NovelToon NovelToon
Pernikahan Semalam

Pernikahan Semalam

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Single Mom / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:524.8k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.

Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Zafran

Part 5

Pengendara motor hanya lecet dan tumbang karena dia terkejut dan menginjak rem mendadak. Pengendara motor yang takut dikeroyok masya, membangunkan motornya dan melaju meninggalkan tempat kejadian.

"Kiano! Bangun nak!" Kayesa meraih kepala putranya dalam pangkuan.

"Maafkan bunda, bunda lalai menjagamu," Kayesa menangis sambil memeluk Kiano.

"Tolong!tolong!" Maeka yang mendengar suara hantaman keras berlari keluar. Dia berteriak menyetop mobil siapa saja agar mau berhenti dan membawa majikan kecilnya ke rumah sakit.

Sebuah mobil Lamborghini berhenti. Pemiliknya menurunkan kaca mobil, saat melihat seorang wanita melambai ke arah mobilnya.

"Sial. Hay ngapain kamu berdiri di situ. Minggir," teriak supir yang mengendarai mobil itu.

"Tuan tolong antarkan majikan kecil saya ke rumah sakit," Maeka merentangkan kedua tangan, dia berdiri tepat di depan mobil itu.

"Tolong Tuan. Majikan kecil saya sedang terluka," ujar Maeka lagi berurai air mata, seraya menangkupkan kedua tangan di dada memohon.

Melihat kenekatan Maeka. Pemilik Lamborghini itu memerintahkan supirnya turun dan mengikuti langkah Maeka menerobos kerumunan orang yang mulai ramai, untuk melihat apa yang terjadi.

"Bos! Ada anak kecil yang terluka. Tuan," teriak sang supir memberi tahu.

"Masuk ke mobil dan bawa ke rumah sakit," titah cowok berkaca mata hitam itu, menaikan kaca mobilnya.

Mendengar pemilik Lamborghini itu mau membantu membawa majikan kecilnya ke rumah sakit. Maeka berjongkok ke arah Kayesa yang sedang memangku Kiano, lalu menggendongnya.

"Permisi! Permisi," teriak Maeka sambil menguak kerumunan dengan tangannya.

Dalam gendongan Maeka tubuh mungil Kiano tak bergerak sama sekali dan bergegas membawanya ke mobil diikuti Kayesa. Supir lamborghini membuka pintu mobil, menyilahkan Kayesa dan Maeka masuk di kursi belakang.

Kayesa tak henti menangis menyesali keteledorannya, karena telah melepaskan pegangan tangannya dan membiarkan Kiano berjalan sendiri.

"Kiano! Kiano yang kuat ya sayang. Bunda minta maaf, karena telah mengabaikanmu." Kayesa terus saja menangis.

"Sabar nya! Insyaallah Kiano akan baik-baik saja." Maeka merengkuh bahu Kayesa dan mencoba menenangkannya.

Laki-laki pemilik lamborghini, di balik kaca mata hitamnya melirik di kaca spion depan. Laki-laki itu merasa pernah melihat wanita yang sedang menangisi putranya.

"Bukannya dia wanita tadi pagi yang terciprat air jalanan. Kenapa harus ketemu dia lagi," batin pemilik mobil.

Lamborghini meluncur membelah jalan raya, semua pengendara lain menyingkir saat melihat lamborghini milik orang terkaya di kota ini sedang merambah jalanan.

Dua puluh menit kemudian lamborghini memasuki area parkir rumah sakit. Beberapa orang yang lalu lalang menghentikan aktifitasnya kala mengetahui siapa yang yang datang. Dua orang perawat menghampiri sambil mendorong sebuah brankar.

Sang supir menghentikan lamborghini tepat di depan pintu utama, lalu turun dan membuka pintu untuk Maeka dan Kayesa.

"Turunlah! Sudah sampai."

"Terima kasih. Tuan." Maeka menggendong Kiano keluar dari mobil diikuti Kayesa. Lamboeghini abu-abu itu pun meluncur.

Dua orang perawat yang tadi mendekat segera mengambil alih Kiano dan bergegas membawa ke ruang UGD.

"Dok! Tolong selamatkan putraku." Kayesa ikut menerobos ke ruang UGD, begitu juga dengan Maeka.

"Kakak-kakak tunggu di luar saja. Biar dokter bisa menangani anaknya dengan tenang." Seorang perawat meminta Kayesa dan Maeka ke luar.

Setelah menjalani beberapa pemeriksaan. Kayesa diperintahkan untuk mengisi identitas di bagian administrasi. Kemudian dokter meminta Kayesa menemuinya.

"Putra anda harus segera dioperasi, karena ada penggumpalan darah di otaknya."

"Lakukan apa pun untuk putra saya. Dok! Saya akan membayar berapa punbiayanya."

"Iya. Kami akan segera melakukan tindakan, setelah kamu melunasi administrasinya sebesar lima puluh juta," ujar dokter.

"Lima puluh juta," guman Kayesa.

"Iya! Secepatnya, Karena putranya harus segera diambil tindakan. Jika tidak saya khawatir untuk bisa menyelamatkannya."

"Baik dokter. Saya akan segera kembali dan membawa uangnya." Kayesa bergegas ke luar dari ruangan menemui Maeka.

"Maeka! Tolong jaga Kiano. Aku akan segera kembali."

"Nyonya mau ke mana?"

"Aku juga tidak tahu harus ke mana. Tapi aku harus mendapatkan uang lima puluh juta. Untuk operasi Kiano." Kayesa meraup habis wajah dengan kedua tangannya, dua bulir kristal kembali jatuh di pipinya.

"Ambil ini nyonya. Walaupun tak seberapa, bisa buat tambahan." Maeka melepas kalung dan menyerahkan ke Kayesa.

"Jangan Maeka. Ini satu-satunya barang berhargamu." Kayesa menolak pemberian Maeka.

"Barang berhargaku hanya Kiano. Nyonya! Tidak ada yang lebih berharga dari dia." Maeka memaksa Kayesa mengambil kalung itu.

"Terima kasih ya. Maeka!" Kayesa memeluk gadis remaja itu.

Terenyuh hati Kayesa mendengar ucapan Maeka. Dia mengambil pemberian Maeka, lalu memasukkan ke dalam dompet dan pergi melangkah meninggalkan Maeka menuju pintu gerbang rumah sakit.

Beberapa menit berdiri di samping pagar. Ojek yang dipesan Kayesa pun datang, Kayesa memakai helm lalu naik keboncengan.

"Ke toko emas terdekat," titah Kayesa.

Motor melaju di jalan raya. Kayesa berpikir keras, uang di tabungannya tinggal sepuluh juta, jika dijualnya kalung pemberian Maeka dan beberapa gram emas yang dia punya paling kencang harganya lima belas juta. Uangnya terkumpul baru separoh, masih kurang dua puluh lima juta.

"Ke mana aku harus mencari ke kurangannya," batin Kayesa.

"Apa aku ke rumah bang Rizwan saja. Tapi bagaimana jika istrinya tidak percaya kalau aku ini adik suaminya," batin Kayesa.

"Kak sudah sampai." Ucapan driver ojek membuyarkan lamunan Kayesa. Kayesa turun, melepaskan helm dan mengucapkan terima kasih setelah membayar ojeknya.

Sambil melangkah masuk ke toko emas, Kayesa mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan kalung pemberian Maeka, gelang dan dua buah cincinnya.

"Bang! Semua ini berapa uangnya?" Kayesa menyodorkan, kalung, gelang dan cincin miliknya.

Pemilik toka mengambil, lalu memasukkan ke dalam timbangan, mengambil kalkulator, menekan angka-angka dan menghitung.

"Empat belas juta tujuh ratus lima puluh ribu," ujar pemilik toko seraya menunjukkan layar kalkulator ke arah Kayesa.

"Masih kurang banyak," batin Kayesa saat menatap layar kalkulator.

Tiba-tiba Kayesa teringat cincin pemberian suami semalamnya. Masih terngiang di telinga Kayesa pesan laki-laki itu. Jika terdesak memerlukan uang, dia boleh menjual cincin itu.

"Cincin pemberian laki-laki itu." Kayesa membuka dompet dan mengeluarkan cincin bermata berlian itu.

"Bang! Barapa harga cincin ini." Kayesa menunjukkan cincin di tangannya.

Sejenak pemilik toko menatap cincin yang diletak Kayesa di atas estalase kaca. Pemilik toko itu meraih cincin itu, memeriksanya, lalu memanggil temannya dan berbincang sebentar, sambil menumjuk-nunjuk cincin berlian itu. Entah apa yang sedang diperbincangkan, Kayesa tidak bisa mendengarnya.

"Apakah anda punya pesan dari pemilik cincin ini?" tanya pemilik toko seakan tahu kalau Kayesa bukan pemilik aslinya.

"Tentu saja." Kayesa mengeluarkan sobekan kertas yang bertuliskan coretan tangan laki-laki itu dan ada bubuhan tanda tangan juga.

Kedua laki-laki itu memeriksa secara seksama sobekan kertas yang Kayesa berikan. Lalu keduanya saling mengangguk.

"Nyonya serius ingin menjual cincin ini?" Pemilik toko itu, tiba-tiba saja lebih sopan memanggil Kayesa dengan sebutan nyonya.

"Iya Bang! Aku butuh uang untuk membayar biaya operasi putraku," jawab Kayesa, dia berharap pemilik toko itu mau membelinya.

"Baik. Tulis nomor rekening nyonya di sini, kami akan segera mentranfer uangnya." Pemilik toko emas itu menyerahkan selembar kertas dan sebuah pena. Kayesa menerima kertas dan pena, lalu menuliskan nomor keningnya, kemudian menyerahkan kepemilik toko.

"Tunggu saya akan tranfer uangnya ke reking nyonya."

"Tidak bisakah abang memberi uang cash saja," usul Kayesa, kalau dibayar uang cash dia tidak susah lagi harus ke bank untuk mencairkan.

"Maaf nyonya. Kami tak punya cash sebanyak itu," ujar si pemilik toko.

"Baiklah kalau begitu. Terserah Abang saja, yang penting uangnya cukup buat bayar operasi anakku," ujar Kayesa, dia mengiyakan saja.

"Nyonya butuh berapa untuk biaya operasi putra nyonya?"

"Lima puluh juta."

"Okay nyonya. Saya siapkan uang cash lima puluh juta, sisanya saya tranfer sekarang."

Ting... sepersepuluh detik kemudian notifika banking berbunyi. Kayesa mengecek pesan yang masuk, tertulis uang masuk di rekeningnya empat ratus lima puluh juta.

"Ini benaran. Pak?" Kayesa bertanya rasa tak percaya, dia khawatir, kalau pemilik toko emas itu salah tranfer.

"Iya. Ini benar nyonya."

"Terima kasih." Kayesa menangkupkan kedua tangan di dada, lalu dia menerima uang cash sebesar lima puluh juta.

"Saya tidak jadi menjual emas saya," ujar Kayesa seraya meminta kembali, kalung, gelang dan cincin yang tadi sempat diserahkannya ke pemilik toko untuk dihitung.

"Baik nyonya. Apq nyonya perlu bantuan lain?"

"Tidak Bang! Saya pamit," ujar Kayesa, dia berlalu setelah mengucapkan terima kasih.

Sepeninggalan Kayesa pemilik toko emas menelepon seseorang.

"Tuan Zafran. Kami menemukan wanita yang anda cari."

"Awasi dia. Jangan sampai kehilangan jejak," titah laki-laki yang dipanggil tuan Zafran dari panggilan telepon.

1
Rismawati Damhoeri
kenapa mbak Mae harus panggil nyonya sih?, nggak cocok..
Ginawati Desi
asiiiaap
Dewi Dama
malas baca nya lagiii...ter lalu ber belit2...
sweetpurple
Luar biasa
Dewi Dama
banyak salah ketik nya...
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
gk..usah se detel itu ngejelasin nya thoor...bosan baca nya naruh mukenak aja...di tulis....
Uli Kristiani
maaf, zafran gk tegas sama sekali. jadi cerita nya buat bosan
Alma Izka
ya
Rahmah Rahmah
ending nya gk enak bget
Nurliana Saragih
Masih kecil itu harganya, biasanya kan kalo HOLANG KAYA beli berlian harganya sampai M dan kalo di novel barang itu satu - satunya di dunia.
😅😅😅
Nurliana Saragih
Manggilnya kok NYONYA sih?!
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.
Praised93
cerita ujungnya dipaksakan tamat yang harusnya beberapa bab lagi
Praised93
terima kasih
Praised93
terima kasih👍
Praised93
terima kasih
Praised93
terima kasih👍
Praised93
terima kasih
Praised93
terima kasih👍
Praised93
terima kasih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!