Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30.
Saat ini mereka semua tengah mengelilingi sebuah meja makan yang sangat besar.
Banyak hidangan yang disuguhkan di atas meja. Terutama hidangan yang berupa daging.
"Ayo makan. Kalian pasti sudah lama tidak memakan daging kan?." Ucap bos Tiger sambil mengambilkan daging untuk salah satu kekasihnya.
"Sepertinya lezat." Kris mengulurkan sumpit untuk mengambil daging.
Plak.
Vivian memukul tangan Kris dengan cukup keras sehingga membuat semua orang yang ada di meja makan menoleh ke arah nya.
"Apakah ada masalah?." Tanya bos Tiger sedikit tidak senang.
Tersenyum. "Maafkan aku. Sebenarnya, Kris dan aku alergi dengan daging sapi. Jika memakan daging sapi, perut kami akan sakit selama berhari-hari." Vivian berbohong tanpa wajah yang memerah.
"Tapi ak... Shhh..." Kris meringis kesakitan ketika Vivian menginjak kakinya dengan keras di bawah meja.
"Kris, ayo antarkan aku ke toilet. Aku takut sendirian." Vivian buru-buru menarik Kris keluar dari ruang makan.
"Aku akan mengecek mereka berdua." Peter mengikuti Vivian dan Kris keluar dari ruang makan.
"Ada apa dengan mereka bertiga? Sangat tidak sopan!" Angel bersungut tidak senang melihat tingkah Vivian, Kris, dan Peter yang seolah mengabaikan keberadaan bos Tiger.
"Aku rasa... Peter sepertinya memiliki perasaan untuk Vivian. Tapi, Vivian lebih perhatian kepada Kris." Ucap Rose.
UHUK
UHUK
William tersedak makanannya mendengar perkataan Rose yang setelah dipikir-pikir lumayan ada benarnya.
"Will, minumlah air." Menyodorkan minuman. "Bagaimana? Apakah sudah lebih baik?" Rose khawatir dengan keadaan William.
"Ekhem!" Suami Rose tidak senang melihat istrinya memperhatikan pria lain di depan matanya.
"Ma, maaf." Rose menundukkan wajahnya ketakutan melihat wajah suaminya yang menghitam.
.
"Vivi, kenapa kamu membawaku kemari?." Protes Kris yang tangannya masih ditarik oleh Vivian.
"Memangnya kamu mau memakan daging itu?!." Marah Vivian.
"Ke, kenapa kamu marah? Memangnya aku salah ya? Kan aku hanya ingin makan daging saja. Meskipun sepertinya lebih enak masakanmu."
Melepaskan tangan Kris. "Kamu benar-benar ingin memakan daging itu?." Tanya Vivian sambil berkacak pinggang.
"Apa? Mengapa begitu serius?." Ucap Kris kebingungan melihat Vivian yang tampak serius.
"Itu adalah daging ma*usia! Apakah kamu sudah gila ingin memakan sesama spesies?." Vivian berkata dengan gemas.
"Apa!." Kris terkejut mendengar perkataan Vivian.
Ekhem.
Peter berdehem untuk mengingatkan keduanya bahwa terkadang tembok masih memiliki telinga untuk mendengar perkataan mereka.
Menutup mulut. "Ba, bagaimana kamu bisa tahu?." Tanya Kris dengan suara pelan.
"Hah..." Vivian terlalu malas menjelaskan hal ini kepada Kris.
"Apakah kamu ingat dengan aroma yang kamu cium saat pertama kali memasuki apartemen?." Tanya Peter.
"Ingat. Bukankah itu bau bang...kai?." tiba-tiba mengingat sesuatu. "Tunggu dulu, Jadi, maksud kalian..." Kedua bola mata Kris membulat tak percaya. Segera ia memu*tahkan segala makanan yang ada di perutnya.
"Jorok!." Vivian menjauhi Kris.
"Mengapa kamu tidak mengingatkan William juga?." Tanya Peter pada Vivian.
"Dia dan ayahnya sama-sama berurusan dengan organ tubuh manusia setiap hari. Apakah aku perlu mengingatkan mereka dengan sesuatu yang mereka pegang tiap hari juga?." Vivian balik bertanya.
"Tapi sepertinya pria itu tidak menyadarinya." Peter berkata dengan kasihan mengingat kebo*ohan keduanya.
"Kalau begitu dia b*doh. Lagi pula, apakah dia tidak berpikir dari mana mereka mendapatkan daging segar sedangkan listrik sudah hampir satu bulan mengalami pemadaman?. Dan juga, apakah mereka pikir akan mudah untuk menangkap ternak di cuaca yang seperti ini?. Na'if." Ejek Vivian.
Tersenyum. "Ternyata, kamu kejam juga." Peter memandang Vivian dengan penghormatan tersendiri terhadap wanita itu.
Vivian memicingkan mata kepada Peter tidak senang dengan penilaian pria itu terhadap dirinya. Walaupun, yang di ucapkan pria itu adalah kenyataan.
Peter mengangkat kedua tangan tanda menyerah. "Hanya bercanda, Oke?."
"Huh" Vivian mendengus sambil menoleh ke arah kanan yang kebetulan melihat William dan ayahnya tengah berjalan ke arah mereka bertiga.
"Mengapa kalian lama sekali? Bos Tiger dan yang lainnya masih menunggu kalian di meja makan."
"Lalu mengapa kalian kemari." ucap Vivian dengan acuh.
"Kami sudah selesai makan, untuk itu kami menawarkan diri untuk mencari kalian."
Kris memasang ekspresi aneh di wajahnya yang seolah mengatakan kalian berdua menjijikan.
"Kris, ada apa denganmu?." Tanya William saat melihat ekspresi yang dibuat oleh Kris.
Kris menggeleng sebagai jawaban.
"Bagaimana kalo kita perlihatkan kepada mereka bertiga kejamnya hati manusia saat ini?." Vivian berbisik di telinga Peter yang kebetulan dilihat oleh Kris.
Cemburu. "Apa yang sedang kalian berdua bicarakan dengan berbisik-bisik." Kris memandang Vivian dan Peter penuh selidik.
"Tidak ada. By the way, mau ikut dengan kami?." Tanya Vivian pada ketiganya.
"Kemana?" Tanya ayah William.
"Entahlah. Jalan, jalan?" Kata Vivian penuh misteri.
.
Tap
Tap
Mereka berlima menuruni sebuah tangga menuju lantai bangunan yang sepertinya telah ditinggalkan cepat lama. Dari sanalah bau busuk yang sangat menyengat itu berasal.
"Apa yang akan kita lakukan dengan berjalan kemari? Bukankah udara akan lebih segar jika kita berada di atas sana?." Ucap Ayah William yang sudah tidak tahan lagi dengan bau busuk yang sangat menyengat. Lansia itu bahkan beberapa kali ingin memuntahkan makanan dari perutnya.
"Ikut saja. Aku jamin tidak akan menemukan hal yang sangat berbahaya." Vivian berjalan di belakang Peter.
Mereka terus menuruni tangga hingga menemukan sebuah pintu berlapis baja tanpa seorangpun yang berjaga disana.
Kriet...
Pintu itu berderit cukup keras ketika Peter berusaha untuk membuka pintu tersebut.
Uwek...
Seketika, Kris, William, dan Ayah William memuntahkan seluruh makanan yang ada di dalam perut mereka.
Disana terdapat banyak tulang yang berserakan serta potongan t*buh manusia yang masih berd*rah-d*rah.
"to...long... A... Ku..."
"Hua!." Kris berteriak dengan keras karena terkejut dengan sesosok pria yang ternyata masih hidup setelah kehilangan salah satu kakinya.
"Apa yang terjadi denganmu?." William buru-buru menghampiri pria yang terluka tersebut sambil memberinya pertolongan pertama.
"Me...re...ka...ada...lah...ka, kani...bal." Ucap pria itu dengan terputus-putus.
Bruk.
Pria itu akhirnya pingsan karena terlalu banyak kehilangan darah.
Seketika, ruangan menjadi sunyi mengingat apa yang dikatakan oleh pria yang pingsan tersebut.
Uwek
William dan ayahnya kembali mem*ntahkan semua yang ada di dalam perut mereka meskipun kosong karena sudah mereka keluarkan sejak memasuki ruangan tersebut.
"Jadi, yang kita makan tadi, uwek," William tidak tahan lagi dan terus mual.
"Apakah kalian sudah mengerti sekarang?." Vivian mengisi peluru senapannya.
DOR.
Dia menembak pria pingsan itu hingga tewas.
"Apa yang kamu lakukan!." Teriak William sambil menghampiri pria tersebut sambil memeriksanya kembali. Ternyata, pria itu sudah tidak dapat bernapas lagi.
"Bagaimana bisa kamu membunuh seseorang yang hidup dan tidak bersalah?!." William memandang Vivian dengan penuh amarah.
"Tidak bersalah? Apakah menurutmu orang-orang ini tidak bersalah? Kalau begitu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak menghentikan kita ketika akan memasuki gedung ini. Apakah orang-orang tersebut juga tidak bersalah menurutmu? Jika pun benar pria ini adalah korban, memangnya apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan pria yang sudah kehilangan banyak darah tanpa peralatan medis mu itu?. Bukankah lebih baik dia bertemu raja yama secepatnya?. Setidaknya itu bisa mengurangi sedikit penderitaan yang di deritanya."
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊