Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 32
Hari berganti minggu, dan mingu ke minggu telah genap menjadi satu bulan. Ya, satu bulan setelah mereka dari RSSB, Leina tidak lagi mengonsumsi obatnya. Dia sudah memutuskan hal tersebut karena ingin fokus agar bisa segera hamil.
Hal yang tidak diinginkan Ravi akhirnya terjadi juga, Leina terlihat sering lupa akan hal kecil. Termasuk meminum vitamin untuk mendukung kehamilan.
" Lei, apa kamu yakin nggak ada masalah sama tubuhmu? Dan sepulang dari Bandung, kita terus ngelakuin itu, berarti kamu bulan kemarin nggak dapet haid dong?"
" Eeeh iya Mas, bener."
Leina bangkit dari tidur, ia langsung berlari ke kamar mandi dan mengambil sesuatu. Alat yang sudah dia persiapkan dari lama setelah menginginkan seorang anak.
" Bismillah, semoga semoga semoga."
Leina berdoa dalam hati sambil duduk di toilet. Ada 3 alat tes kehamilan yang saat ini akan dia gunakan. Dia sungguh berharap akan hal tersebut.
Leina memejamkan matanya ketika mencelupkan alat tes kehamilan. Ia bertahan setidaknya 2 menit, lalu secara perlahan Leina membuka matanya.
Tok! Tok! Tok!
" Sayang, buka pintunya! Kamu udah kelamaan di kamar mandi lho ini."
Hening, tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Ravi mulai merasa khawatir dan juga takut.
Tok! Tok! Tok!
"Lei, buka pintunya!"
Ravi kembali mengetuk pintu kamar mandi, ia juga berusaha membukanya tetapi tidak bisa karena di kunci dari dalam.
Isi kepala Ravi sudah tidak bisa berpikir positif lagi. Dia mundur beberapa langkah dari pintu dan bersiap akan menendang pintu dengan paksa. Namun hal tersebut tidak jadi dilakukan saat Leina keluar perlahan dari sana.
" Lei, Ya Allah, aku udah panik. Kamu kenapa juga nggak jawab panggilanku?"
" Maaf Mas."
Kening Ravi berkerut, dia tidak tahu ada apa sebenarnya hingga dia ingat bahwa mereka tadi sedang membicarakan tentang Leina yang telat mendapatkan datang bulan.
" Aah, itu. Nggak apa-apa kan nggak musti langsung."
" Ini hasilnya Mas."
Leina memberikan semua alat tes yang tadi ia pakai. Ravi menerimanya dan melihatnya satu persatu. Mata Ravi membelalak ketika melihat tanda dua garis di setiap alat tes yang ia pegang.
" Aaah Lei, ini ... ."
" Benar Mas, aku hamil. Kita akan segera punya anak!"
Leina berkata dengan penuh rasa bahagia. Dia langung memeluk Ravi erat, dan Ravi sangat bisa merasakan bahwa Leina bahagia dengan kehamilannya.
Akan tetapi Ravi sendiri saat ini tengah dilanda rasa bingung. Ia tidak tahu harus merasa bagaimana, senang atau sedih? Pasalnya saat ini semua serba membuatnya tidak bisa menjelaskan perasaannya.
Ravi jelas senang mengetahui Leina hamil. Tapi itu berarti perkembangan penyakit Leina akan semakin cepat.
" Sebenarnya Alzheimer tidak memengaruhi janin, karena penyakit ini memengaruhi otak ibu. Namun, stres mental dan fisik yang terkait Alzheimer dapat memengaruhi kesehatan kehamilan, disini peran suami sangat dibutuhkan. Beberapa obat Alzheimer memang tidak aman untuk ibu hamil diantaranya adalah inhibitor kolinesterase dan memantine. Intinya jika Leina hamil maka sebagai suami Pak Ravi harus siap sedia mendukung secara mental dan fisik, hormon ibu hamil yang naik turun akan memengaruhi kognitif otak. Dan kita harus selalu berkoordinasi dengan ahli obstetri, serta menempatkan perawat untuk melakukan perawatan."
Kata-kata dari Dokter Sapto kembali terngiang. Yang mana semua itu memiliki arti bahwa saat Leina hamil kondisinya akan menjadi sulit. Terutama tentang kondisi mentalnya, karena jika Leina kesulitan menerima panduan perawatan prenatal yang tepat, bisa meningkatkan resiko komplikasi kehamilan.
" Kamu sangat senang Lei?"
" Ya sangat, kita harus segera ke dokter Mas buat periksa."
" Baik, tapi kamu harus janji sama akau buat nurut ya. Kita akan melakukan perawatan di RSMH. Aku punya temen namanya Wisang, dia spesialis neurologi dan Dokter Sapto juga kenal. Lalu, aku akan menempatkan perawat di rumah. Kamu nggak bisa nolak ini oke!"
Ravi tahu, melihat wajah Leina ada rasa tidak suka. Tapi untuk kali ini Ravi akan bersikap sedikit egois, karena semua demi kebaikan Leina.
" Ya oke, aku setuju Mas."
" Alhamdulillah, makasih ya sayang. Ayo kita rawat calon anak kita ya, dan juga kamu. Kamu harus tetap sehat sampai kamu membesarkan anak kita nanti."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍