NovelToon NovelToon
She'S My Wifeꨄ

She'S My Wifeꨄ

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

✰Rekomendasi Cerita "Introspeksi"✰

Nero, seorang pewaris perusahaan ternama, menikahi Aruna, gadis desa sederhana yang bekerja di perusahaannya. Cinta mereka diuji oleh keluarga Nero, terutama ibu tirinya, Regina, serta adik-adik tirinya, Amara dan Aron, yang memperlakukan Aruna seperti pembantu karena status sosialnya.

Meskipun Nero selalu membela Aruna dan menegaskan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan pembantu, keluarganya tetap memandang rendah Aruna, terutama saat Nero tidak ada di rumah. Aruna yang penuh kesabaran dan Nero yang bertekad melindungi istrinya, bersama-sama berjuang menghadapi tekanan keluarga, membuktikan bahwa cinta mereka mampu bertahan di tengah rintangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

She's My Wife ꨄ

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Regina duduk diam di ruang tamu dengan tatapan tajam, rahangnya mengeras, dan jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Amara berdiri di depannya, gelisah dan bingung setelah memberitahu ibunya bahwa rencana mereka sekali lagi gagal.

“Kamu bilang sudah yakin kali ini?” ujar Regina dingin, pandangannya tak lepas dari Amara.

Amara menunduk, suaranya terdengar pelan, “Aku… sudah mencoba, Bu. Tapi Nero… dia tetap memilih Aruna. Sepertinya mereka semakin dekat.”

Regina mendesah berat, rasa frustrasi terlihat jelas di wajahnya. “Apa yang dilihatnya dari perempuan itu? Dia tak punya apa-apa. Seharusnya Nero mengerti bahwa ini menyangkut kehormatan keluarga. Memang dasar keras kepala!”

Di sudut ruangan, Aron, putra Regina yang lebih muda, tampak tenang, hanya mengangkat bahu sambil berkata dengan nada ringan, “Mungkin, Bu… Aruna benar-benar gadis yang baik. Mungkin Nero memang sudah memilih yang terbaik untuknya.”

Ucapan itu membuat Regina mengalihkan pandangannya ke Aron dengan sorot tajam. Ia menatap putranya dalam-dalam, berusaha membaca pikirannya.

“Aron,” ucap Regina dengan suara rendah yang nyaris terdengar seperti ancaman, “kamu tahu bukan, bahwa kehormatan keluarga kita tidak hanya soal perasaan. Semua ini demi Adrianus Corporation, demi memastikan bahwa perusahaan ini tetap dipegang oleh keluarga kita.”

Aron menatap ibunya dengan ekspresi tenang. “Ibu, perusahaan itu akan tetap menjadi milik kita selama aku memenuhi syarat dan berhasil di usia 25 tahun nanti, kan?” jawabnya, sedikit tersenyum. “Lagipula, Kak Nero tidak ambil bagian langsung dalam urusan bisnis. Jika menikahi Aruna membuatnya bahagia, bukankah itu cukup?”

Regina mendengus, lalu bersandar ke belakang dengan lengan terlipat, menatap Aron dengan pandangan curiga. Ada kekhawatiran kecil dalam hatinya. Apakah Aron akan setia pada rencana besar mereka? Ia butuh kepastian bahwa segala yang ia perjuangkan tidak akan sia-sia.

“Cukup?” ulang Regina sinis. “Aron, tidak ada yang ‘cukup’ di keluarga ini selain kesuksesan dan kehormatan. Kakakmu mungkin terlalu lunak, tapi aku berharap kamu, anakku sendiri, tidak melupakan apa yang kita perjuangkan.” Suaranya penuh ketegasan, tetapi di balik itu tersirat sedikit rasa takut kehilangan kendali.

Aron menghela napas panjang, menggelengkan kepala dengan senyum tipis. “Bu, aku mengerti keinginan Ibu. Aku tahu tanggung jawab yang harus aku jalani. Tapi, untuk Kak Nero… mungkin biarkan dia mengambil keputusannya sendiri kali ini,” katanya lembut.

Amara yang sejak tadi terdiam, akhirnya berbicara, suaranya terdengar getir, “Bu, aku sudah mencoba sebisa mungkin."

Regina meremas tangannya, menahan kemarahannya yang memuncak. Ia tahu Amara tidak sepenuhnya bersalah, dan Aron pun benar bahwa Adrianus Corporation akan tetap dipegang oleh keluarga. Namun, Regina merasa tak terima jika seorang wanita sederhana seperti Aruna menjadi bagian dari keluarga mereka. Di dalam hatinya, ia yakin bahwa Nero layak untuk seseorang yang lebih sesuai dengan kehormatan keluarga mereka.

Ia akhirnya menghela napas panjang dan memandang kedua anaknya dengan tatapan tajam, “Baiklah, jika memang kalian ingin menyerah, aku akan memikirkan langkah selanjutnya. Tapi ingat, jangan sampai aku melihat kalian menurunkan standar kita demi alasan perasaan.”

Aron menatap ibunya dengan ekspresi lembut, sementara Amara hanya terdiam, bibirnya terkatup rapat. Mereka tahu betapa kuat keinginan Regina untuk menjaga kehormatan keluarga, dan meskipun mereka mungkin tak lagi sependapat, mereka memilih untuk tetap diam.

Di sisi lain, Amara juga merasakan rasa malu dan sedikit luka di hatinya. Ia tahu rencananya untuk memisahkan mereka gagal, dan ini membuatnya merasa dirinya tercoreng, terutama di mata Angga, pemuda yang diam-diam menarik perhatiannya. Meski begitu, Amara tetap merahasiakan perasaannya dari Regina.

"Bagaimana jika aku benar-benar menyimpan perasaan kepada Angga? ibu... kisah ini pasti akan sama dengan kak Nero dan Aruna, aku harus melupakan tentang Angga!" Gumam Amara.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Pernikahan

Sementara itu, di tempat lain, Nero dan Aruna sedang mempersiapkan diri untuk acara pernikahan mereka. Hari istimewa itu tiba di tengah kesederhanaan, di sebuah villa yang dikelilingi oleh pemandangan gunung dan pepohonan hijau. Mereka memilih untuk menikah jauh dari pandangan keluarga Nero agar hari itu bisa berjalan tenang, tanpa hambatan atau kekhawatiran.

Pagi itu, langit tampak begitu jernih. Matahari bersinar lembut, cahayanya menembus jendela villa dan memancarkan kehangatan. Di sebuah ruangan yang dipenuhi bunga-bunga segar, Aruna berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putih sederhana. Ia memandang bayangannya dengan haru, menyadari bahwa dalam hitungan jam, ia akan menjadi istri dari pria yang sangat dicintainya. Gaunnya tanpa hiasan berlebihan, namun kecantikan naturalnya memancar, mengisi ruangan dengan kebahagiaan yang tulus.

Nero, yang berada di ruangan sebelah, mengenakan jas hitam klasik. Di dalam cermin, ia melihat dirinya berdiri tegak, namun hatinya berdebar-debar dengan perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Ia sadar, keputusan untuk menikahi Aruna tanpa kehadiran keluarga adalah keputusan yang berat, tetapi ia yakin ini adalah keputusan yang tepat.

Setelah mereka bersiap, Aruna dan Nero bertemu di halaman villa, di bawah pohon besar yang rindang. Hanya beberapa teman dekat yang hadir, termasuk bude Aruna serta Paman dan bibi Nero yang menyaksikan dengan mata berkaca-kaca, penuh doa untuk kebahagiaan mereka. Suasana di sekitar mereka terasa begitu damai, burung-burung berkicau, dan udara pagi yang sejuk menambah keindahan suasana.

Saat Nero melihat Aruna berjalan perlahan menuju dirinya, ada keharuan yang sulit diungkapkan. Aruna tampak seperti mimpi baginya, seorang wanita yang membawa kedamaian dan kehangatan dalam hidupnya. Langkah Aruna terlihat lembut dan penuh arti, menyiratkan ketulusan dan cinta yang ia berikan kepada Nero.

Ketika mereka berhadapan, upacara dengan khidmat. Setiap kalimat yang diucapkan terasa seperti doa, mengikat mereka dalam janji sehidup semati. Suasana seketika hening, hanya suara angin yang berbisik di antara dedaunan pohon dan kehangatan sinar matahari yang menyelimuti mereka.

Dalam prosesi itu, Nero dan Aruna saling berjanji, tanpa suara keras atau keramaian, hanya mereka berdua, saling menatap dengan penuh cinta. Nero menggenggam tangan Aruna erat, dan dalam hatinya ia berbisik, “Aruna, aku bersumpah akan selalu mencintaimu, melindungi mu, dan berada disamping mu, apapun yang terjadi.”

Aruna menatap Nero dengan mata berkaca-kaca, senyuman hangat yang selalu ia miliki. "Nero, dengan segala kekurangan dan kelebihanku, aku akan menjadi istrimu, sahabatmu, dan pendampingmu dalam suka dan duka," jawab Aruna, suaranya bergetar penuh haru. Pada saat itu, Nero tahu bahwa cintanya telah menemukan tempat yang tepat. Ia menyelipkan cincin di jari manis Aruna dengan hati yang penuh kebahagiaan, dan Aruna pun melakukan hal yang sama.

Ketika akhirnya mereka kini telah sah menjadi suami-istri, teman-teman yang hadir bersorak bahagia, memecah keheningan dengan tepuk tangan dan ucapan selamat. Bude Aruna, yang selama ini mengasuh dan merawatnya dengan penuh kasih, menangis terharu. Di pelukan sang bude, Aruna merasakan kehangatan keluarga yang selalu dirindukan.

Setelah itu, mereka menghabiskan sore di villa, duduk di taman sambil berbincang ringan, diiringi musik lembut yang dimainkan oleh seorang yang telah dipersiapkan Nero. Tak ada pesta besar atau hingar-bingar, namun setiap momen terasa begitu bermakna. Nero memandang Aruna, yang tertawa sambil bercanda dengan teman-temannya. Ia merasa beruntung, bukan hanya karena Aruna telah menjadi istrinya, tetapi karena Aruna adalah sosok yang membuat hidupnya lebih bermakna.

Di satu sisi, Nero merasa lega bahwa pernikahan ini berjalan tanpa gangguan. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada sedikit kekhawatiran akan tanggapan keluarganya, terutama Regina. Ia tahu Regina tidak akan menyukai keputusan ini, tapi demi kebahagiaan bersama Aruna, Nero siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Menjelang malam, Nero dan Aruna duduk di bawah pohon besar di taman villa. Angin lembut berhembus, membawa aroma bunga yang menyegarkan. Nero merangkul Aruna, dan mereka saling menatap dengan penuh kasih. Aruna bersandar di bahu Nero, mengucapkan terima kasih atas keberanian Nero untuk memperjuangkan cinta mereka, meski banyak rintangan yang menghadang.

Nero mengecup kening Aruna dengan lembut, dan berbisik, “Terima kasih sudah memilihku, Aruna. Aku tahu, perjalanan kita tidak akan selalu mudah, tapi aku yakin kita bisa melewatinya bersama.”

Aruna tersenyum dan menjawab, “Selama aku bersamamu, aku tidak peduli seberapa sulitnya. Aku hanya ingin menjadi bagian dari hidupmu, Nero.”

Di bawah langit yang dipenuhi bintang, mereka berbagi janji yang dalam dan tulus, janji untuk saling setia, menghormati, dan mencintai satu sama lain selamanya. Dengan malam yang semakin larut, pernikahan itu ditutup dengan senyum bahagia dan pelukan hangat dari kedua pengantin. Itu adalah malam yang sempurna, malam yang akan selalu mereka kenang sebagai momen indah yang tak tergantikan.

1
mama Al
kayak di bikin sub judul gitu ya.
mama Al
iri bilang bos
mama Al
duh run, adem dengar jawaban kamu
mama Al
jangan sampai Aron malah jatuh cinta sama Aruna. itu kakak ipar mu, Ron.
🌟~Emp🌾
ada cinta di balik kucing 🐱
🌟~Emp🌾
aku baca nya nyicil thor 🤗🙏
🌟~Emp🌾
mantap thor 👍
🌟~Emp🌾
Aku mampir thor, 🤗🙏
mama Al
baru bakso, Ron.
kamu harus coba seblak sama cilok
mama Al
bukan anakmu tapi anak tiri mu.
mama Al
amin.

Bibi doakan Dara biar temu jodoh juga
NT.Fa: Amin, Nak. Insya Allah, bibi selalu doakan yang terbaik. Jodoh itu sudah ada waktunya. Siapa tahu, setelah ini, doanya langsung terkabul, kan? Nak Ervan bagaimana? O~ya seperti keluarga Adrianus akan ada acara mungkin akan mengundang. 🙂
total 1 replies
mama Al
Mungkin kamu yang akan lebih menderita Regina
Mamah Tati
Aruna jgn takut sama Regina!
Mamah Tati
Sulit sulit sulit... mau pisah rumah aja geh sesulit itu,dl kyknya ni papi nya Nero tkt si Regina ni ngincer harta nya doang y.
mama Al
sebenci itukah Regina? atau jangan Aruna ada masa lalu yang di ketahui Regina
mama Al
Aron mulai melunak
Mamah Tati
lanjutkan
Mamah Tati
Aron udah baik nih.tgl si Regina ama si Amara
mama Al
memang kamu jahat
mama Al
kalau iya apa akan kalian lakukan pada mereka.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!