Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20. Masalah di lantai 21. 2
Melihat bahwa dia yang sudah merobohkan apartemen milik keluarga beranggotakan 6 orang itu, namun, justru orang lain yang mengambil barang jarahan, pria bertato itu menjadi marah dan melemparkan gadis kecil itu hingga mengenai guci besar yang ada di dekat lift
Guci itu pecah berkeping-keping dan menusuk gadis kecil itu hingga terluka parah dan kehilangan banyak darah.
"ANAKKU...." ibu muda itu bergegas menuju anaknya yang terluka.
"TIDAK! CUCUKU..." Kakek dan nenek gadis itu juga bergegas menghampiri cucunya yang terluka.
Semua anggota keluarga gadis yang menghuni apartemen yang dibobol oleh pria bertato itu, bergegas keluar menuju gadis yang terluka tersebut.
Mereka sudah tidak memperhatikan orang-orang yang menjarah apartemen mereka lagi.
"Kalian! Berhenti untukku!." Pria bertato itu menjadi berang ketika barang jarahan nya diambil oleh orang lain. "Letakkan makanan itu kembali!." Ucapannya dengan nada tinggi.
"Apa hakmu melarang kami mengambil makanan ini?. Kami mengambil barang-barang ini dengan tangan kami sendiri. Tidak ada sangkut pautnya denganmu!." Tampak seorang pria dengan perut buncit berani melawan perkataan pria bertato itu.
"Iya benar. Kami mengambilnya dengan tangan kita sendiri!."
Rombongan orang yang mendapat jarahan makanan ikut mendukung perkataan pria dengan perut buncit itu.
BUAK.
Marah. Pria bertato itu meninju pria dengan perut buncit sangat keras. Membuat pria buncit itu tersungkur ke lantai dan memuntahkan seteguk darah.
Orang-orang yang tadinya berani, kini menjadi takut dan menjauh dari pria perut buncit tersebut agar tidak ikut tertimpa masalah.
"Cuih." Mel*dahkan darah dari mulut. "Kurang ajar! Apa kamu tidak tahu siapa aku?. aku adalah sekretaris walikota, akan ku tuntut kamu karena telah berani melukaiku!." Ucap pria dengan perut buncit itu berang.
"Tuntut?. Ok. Silakan tuntut aku jika kamu bisa. Aku ingin melihat, bagaimana caranya kamu bisa menuntut ku." Senyum sinis. "Tapi, di sini aku adalah hukum. Siapapun yang tidak mematuhi ku, akan aku buat bernasib sama seperti gadis kecil itu." Pria bertato itu menunjuk ke arah gadis kecil yang terluka. Saat itulah, pria itu menyadari bahwa William Tengah melakukan pertolongan kepada gadis tersebut.
Tersenyum mengerikan.
"Akhirnya ada yang keluar lagi. Kalian!." Menunjuk ke arah orang-orang. "Jika tidak ingin memiliki akhir yang sama dengan gadis itu. Maka, tinggalkan makanan yang kalian ambil. Kalian masih bisa mengambil sepertiganya. Aku akan dengan baik hati memberikannya kepada kalian sebagai sedekah. Hahaha." pria bertato itu tertawa dengan rasa bangga.
Setelah meng*njak dan mel*dahi pria buncit yang mengaku sebagai sekretaris walikota.
Pria bertato itu kemudian berjalan ke arah William dan menarik kerah bajunya dari belakang.
"Ugrh..." William yang ditarik kerah bajunya merasa tercekik.
Bruk
Pria bertato itu melempar William ke lantai.
"Siapa yang menyuruhmu untuk menyelamatkan gadis m*ti ini!." Pria bertato itu marah karena ada seseorang yang masih berani melawannya.
"HENTIKAN!." Kris yang sudah tidak tahan lagi akhirnya keluar dan mengacungkan pistol di tangannya ke arah pria bertato tersebut.
"Heh. Ada satu lagi yang keluar. Siap untuk mengantarkan persediaan makanan secara cuma-cuma." Pria bertato itu menyeringai. Mengabaikan pistol yang dipegang oleh Kris.
"kamu kira, bisa menakuti ku dengan pistol mainan milikmu itu?. Aku beritahu. Aku adalah tangan kanan bos Tiger. Bos bawah tanah terbesar di kota ini. Dan, aku juga telah melihat banyak senjata api sungguhan. Seperti milikmu itu, hanya bisa untuk menggertak anak kecil. Hahahaha..." Pria bertato itu mengejek Kris.
"Ini bukan senjata mainan!. Aku peringatkan!. Segera tinggalkan lantai 21 ini, atau, aku akan benar-benar menembak." Ancam Kris.
"Baik. Silakan tembak kalau berani." Pria bertato itu merentangkan kedua tangannya, mengejek kris yang gemetaran memegang pistol.
DOR!
Kris melepaskan tembakan dan tepat mengenai dada sebelah kiri pria bertato itu.
Uhuk
Pria bertato itu berlutut di lantai sambil memegangi dadanya yang tertembak sebelum benar-benar terjatuh ke lantai dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"ANAKKU..."
Wanita paruh baya yang tadi selalu berdiri di samping pria bertato itu bergegas menghampiri anaknya yang m*ti dengan mata terbelalak seolah tak percaya bahwa dia mati di tangan pemuda yang bahkan memegang pistol saja masih gemetaran.
"Sekarang!. Siapapun yang masih mengganggu lantai ini. Akan bernasib sama seperti pria bertato itu!." Kris melihat ke arah masa yang saat ini tengah ketakutan.
Hari ini, mereka telah melihat dua kali pembunuhan dalam waktu kurang dari 1 jam.
Masa yang ketakutan itu segera bergegas turun ke lantai bawah. Namun ada juga beberapa orang yang tidak mau pergi.
Ingin menonton pertunjukan.
"TIDAK!. ANAKKU... Hu...u...u... Bagaimana bisa orang berambut putih mengantarkan orang berambut hitam? Hu...u...u..." Ibu pria bertato itu menangis keras sambil memeluk j*sad anaknya.
Tunjuk. "Kamu!. Kamu adalah seorang pem*unuh!. Apakah kamu kira, negara ini adalah negara tanpa hukum? Hah!. Aku pastikan. Kamu pasti akan mendekam di penjara seumur hidup!." Ucap ibu pria bertato itu sambil berlari ke arah Kris. Berniat untuk menyerang.
DOR!
Kris menembakkan tembakan peringatan di dekat kaki wanita paruh baya itu.
Syok
Ibu pria bertato itu berdiri diam di tempat sambil gemetaran. "Kamu... Kamu..." Menunjuk ke arah Kris sambil ken*ing di celana sangking takutnya.
"Aku kembalikan perkataanmu yang tadi. Jika ada yang harus masuk penjara, itu sudah pasti anakmu yang akan masuk terlebih dahulu. Sayangnya, dia sekarang sudah m*ti." Kris berusaha untuk tidak perduli.
"Sekarang, siapa lagi yang masih ingin membuat keributan di lantai ini?." Kris melihat tajam ke arah kerumunan yang masih menonton pertunjukan.
Seketika,
Orang-orang itu ketakutan dan buru-buru berlari turun ke lantai bawah.
"Tunggu!. Jangan lupa bawa juga m*yat pria itu." Kris menunjuk ke arah pria bertato yang berbaring di lantai.
.
Setelah semua orang pergi, Kris terduduk di lantai gemetaran sambil menatap kedua tangannya tak percaya.
Depresi. "Aku... Aku baru saja memb*nuh manusia yang hidup?."
Pluk
Vivian menepuk pundak Kris. Mencoba memberikan semangat kepada pemuda itu.
"Kerja bagus, Kris. Ingat. Kejadian seperti ini akan semakin sering terjadi kedepannya. Jadi, kamu harus mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan sesegera mungkin."
"Benar apa yang dikatakan Vivian, Kris." William menatap nanar gadis yang gagal ia selamatkan.
Mengepalkan tangan dengan kuat. "Sepertinya, dunia yang akan kita hadapi benar-benar berbeda dari sebelumnya. Jika ini adalah bencana alam biasa, tim penyelamat pasti sudah datang paling lama pada hari ketiga terjadinya bencana. Apalagi, di gedung ini merupakan tempat tinggal banyak orang berpengaruh. Mereka, tim penyelamat seharusnya akan lebih memperhatikan. Tapi...." William nafas dengan berat.
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊