harus keluar dari kamar ini tanpa kurang suatu apapun."
Devano tersenyum paham. Rupanya Bara berniat untuk menutup kasus ini agar tak ada yang tahu.
"Pakai pakaian kamu sekarang!" teriak Bara jijik pada pria mesum itu.
Devano pun melepaskan pria itu untuk memakai pakaiannya. Setelah itu Bara meminta pria itu membersihkan dirinya agar tidak nampak seperti pria yang baru saja dianiaya.
"Saya akan laporkan kalian karena telah melakukan penganiayaan!" ancam pria itu dengan wajah yang sudah babak belur.
"Oh ya?" Alis Bara terangkat sebelah kemudian terkekeh sinis.
"Apa kamu tahu kalau apa yang kamu lakukan di kamar ini bukan sebuah tindakan kejahatan hah?!" tatap Bara emosi.
"Kamu membawa istri orang dan telah memberikannya obat bius!" lanjut Bara dengan tatapan ia arahkan pada istrinya yang masih tertidur dan tak bergerak di atas ranjang.
"Saya hanya menebus utang wanita itu pada seseorang. Jadi pantas kalau saya menikmati tubuhnya!"
Bugh
"Aaargh!"
Wajah pria itu kembali mendapatkan hadiah bogeman padahal sudah mulai membaik setelah dirawat oleh Devano.
"Hey. Saya membayarnya mahal. Jadi kembalikan uang saya sekarang juga!"
"Enak saja. Minta kembali sama orang yang kamu bayar!" kesal Bara.
"Tapi mereka sudah pergi."
"Cari!"
"Bantuin lah pak. Saya kan belum nyentuh istri bapak. Rugi 12 dong saya."
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀