Seorang gadis bernama Vaya yang dilema cinta dan persahabatan. Yang dimana sahabatnya mengkhianatinya karna kesalahpahaman. Dijebak dalam situasi yang rumit, yang membuatnya putus asa.
Apa yang harus dilakukan Vaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wondervilz`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Tindakan tegas
Tak selang lama, Di dalam ruangan itu, Hasbhan memulai pembicaraan dengan nada tegas, menjelaskan bahwa tindakan pembullyan adalah perbuatan melanggar hukum dan bisa diproses secara hukum.
"Meskipun usia mu masih muda, tindakan kekerasan baik fisik maupun mental tetap dianggap sebagai pelanggaran yang serius" Ujar Hasbhan dengan nada tegasnya.
Hasbhan memberi peringatan keras bahwa jika perbuatan Ino terus berlangsung, pihak kepolisian tidak akan ragu mengambil tindakan lebih lanjut, yang bisa termasuk melibatkan pengadilan anak.
Ino awalnya terlihat angkuh, namun lambat laun ekspresi mereka berubah ketika Hasbhan mulai menguraikan konsekuensi lebih serius.
Hasbhan memperlihatkan rekaman testimoni dari korban pembullyan yang mengalami trauma jangka panjang.
"Lihat!. Tindakan pembullyan memiliki dampak buruk yang besar, bukan?. Ujar Hasbhan memperjelas.
Suasana ruang itu semakin mencekam ketika Hasbhan memperingatkan bahwa catatan buruk akan tercatat dan bisa mempengaruhi masa depan mereka jika tindakan itu terus diulangi.
“Kamu pikir ini hanya main-main? Salah besar. Kami bisa menghubungi pengadilan anak, dan masa depan mu bisa rusak karena tindakan ini. Apakah itu yang kau inginkan?” kata Hasbhan dengan tatapan tajam, menatap mata Ino.
Ino mulai merasa takut. Wajah-wajah yang semula penuh cengiran dan kesombongan kini dipenuhi penyesalan.
"Iya pak, aku gak akan mengulanginya lagi." Janji Ino.
Selain itu, Hasbhan juga memberi ultimatum kepada Ino untuk meminta maaf secara langsung kepada Prass dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan itu.
Petugas kepolisian lainnya memperingatkan bahwa mereka akan mengawasi situasi di kampus, dan jika ada laporan lain tentang pembullyan, tindakan tegas akan diambil.
Setelah peringatan itu, Ino akhirnya merasa jera. Ino dengan berat hati mendatangi Prass dan meminta maaf atas perilakunya.
"Prass, tolong maafkan aku. Aku gak akan mengganggu mu lagi, dan aku bakal berteman baik dengan mu." Ino dengan permohonan maafnya.
"Iya, aku memaafkanmu. Kita bakal berteman baik." Ujar Prass menerima permintaan maafnya.
Ino menyadari bahwa perbuatannya bisa berdampak buruk tidak hanya bagi korban, tetapi juga bagi masa depannya sendiri.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi seluruh mahasiswa di kampus itu bahwa pembullyan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, dan polisi akan bertindak tegas untuk memastikan tidak ada lagi korban yang dirugikan.
Kemudian, seluruh siswa bertepuk tangan untuk Hasbhan. Mimi juga ikutan bertepuk tangan meskipun masih marah dan kesal dengan Hasbhan.
"Dia lumayan juga, tapi aku masih marah dengannya. Meskipun dia polisi, tapi tetap aja aku gak bisa memaafkannya." Ujar Mimi dengan bete.
Malam hari pun tiba, malam hari di rumah adalah saat yang tenang bagi Vaya dan keluarganya. Setelah seharian beraktivitas, Vaya dan Mimi pulang ke rumah, melepas sendal, sepatu dan menghela napas lega.
Vaya dan Mimi langsung menuju kamar, mengganti pakaian, lalu kembali ke ruang keluarga yang hangat dan nyaman. Suara televisi terdengar samar dari ruang tengah, di mana Rambe duduk membaca koran sambil mendengarkan berita.
Di dapur, Vaya dan Mimi sedang menyiapkan makan malam. Aroma masakan mulai menguar, mengundang Rambe untuk melangkah mendekat.
"Enak sekali nak, aromanya langsung menyebar." Ujar Rambe memuji mereka.
Sesekali, ia membantu mengaduk sup atau memotong sayuran, menikmati percakapan ringan dengan kedua anaknya tentang kejadian hari itu. Mereka berbagi cerita, bercanda, dan tertawa bersama, membuat suasana menjadi lebih hangat.
Setelah makan malam selesai, keluarga Vaya berkumpul di meja makan. Mereka menyantap hidangan dengan obrolan ringan, bercerita tentang hal-hal kecil yang terjadi di siang hari.
Setelah makan, Vaya membersihkan meja, lalu mencuci piring bersama Mimi. Meski terlihat sederhana, rutinitas ini membuatnya merasa dekat dengan keluarganya.
Setelah semua beres, Vaya kembali ke kamarnya. Mimi menyalakan lampu belajar, membuka buku, dan menyelesaikan tugas kuliah yang belum sempat ia kerjakan.
Di sela-sela membaca buku, Vaya sesekali melihat ke jendela, menikmati suasana malam yang tenang. Di luar, bintang-bintang bertaburan di langit, menemani kesunyian malamnya.
Setelah tugas selesai, Vaya dan Mimi meregangkan tubuh dan merebahkan diri di tempat tidur, bersiap-siap tidur. Malam itu, ia merasa damai dan bersyukur, menikmati rutinitas sederhana yang selalu ia nantikan di setiap malam.
yu gabung jg d Bcm di sana ada ka Rere jg kalau kamu ikut kelas kami.
caranya cukup follow me saja ya
Terima kasih