Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Suka Sama Kamu
"Apa kamu bilang?" ucap Bara kesal. Zizi langsung tersenyum dengan wajah malu-malu.
"Aku bilang terong bapak kayak terong bakar lepek. Gak ada manis-manisnya gitu!"
"Apa??!"
Kepala Bara langsung berasap. Wanita ini kurang banget Pancasila nya. Masak tombaknya yang super panjang dan besar dikatakan sebagai terong lepek. Ia pun semakin kesal dan emosi.
"Sini kamu!" titah Bara seraya melambaikan tangannya memanggil.
"Gak, memangnya bapak mau ngapain?" Zizi menolak dengan menggelengkan kepalanya.
Bara tak menjawab tetapi ekspresinya benar-benar menunjukkan kalau ia sedang sangat kesal.
"Aku gak mau makan terong lepek ya pak. Jadi jangan coba-coba ngerayu aku," lanjut Zizi dengan ujung bibir terangkat. Sengaja ia lakukan untuk membalas pria sombong dan sok keren itu.
Grrrr!
Ekspresi Bara langsung berubah seperti seekor raja hutan yang sedang kelaparan.
"Sini gak?" panggil Bara lagi seraya melangkahkan kakinya mendekati Zizi. Akan tetapi Zizi langsung lari menjauh dan membuat Bara semakin kesal.
"Sini kamu!" titah Bara lagi.
"Ih gak ah. Nanti terongnya minta dicabein, ih ngeri!" balas Zizi dan langsung kabur ke kamar mandi.
"Zizi!"
"Gak!"
Bara mengepalkan tangannya semakin kesal. Ia pun memburu Zizi, tapi gadis itu dengan cepat membanting pintu kamar mandi pas di depan hidungnya.
"Awas kamu ya!"
Dada Bara naik turun karena emosi. Rasanya ini pertama kali dalam hidupnya, ada yang berani mencemooh terong jumbonya. Dan sialnya itu dari istrinya sendiri.
Dengan cepat ia membuka kembali handuknya untuk memeriksa apa yang dikatakan oleh Zizi tadi.
Apa benar terongnya seperti terong bakar lepek?
Bara mendengus. Tentu saja terongnya jadi lepek karena belum bangun. Nanti kalau udah bangun pasti wanita itu akan ketakutan.
Dasar wanita murahan! Pasti sudah sering banget lihat terong sebelum ini.
Bara pun tersenyum miring, dalam hati ia akan membalas wanita itu dengan balasan yang sangat menyakitkan sampai wanita itu akan berteriak minta ampun.
Tak ingin kesal terlalu lama, ia pun segera memakai pakaiannya dengan cepat dan keluar dari kamar itu. Pagi ini, ada banyak urusan pekerjaan yang harus ia lakukan bersama dengan Devano, sang asisten.
"Selamat pagi pak," sapa Devano dengan wajah gembira. Bosnya keluar dari kamar dalam keadaan rambut basah adalah sebuah kemajuan yang sangat berarti baginya.
Dan itu berarti, pria itu telah melakukan ritual anu-anu dengan istrinya di malam pertama.
"Kita berangkat sekarang Dev!"
"Ah siap pak. Tapi bagaimana dengan nyonya muda. Apa dia baik-baik saja?"
Kedua mata elang Bara langsung menatapnya tajam.
"Tentu aja dia baik-baik saja, karena semua keinginannya sudah terpenuhi melalui wasiat papa yang tidak masuk akal itu," gerutu Bara kesal.
Devano hanya tersenyum tipis kemudian berucap santai, "Gak apa-apa pak, aku yakin Tuan besar pasti punya alasan untuk ini."
"Alasan apa? Semuanya tak masuk akal buatku. Papa pasti sudah kena hipnotis sampai mau saja mengorbankan diriku jadi tumbal."
"Hahahaha!" Devano langsung tertawa terbahak-bahak.
"Dev! Jaga mulutmu!" geram Bara.
"Maaf pak, rasanya lucu kalau pak Bara dijadikan tumbal, padahal sebenarnya bapak juga mendapatkan keuntungan dari wasiat itu. Bapak bisa punya istri yang masih muda, cantik, dan juga baik tak seperti mantan yang itu..."
"Dev! Kamu semakin kurang ajar ya!"
"Maaf pak."
"Ya udah, kita berangkat sekarang! Gak usah bahas ini lagi. Pernikahan ini hanya karena wasiat tak masuk akal. Jadi biarkan semuanya kembali seperti semula. Wanita itu akan tetap menjadi OG di Perusahaan, mengerti kamu?!"
Devano hanya bisa menghela nafasnya. Pria keras kepala ini ternyata masih belum fresh padahal sudah keramas.
"Apa kita tidak menunggu nyonya muda pak?"
"Gak usah. Dia masih di kamar mandi."
"Wow, jadi tadi tidak mandi bareng pak?" goda Devano.
"Kamu mau aku pecat Dev!"
Devano langsung memasang wajah mengkerut lucu.
"Kita berangkat sekarang Dev!"
"Apa kita gak nunggu nyonya muda pak?" tanya Devano lagi. Sengaja untuk menggoda pria itu siapa tahu berubah pikiran.
"Gak!" jawab Bara tegas.
Devano pun akhirnya patuh. Ia tak akan memaksa pria itu untuk hidup normal seperti pengantin baru pada umumnya. Yang terpenting adalah, pria itu sudah menjadi seorang suami sesuai keinginan Hasan Ishaaq Al Fayed.
Mengenai kedepannya ia akan berusaha agar pasangan itu bisa berhubungan dengan baik agar Hasan Ishaaq Al Fayed tidak sia-sia merencanakan semua ini.
Devano pun melajukan kendaraannya ke arah perusahaan setelah menyimpan pesan untuk Zizi yang ia simpan di atas meja makan.
Mereka meninggalkan rumah itu karena ada banyak hal yang harus dikerjakan oleh Bara di perusahaan setelah hampir sepekan tak masuk bekerja.
Sementara itu,
Zizi yang sudah bertapa bersembunyi di dalam kamar mandi, keluar dari tempat itu dengan mengendap-endap. Ia takut dan khawatir kalau Bara masih ada di dalam kamar itu dan akan memberikannya hukuman.
Sepi...
Tak ada suara-suara apapun di dalam kamar yang cukup luas itu.
"Alhamdulillah, pas bos sombong itu sudah gak ada," ucapnya tersenyum dengan perasaan yang sangat lega. Setelah itu ia mendekati ranjang tempat ia dan pria itu tidur semalaman. Handuk basah dan pakaian kotor Bara masih berada di atas ranjang dalam keadaan yang sangat tidak teratur. Sepertinya hanya dilempar begitu saja.
"Dasar bos jorok!" gerutu Zizi dengan bibir manyun. Tak ia sangka kalau bos tampan dan selalu tampil keren itu ternyata orangnya tak bisa menjaga kebersihan kamarnya sendiri.
"Dan apa ini?" ucapnya lagi dengan bergidik saat mendapatkan sempak pria itu yang tergeletak dengan sangat santai di atas bantal yang ia pakai semalam.
"Oh ya ampun! Jadi ini pengaman terong bakar itu?" ucapnya lagi seraya mengangkat kain segitiga dari bahan yang sangat nyaman itu.
"Dih ngapain coba dia simpan segitiga pengamannya di sini? Mau pamer?"
"Cih! Padahal dalamnya aja kayak terong bakar lepek! Avaaan coba!"
Zizi langsung melempar kain kecil itu dan mengumpulkannya dengan pakaian kotor yang lainnya. Setelah itu ia bawa semuanya keluar dari kamar dan akan dicucinya.
Sebuah pesan singkat ia dapatkan di atas meja makan dari Devano. Senyum tipis pun terulas di bibirnya yang ranum.
"Pak Dev emang baik banget. Gak seperti bosnya itu," ucapnya.
Nasi goreng buatan pria itu pun ia makan dengan lahap karena ia memang sangat lapar. Setelah itu ia segera membersihkan semua piring kotor seperti tugasnya menjadi Office Girl di perusahaan. Berpakaian yang rapih kemudian memesan grab dan akan berangkat ke perusahaan untuk bekerja sebagai karyawan biasa.
Tiba di perusahaan, Meta, sang kepala bagian HRD, menjemputnya dan langsung memintanya untuk bekerja di dalam ruangan kerja Bara Al Fayed.
"Gak usah mbak Met. Aku tetap jadi Office Girl saja. Aku takut ketemu pak bos."
"Lho kenapa?" tanya Meta bingung.
"Pokoknya aku gak bisa. Maaf ya mbak Met."
"Lho, tapi 'kan mbak Zizi udah jadi istri pak Bos. Gak enak lho kalo masih kerja sebagai OG dan disuruh-suruh sama karyawan yang lain."
"Gak apa-apa Mbak. Yang penting gak ketemu sama pak Bara di sini," ucap Zizi memberikan alasannya. Akan tetapi Meta tetap bersikukuh atau ia akan mendapatkan teguran dari Alexander Lemos.
"Ya ampun. Tapi..." Wajah Meta jadi semakin bingung.
"Gak apa-apa. Mbak Meta santai saja. Ini demi keselamatan aku mbak, hehehe."
Akhirnya Meta setuju, ia pun memberikan kebebasan pada wanita muda itu untuk bekerja dimana saja.
"Alhamdulillah, makasih banyak mbak Met, sekarang aku mau bikin kopi di pantry, tadi pak Farel minta dibuatin."
Meta hanya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Zizi langsung ke arah Pantry untuk membuat kopi buat kepala bagian Humas di perusahaan itu.
"Hai Zizi."
Zizi tersentak kaget. Ia pun menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.
"Pak Farel? Kok kesini pak. Saya 'kan bisa bawa kopinya ke ruangan bapak."
"Gak apa-apa. Saya mau minum di sini saja bersama dengan kamu."
"Hah?"
Zizi langsung mengernyit bingung.
"Emangnya boleh pak?"
"Ya boleh dong. Saya 'kan suka sama kamu."
"Eh?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀