Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekretaris Baru
Isa keluar dari ruangannya kemudian menyuruh Rafa mewawancarai Jinan. Sementara Jinan, kini duduk di sofa tempat Isa biasa menerima tamu. "Nan, kata Bos, kamu biar aku yang interview, soalnya dia lagi di toilet, mungkin kebelet BAB, hi hi hi," ucap Rafa sambil cekikikan yang pastinya langsung disahuti oleh Jinan dengan tak kalah heboh.
Mereka berdua tak sadar bahwa Isa mengawasi lewat cctv di ponselnya. "Dasar assisten gak ada akhlak, pake ngeledek aku di depan istriku. Awas kamu, Rafa, kupotong gajimu nanti!" gerutu Isa sambil memegangi hpnya. Kini dia duduk di ruangan sekretaris.
Di ruangan Isa, Rafa melaksanakan tugasnya dengan baik, meski sesekali dia cekikikan karena dia dan Jinan membicarakan hal konyol tentang Isa. "Bagaimana, hasil interview Jinan, apa dia bisa ditolak?" tanya Isa setelah Jinan keluar.
"Dasar suami gak peka, istrinya pengen kerja, malah dia pengen Jinan ditolak," gerutu Rafa dengan bergumam, tapi naasnya malah didengar oleh Isa.
"Hmm, aku dengar perkataanmu loh?" sindir Isa. Rafa pun membalas dengan cengiran.
"Hehe, Bos. Maksud saya, Jinan terlalu cerdas dan berbakat untuk ditolak. Hehe," sahut Rafa sambil cengengesan.
"Maksud kamu? Coba siniin map-nya!" Isa mengambil file yang berisi dokumen Jinan. Mata laki-laki tampan itu terbuka lebar disertai decak kagum dari mulutnya ketika membaca CV sang istri yang dia kira adalah gadis desa yang tak berpendidikan.
Wardatul Jinan, bersekolah di SMK jurusan management di kampungnya. 'Ternyata dia anak yang cerdas dan berbakat. Hmm, kalau begini mana bisa aku tolak dia, lagian kalau ditolak dia pasti nangis.' batin Isa.
"Bagaimana Pak, apa saya katakan pada dia bahwa dia ditolak dan tak mungkin diterima jadi sekretaris bos? Nanti kalau ditanya alasannya saya jawab, karena dia adalah istri bos," cerocos Rafa sengaja memancing Isa.
"Sembarangan kamu! Kalau saya tolak dia, bisa-bisa dia nangis 7 hari 7 malam. Katakan padanya, dia diterima jadi sekretaris, tapi dia tak boleh pergi ke ruanganku," ujar Isa sambil duduk.
"Gak boleh ke ruangan ini? Yang bener saja, Pak. Masa sekretaris gak dibolehin masuk ruangan direktur, terus kalau dia mau nyerahin dokumen yang harus Pak Isa tanda tangani. Jangan-jangan..." gumam Rafa, dia sudah paham dengan apa yang akan diperintahkan Isa.
"Hehehe tepat sekali, nanti kamu yang serahin dokumen dan apa pun yang berhubungan denganku," sahut Isa sambil menampakkan giginya alias menyengir kuda.
"Ya ampun, ini sih gak adil, masa job orang lain saya yang kerjain sih Bos?'' keluh Rafa dengan wajah memelas, tapi Isa malah terkekeh.
''Ha ha, kamu jangan lupa, Inan juga bos kamu, dia istriku. Lagian, emangnya kamu gak mau aku tambahin kamu?"
"Eh, ya mau lah Pak. Ok, saya akan kerjain tugas Jinan yang berhubungan dengan Bapak nantinya, itung-itung lembur hehe," sahut Rafa. Dia pun bergegas memberi tahu Jinan dan karyawan lain, bahwa Jinan sudah diterima sebagai sekretaris.
''Yang benar, Om. Alhamdulillah, Inan diterima. Eh, kalau begitu, Inan akan ke ruangan Bos, buat ngucapin terima kasih,'' seloroh Jinan sambil bersiap pergi ke ruangan Isa.
''Eh, tunggu dulu. Gak perlu berterima kasih sama Bos, ini kan saya yang ngajuin. Hehe''
"Yang bener Om, kalau gitu nanti Inan minta Om Isa buat traktir Om Rafa, deh.''
"Wah, bagus tuh. Sekali-kali makan bareng sama Bos galak wkwkk," gumam Rafa.
"Kata Bos, kamu boleh kerja besok, tapi nanti ada aturan husus yang harus kamu patuhi, tapi besok aku kasih tahu. Sekarang kamu siap-siap saja!'' pungkas Rafa sambil berpamitan dan pergi lagi menuju ruangannya. Sementara Jinan, kini terlihat berlari menuju lantai 9 tempat dia bekerja sebagai OG.
"Nan, gimana, apa kamu diterima?" tanya Rima dengan antusias.
''Nan, kalau kamu diterima, traktir kami dong!" sahut yang lainnya.
"Iya, Nan. Kalau diterima nanti kamu jangan nganggep rendah kami, ya!" timpal yang satu lagi.
"Halah, lulusan SMA aja pengen jadi sekretaris. Eh, ini tuh perusahaan besar dan terkenal, banyak sarjana yang antre ngelamar, mana mungkin bos nerima karyawan OG yang cuma lulusan SMA, kecuali kamu main belakang,'' sahut Rahmi dengan sinis.
"Terserah kamu deh. Yang penting Alhamdulillah, aku memang diterima, yeeee!" Jinan bersorak gembira disambut oleh temannya yang tak kalah heboh bersorak gembira.
"Wah, selamat ya, kamu jangan lupa traktir teman-teman kamu ini!"
"Ok, insha Allah aku kasih kabar, kapan aku bisa traktir kalian."
"Halah, pasti kamu dibantu Pak Rafa ya, kamu memang sundal!" seru seseorang dari luar pantri. Setelah dilihat, ternyata itu adalah Vina yang kini hanya menjadi staf resepsionis.
"Eh, Tante Vina. Belum kapok juga ya, ngerendahin orang lain. Dengar ya, Tante! Inan itu wanita baik-baik. Inan juga melamar sesuai prosedur, terus Inan diterima, jadi Tante jangan asal bicara!" sahut Jinan tak terima dengan tuduhan Vina.
"Halah, nanti aku pasti buktikan pada Pak Isa kalau kamu memang gak guna, kamu cuma ngandelin rayuan kamu ke laki-laki jadi Rafa mau bujuk Pak Isa Nerima kamu." Vina tetap tak mau kalah.
"Sudah lah Mbak Vina, kamu terima nasib saja, sekarang kamu udah jadi staf biasa. Jadi kamu harus hormati karyawan lain!" lerai teman Jinan.
"Udah lah, teman-teman, biarin aja si Tante Vina mau ngomong jelek juga, Inan gak peduli, yang penting Inan bisa kerja dan hasilin duit. Soal traktiran, ok, nanti Inan kabarin. Sekarang Inan pamit pulang, ya!" Tanpa menunggu jawaban dari temannya, Jinan langsung keluar dari gedung perusahaan.
Dia bermaksud pergi ke kampus, dan bermaksud naik angkot, tapi ternyata Isa sudah standby di depan halte lengkap dengan mobil barunya, yang ia beli husus untuk mengantar jemput Jinan agar tak terlalu mencolok. "Ooom!" teriak Jinan sambil berlari ke arah Isa yang berdiri bersandar ke pintu mobil.
Setelah Jinan dekat dengan Isa, dia langsung berhambur memeluk Isa sambil tertawa-tawa. "Om, Alhamdulillah, Inan diterima jadi sekretaris," ungkap Jinan dalam pelukan Isa yang masih bengong karena terkesima dipeluk secara tiba-tiba.
"Alhamdulillah, selamat ya, istrinya Mas!" ucap Isa.
"Oh ya, Om. Teman-teman Inan yang OG katanya pengen ditraktir, apa Om bisa bantu modalin dikit hehe, nanti pas Inan gajian, Inan ganti deh!'
Isa tersenyum geli di balik maskernya. "Ya ampun, kamu ini bagaimana sih. Kan Mas suami kamu, masa kamu mikirin ganti uang Mas segala macem?"
"Hehe soalnya Inan gak enak hati sama Om, tapi kalau Om mau traktir cuma-cuma sih, Inan seneng dong!"
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.