Arumi, gadis yang hampir berusia 18 tahun itu sangat tertarik ketika di jodohkan dengan pria dewasa berusia 32 tahun yang merupakan seorang duda tanpa anak.
Sungguh perbedaan usia yang sangat jauh, 14 tahun.
Kepribadian Arumi yang ceria, manja serta centil, membuat gadis itu terus menggoda calon suaminya hingga pria dewasa itu kewalahan menghadapi godaan bertubi-tubi setiap kali bertemu dengan Arumi.
"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.
Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Ehem.!" Andrew berdehem untuk mengusir rasa malu dan kecanggungan di dalam restoran itu. Akibat ucapan putrinya, Andrew merasa kehilangan muka di depan keluarga Agam. Belum lagi tatapan semua orang yang tertuju pada Arumi yang tengah duduk di sampingnya. Sudah pasti Andrew juga menjadi pusat perhatian.
"Arumi belum pernah menjalin hubungan dengan pria manapun sebelumnya. Putri kami sangat manja, mungkin dia merasa sangat cocok dengan Agam yang dewasa dan bisa mengayomi." Tutur Andrew seraya memaksakan senyum di tengah-tengah rasa malu yang melanda.
"Nggak masalah Andrew, aku bisa mengerti." Ujar Airlangga. Pria paruh baya itu sama sekali tidak terusik dengan ucapan Arumi, dia justru senang kalau memang pernikahan mereka di gelar lebih awal.
"Makasih Pah,," Ucap Arumi tersipu malu. Dia sudah menyadari kalau ucapan sempat membuat kedua orang tuanya kehilangan muka. Tapi setelah orang tua Agam tidak mempermasalahkannya, tentu saja Arumi merasa sangat berterimakasih. Setidaknya calon mertua sudah mengembalikan muka kedua orang tuanya.
"Bagaimana dengan kamu Agam.?" Tanya Airlangga pada putranya.
"Sesuai kesepakatan awal saja. Tunangan dulu dan menikah 2 bulan kemudian." Jawab Agam tegas.
Arumi tampak kecewa, tapi dia juga tidak bisa memaksakan keinginannya sendiri.
Lagipula Agam juga terlihat belum menaruh perasaan padanya, jadi wajar kalau pria itu tidak mau buru-buru untuk melangsungkan pernikahan.
...*****...
"Apa liat-liat.?!" Nada bicara Agam yang ketus tak membuat nyali Arumi menciut. Gadis itu justru semakin menatap lekat wajah Agam.
Diberi kesempatan untuk mengobrol berdua, Arumi tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menempel pada Agam.
"Ganteng sih, tapi sayang dingin banget.! Panasnya kalau lagi mesum doang." Seloroh Arumi terus terang. Dia langsung menarik lengan Agam dan mendekapnya. Tidak peduli meski Agam berdecak kesal mendengar ucapannya. Pria itu bahkan acuh dan tidak menanggapinya.
"Om.?" Arumi memanggil pelan.
"Hmm,," Agam berdehem acuh. Pria yang sedang di dekap tangannya itu tidak bisa berkutik karna ada beberapa keluarga dia dan Arumi yang menatap ke arah mereka.
"Kemarin aku nggak sengaja ketemu Tante Bianca." Ucap Arumi. Gadis itu seketika bisa melihat perubahan ekspresi Agam dsn gestur tubuhnya. Pria itu langsung sedikit condong ke arahnya, jelas sekali itu adalah reaksi yang menunjukkan ketertarikan. Dan yang pasti tertarik karna penuturan Arumi.
"Dimana.? Kamu nggak bicara aneh-aneh padanya kan.?" Agam bertanya dengan antusias. Itu membuat Arumi sadar jika pria yang akan bertunangan dengannya masih mencintai wanita lain.
"Aku jadi iri dengan Tante Bianca. Kenapa dia bisa begitu beruntung di cintai oleh dua pria tampan."
Bukannya menjawab pertanyaan Agam, Arumi justru bergumam mengungkapkan isi hatinya.
Bianca memang cantik, tapi di luar sana masih banyak wanita yang lebih cantik dari Bianca. Arumi tidak tau kenapa pilihan Agama jatuh pada wanita yang sudah bersuami. Bahkan pria itu sulit untuk melupakan Bianca.
Entah daya tarik apa yang ada dalam diri Bianca. Arumi sampai bertanya langsung pada Bianca bagaimana caranya membuat Agam jatuh cinta padanya. Jujur dia iri, iri melihat Bianca yang pernah diperlakukan dengan sangat baik dan lembut oleh Agam.
"Aku tanya kamu bicara apa padanya.?" Nada bicara Agam sedikit meninggi tapi masih dengan ekspresi yang datar.
"Aku hanya bertanya padanya bagaimana cara mencairkan es di gunung Everest." Jawab Arumi santai. Gadis itu melepaskan lengan Agam dan memilih bergabung lagi dengan keluarga besarnya.
Tadinya dia ingin lebih lama lagi mengobrol dengan Agam, tapi melihat reaksi Agam sangat antusias ketika membicarakan Bianca, Arumi jadi malas berlama-lama di samping Agam.
...******...
Pagi itu Arumi datang ke kampus dengan perasaan yang bahagia. Wajahnya yang selalu ceria tampak semakin berseri. Senyumnya mengembang sempurna.
Hari pertunangannya dengan pria yang dia idam-idamkan sudah di depan mata. Tepat 5 hari lagi di sebuah ballroom hotel bintang 5 akan di gelar pesta pertunangan mewah, antara anak pemilik perusahaan ternama di kota Bandung.
"Arumi,," Suara maskulin yang memanggil namanya membuat Arumi menghentikan langkah dan berbalik badan. Senyum di bibir gadis itu sontak meredup. Sejak dia mendengar gosip tentangnya, Arumi jadi tidak suka melihat laki-laki itu mendekatinya lagi.
"Ada apa Kak.?" Arumi menatap datar.
Mahasiswa semester 7 itu menghampiri Arumi. Dia dikenal sebagai salah satu mahasiswa tertampan di kampus mereka. Tak hanya itu saja, desas desus tentang sifatnya yang playboy juga di sematkan pada laki-laki berusia 21 tahun itu.
"Kamu memblokir nomorku.?" Tanya Zayn. Tatapan matanya cukup tajam dengan buku mata dan alis yang tebal. Hampir semua mahasiswa disini membicarakan tentang tatapan mata Zayn yang begitu memikat.
Arumi menggeleng cepat. Meski sebenarnya dia memang memblokir nomor Zayn.
"Jangan bohong, aku bisa menghubungi nomormu dengan ponselku yang lain." Balas Zayn. Arumi tersenyum kikuk, dia tidak tau harus memberikan alasan apa pada Zayn.
"Sepertinya pacarku yang memblokir nomor Kak Zayn." Ucap Arumi setelah beberapa saat berfikir dan menemukan alasan yang sedikit masuk akal.
"Pacar.? Pacar yang mana.?" Zayn menatap tak percaya. Zayn hanya tau kalau mahasiswi baru itu belum memiliki kekasih. Dia memperoleh informasi tersebut dari seseorang yang dulu satu sekolah dengan Arumi. Bahkan seseorang itu mengatakan kalau Arumi belum pernah berpacaran.
"Dia bukan mahasiswa disini, Kak Zayn nggak akan kenal sekalipun aku menyebutkan nama atau fotonya." Jawab Arumi, dia kemudian pamit pada Zayn dan berlalu begitu saja.
Sejak dia tau kalau Zayn sengaja mendekatinya hanya untuk memenangkan taruhan, Arumi mendadak ilfil pada kakak seniornya itu. Dia pikir Zayn benar-benar senior yang baik, tapi ternyata sikap yang di tunjukkan beberapa minggu ini karna ada udang di balik batu.
"Arumi,, tunggu dulu." Zayn menahan langkah Arumi, dia mencekal pergelangan tangannya.
"Aku tau kamu hanya pura-pura memiliki pacar supaya aku nggak deketin kamu lagi. Iya kan.?" Tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
Arumi menggeleng cepat.
"Nggak ada untungnya aku pura-pura depan Kak Zayn. Aku benar-benar punya pacar, bahkan kami akan,,,," Seketika Arumi menghentikan ucapannya. Hampir saja dia kelepasan bicara pada Zayn.
"Maaf Kak, aku harus ke kelas sekarang." Arumi menarik paksa tangannya dari genggaman Zayn dan buru-buru pergi dari sana.
gw gak baca berurutan..malas gw sama ayahnya😒
tapi kalau ujung"nya Sofia bersatu dengan Andrew...apa gunanya memaafkan, apa gunanya selama ini Amira marah, kecewa dan ujung"nya bercerai kalau pd akhirnya oengehianta bersatu?
gak guna!